Review Jurnal Interpretasi Budaya Clifford Geertz: Agama sebagai Sistem Budaya

28 August 2015 17:09:11 Dibaca : 2252

Review Jurnal Interpretasi Budaya Clifford Geertz:

Agama sebagai Sistem Budaya


 

Biografi
Clifford Geertz dilahirkan di San Francisco, California, Amerika Serikat pada tanggal 23 Agustus 1926. Dia merupakan ahli antropologi budaya yang beberapa kali melakukan penelitian lapangan di Indonesia dan Maroko. Dia menulis esai tentang ilmu-ilmu sosial serta merupakan pelopor pendekatan “interpretif” dalam bidang antropologi.
Geertz, melakukan penelitian untuk di wilayah Jawa selama 2 tahun. Ia pergi bersama isterinya Hildred yang juga seorang peneliti, dia meneliti wilayah Mojokuto tahun 1952 – 1954. Sekembalinya ke Harvard, dia berhasil meraih gelar doctor di bidang antropologi dari Department of Social Relation pada tahun 1956.
Geertz men¬jadi Guru Besar pada Advanced Study di Pricenton, New Jersey tahun 1970 – 2000. Karya-karyanya antara lain ;The Religion of Java (1960), Agricultural Involution (1963), The Social History of an Indonesian Town (1965), Islam Observed (1968), The Interpretation of Cultures (1973), Meaning and Order in Morocean (1980), Local Knowledge (1993), Tahun 2006, Geertz meninggal di Philadelphia dalam usia 80 tahun. Dia meninggalkan banyak sekali karya yang teori-teorinya bisa menjadi rujukan tidak hanya kalangan antropolog, tapi juga ilmuwan humaniora pada umumnya.
Latar Belakang Pemikirannya
Secara umum, pandangan Geertz dipengaruhi oleh tokoh antropologi dan ilmu sosial yaitu Evan Pitchrd dan Talcott Parsons. Pitchard menegaskan bahwa setiap teori harus berasal dari etnografi “particular” yang memberikan tekanan bahwa budya merupakan kata kunci dalam kajian antropologi. Dan menegaskan bahwa objek kajian lapangan tidak hanya meneliti tentang sebuah masayarakat tetap juga meneliti sebuah sistem, adat istiadat, sikap, ide maupun institusi besar masyarakat. Metode westehen lebih menekankan pada peran ide maupun sikap manusia. Menurunya kebudayaan merupakan produk atau hasil tindakan mausia. Untuk bisa memahami sesuatu yang sedang atau yang telah berlangsung dalam masyarakat, maka harus juga memahami makna sesuatu tindakan orang-orang yang terlibat didalamnya. Sebaliknya, parsons megataka bahwa suatu sistem budaya adalah objektif, koleksi symbol, tanda maupun isyarat adalah peistiwa yang akan membentuk sikap dan membimbing tidakan seseorang.
Interpretasi Budaya dan Agama dengan Menggunakan Metode Thick Description
Pada awalnya Geertz berpandangan bahwa sebuah agama akan tergambar dari kondisi masyarakat pemeluknya. Namun pada kenyataannya masyarakat akan menunjukkan agama yang mereka anut. Dalam teornya, Geertz memandang bahwa agama merupakan sebuah fakta budaya dan bukan semata-mata hanya sebagai ekspresi dari sebuah kehidupan sosial maupun ketegangan ekonomi. Sehingganya dalam penelitiannya di Jawa, Geertz melihat bahwa ide ataupun adat istiadat ritual-ritual kebuasaan akan menentukan adanya pengaruh agama dalam setiap celah kehidupan masyarakat jawa.
Dalam metode yang digunakan, Geertz menjelaskan agama kedalam lima kalimat. “Agama sebagai sebuah system budaya berawal dari sebuah kalimat tunggal yang mendefinisikan agama sebagai: 1) Sebuah sistem simbol yang bertujuan; 2) Membangun suasana hati dan motivasi yang kuat, mudah menyebar dan tidak mudah hilang dalam diri seseorang dengan cara; 3) Merumuskan tatanan konsepsi kehidupan yang umum; 4) Melekatkan konsepsi tersebut pada pancaran yang factual; 5) Yang pada akhirnya konsepsi tersebut akan terlihat sebagai suatu realitas yang unik”.
Geertz menjelaskan bahwa setiap simbol-simbol keagamaan mempunyai makna tersendiri sehngga seseorang harus memahami makna yang terdapat pada sibol-simbol agama tersebut. Dan tidak kalah pentignya adalah simbol yang berhubungan dengan struktur masyarakat dan psikologi individu anggotanya. Geertz membuatnya dalam transfigurasi segitiga, yang satu memiliki arti simbol, yangmemiliki arti, yang satunya masyarakat dan yang satunya lagi psikologi individu, yang saling berkaitan dalam sistem budaya agama.