SEJARAH RAJA SULTAN HURUDJI

23 October 2014 23:32:20 Dibaca : 1538


  Sultan Hurudji merupakan Raja Pertama Boalemo yang dinobatkan pada tahun 1607 M atau sekitar abad ke 16 silam. Makam Sultan Hurudji adalah makam tua yang sudah hadir sejak zaman kolonial Belanda. Dan nama Sultan Hurudji sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Boalemo. Raja pertama Boalemo ini bernama lengkap Raja Hurudji Bin Idrus Andi Mappanyuki. Dan makamnya berada di dalam sebuah mesjid megah. Siapa pun yang datang ke lokasi makam, pasti kaget dengan kemegahan yang ada. Di depan mesjid tertulis Makam Raja Hurudji Bin Idrus Andi Mappanyuki (1604-1686) Pembuka / Pendiri Wilayah Boalemo, Tilamoeta-Gorontalo “Olongia Lolipu”. Dilihat dari tulisan dan jenis huruf yang ada, ini sudah ada sejak dulu.

Konon menurut sejarah asal usulnya, pada abad 16 silam, ada sebuah pulau ditemukan rombongan pedagang ketika berlabuhnya perahu besar yang dikenal Jarangga. Rombongan ini dinahkodai Idrus Andi Is Mapanyuki yang tidak lain orang tua Raja Hurudji yang sempat mengarungi perdagangan menuju Kepulauan Ternate. Dalam rombongan para pedagang itu ikut pula sang isterinya, Zaenab Sultan Babullah bersama empat orang putranya, masing-masing Hurudji yang lahir 1578 M, Mauhe lahir sekitar 1579 M, Humongio lahir 1580 M dan Hutudji lahir 1582 M.

Pulau yang ditemukan oleh rombongan pedagang ini adalah kawasan pantai dengan keberadaan daratannya yang subur dipenuhi jenis tanaman dan pohon jeruk suanggi. Tumbuhan ini hidup dengan lebat dan buah yang melimpah. Sehingganya oleh Idrus Andi Is Mapanyuki yang merupakan salah seorang putra Bone, Sulawasi Selatan itu menyebutnya sebagai buah jeruk.

Karena dalam perjalanan rombongan pedagang ini sempat menuai hambatan badai angin serta ombak yang kencang. Maka mereka terpaksa berlabuh dipantai pada pulau yang dikenal subur ini. Rombongan segera mendirikan pemukiman dan membuka lahan. Karena sudah cukup lama bermukim dan memenuhi kehidupannya di wilayah pantai tersebut, oleh Andi Is Mapanyuki kemudian menyebutnya daratan itu dengan nama Boalemo sejak abad 16.

Asal mula kata Boalemo ini diambil dari Bahasa Bone dengan alasan wilayah ini ditemukan oleh orang-orang Bugis Bone. Sementara dalam bahasa Bugis sendiri, kata Boalemo dibagi dalam dua kata, yakni Boa yang artinya buah dan Lemo berarti Lemon.

Setelah daratan pantai yang ditumbuhi pepohonan dan buah jeruk sudah dikenal wilayah Boalemo, maka saat itu pula mulai ramai dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai macam suku bangsa. Meski demikian yang paling dominan adalah Suku Bugis dan Suku Ternate. Seiring dengan waktu bertambahnya para penduduk, maka dibentuklah sebuah kerajaan Boalemo. Ini dapat ditandai lewat peringatan upacara agama seperti lebaran Islam dan upacara serah terima jabatan bupati, camat (Waleya Lo Lipu) yang berpusat di Tilamuta.

Demikian halnya dengan kebiasaan penyambutan tamu (Motombulu Lo Lipu) ikut menggelar suksesi adat. Menariknya suksesi adat ini dilaksanakan dengan cara mengantar bupati bersama camat yang baru saja dilantik dan diarak dari rumah kediaman bupati dan camat (Yiladiya) menuju Masjid Jami sambil diselingi musik berupa Tambur (Towahu) atau oleh masyarakat Gorontalo dikenal dengan Hantalo, dihadiri para pemangku adat (Baate) dan prajurit (Apita Lau).

Prosesi adat ini konon ikut digelar saat pengangkatan Sultan Hurudji ketika dinobatkan menjadi raja pertama kali di Boalemo pada tahun 1607 M yakni abad ke 16 silam. Selama kepemerintahan Sultan Hurudji ini, wilayah Boalemo semakin maju dan terus mengadakan kerja sama dengan sejumlah wilayah seperti Ternate dan daerah lainnya. Bahkan semasa hidupnya, Sultan Hurudji ini sempat tiga kali menunaikan ibadah haji bersama sang isteri dan membawa anak yang pertama bernama I Djawa dengan menggunakan perahu Jarangga hasil buatan empat bersaudara.

Raja Hurudji beserta isterinya, Tawila wafat pada tahun 1686 M yang saat itu bertepatan hari Jumat secara bersamaan dan hanya dibedakan oleh waktu. Keduanya dimakamkan di atas sebuah bukit kecil yang kini nampak megah ini. Makam ini terletak di Desa Modelomo Kecamatan Tilamuta atau tepat berada di tepi jalan ketika hendak menuju Pelabuhan Perikanan. Posisi makam Raja Sultan Hurudji berada di dalam mesjid.

Sebenarnya, makam ini tidak berada dalam masjid jika melihat sejumlah arsip akhir tahun 2006. Artinya, masjid sengaja dibangun di lokasi makam agar nampak bahwa makam tersebut berada dalam masjid dan untuk melindungi makam ini, agar sejarahnya tak akan lapuk oleh zaman. Dan Sejarah kerajaan Boalemo ini dijadikan dasar oleh pemerintah ketika menggagas terbentuknya Kabupaten Boalemo yang pisah dari Kabupaten Gorontalo.

Keberadaan makam ini, telah di renovasi pada tahun 1998-1999, yakni pada saat Gorontalo masih tergabung dalam wilayah Provinsi Sulawesi Utara di era pemerintahan Gubernur Sulut E.E. Mangindaan dan Wakil Gubernur Prof. DR. H.H.A. Nusi. Perbaikan makam sultan hurudji kembali dilaksanakan pada tahun 2001, setelah Provinsi Gorontalo resmi berdiri. Saat itu, bantuan renovasi oleh pejabat Gubernur Gorontalo, H. Tursandi Alwi melalui Dinas Perhubungan dan Parpostel Provinsi Gorontalo pada proyek APBD Provinsi Gorontalo tahun anggaran 2001-2002.
   Merupakan makam sejarah para raja gorontalo.Akses menuju lokasi makam Sultan Hurudji dari Pusat Ibukota Provinsi Gorontalo, dapat di tempuh dalam waktu 2 jam dengan menggunakan kenderaan bermotor, baik yang beroda dua maupun beroda empat. Selain dapat berkunjung ke makam bersejarah ini, pengunjung pun dapat melakukan kunjungan wisata menarik lainnya yang ada di Kabupaten Boalemo

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong