Tahukah Anda ?

05 February 2013 00:29:05 Dibaca : 1973 Kategori : EDUCATION

Membicarakan bentuk dan pertumbuhan seni, bukanlah hal yang mudah, disebabkan antara lain Indonesia terdiri atas berbagai ragam kebudayaan etnis yang dengan sendirinya melahirkan berbagai ragam bentuk dan jenis seni. Di saat zaman mulai bergeser, maka segala sesuatu yang berhubungan dengan budaya pun akan ikut bergeser, termasuk nilai-nilai seni itu sendiri. Padahal di saat terjadinya pergeseran nilai-nilai seni itulah, pendidikan seni harus semakin ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitas sehingga memberi modal dasar yang kuat dalam kaitannya dengan menciptakan out put pendidikan berkarakter seperti telah diamanatkan dalam kurikulum sistem pendidikan nasional. Sayangnya, pendidikan seni di Indonesia sejauh ini justru tidak seimbang bila dibandingkan pendidikan lainnya. Inilah yang harusnya menjadi kesadaran penuh kita demi tercapainya hasil keluaran pendidikan yang berkarakter tadi. Tanpa keterlibatan pendidikan seni yang telah diyakini bisa mengasah dan menumbuh kembangkan perasaan dan kehalusan budi seseorang, seperti akan sulit dicapai.

Selain masalah moral, banyaknya anak-anak sekolah yang tawuran, bisa berkorelasi positif dengan kurangnya pendidikan seni di sekolah-sekolah. Pendidikan seni di sekolah-sekolah dalam berbagai jenjang, tak lebih dari dua jam pelajaran dalam sepekan, itu pun harus dibagi antara pendidikan seni musik, seni rupa, seni tari, seni drama dan cabang seni lainnya. Selebihnya anak-anak hanya akan mendapat tambahan pelajaran pendidikan seni bila mengambil ekstra kurikuler kesenian atau menjelang pentas seni di sekolah-sekolah yang dipaksa masing-masing kelas menampilkan salah satu benduk seni pertunjukkan. Dari alokasi jam pelajaran saja terlihat betapa pendidikan seni menjadi domplang dibanding pendidikan lainnya. Alokasi jam tersebut sama dengan pendidikan agama. Sehingga jangan terlalu menyalahkan anak-anak kalau kemudian masalah moral dan kehalusan budi menjadi barang langka dari para lulusan sekolah hampir semua jenjang.

Manusia diciptakan dengan berbagai keindahan oleh Tuhan. Dengan sendirinya kita sebagai makhluk pilihan mampu mereduksi kemampuan intuisi dan logisnya, yang keduanya telah menjadi kodrat manusia. Tanpa menyeimbangkan kedua modal tersebut, dikhawatirkan akan melahirkan pribadi-pribadi yang kekeringan dari rasa dan kehalusan budi. Tentu saja bila dikaitkan dengan kurikulum pendidikan nasional yang menginginkan kualitas lulusan yang berkarakter, akan terasa semakin jauh. Pendidikan seni merupakan �sesuatu� yang sama sekali tidak terpisah dari kehidupan manusia. Karena seni berkembang dengan mengikuti kodrat manusia, maka seni bukan lagi sekadar alat budaya yang memainkan peranan dalam kebudayaan. Tetapi, sudah mulai menjadi alat untuk menyampaikan segala ilmu-ilmu yang ada di dalam pendidikan formal maupun non formal. Itu karena pendidikan seni bisa memberikan sebuah pengalaman �rasa� pada peserta didik, dan pengalaman �rasa� itulah yang akan merangsang kemampuan berpikir.

Untuk itulah kita selaku manusia yang terus mendidik sekaligus menjadi peserta didik harus menyadari jika pendidikan seni akan mendukung berkesenian suatu masyarakat khususnya siswa sekaligus menangkap keseluruhan ilmu-ilmu yang diajarkan di tempat pendidikan yang formal atau pun tempat pendidikan yang tidak formal. Sedemikian pentingnya pendidikan seni bagi seorang manusia, tidak mengherankan apabila ketika masih balita yang pertama diajarkan adalah menyanyi, mengenal bentuk, mengenal warna dan bukan pelajaran matematika atau ilmu pengetahuan sosial misalnya. Dengan diperkenalkan menyanyi kepada anak-anak, sebenarnya sedang menggali potensi dasar yang secara kodrati dimiliki oleh seluruh manusia yaitu kehalusan budi dan rasa. Melalui belajar menyanyi, kedua aspek ini akan bisa dicapai sekaligus.

Coba saja bayangkan ketika seorang anak balita sedang diajarkan lagu �Balonku�. Ketika anak itu menyanyi dengan nada yang tidak tepat sehingga tidak dicapai harmoni, orang tua akan mengulangnya sehingga anak benar-benar bisa menirukan orang tuanya menyanyi, dengan nada yang tepat sehingga dicapai harmoni yang membuat sebuah lagi enak didengar. Tapi coba ajarkan anak anda lagu �Balonku� tapi tanpa nada alias asal bunyi, mau teriak atau bergumam, terserah anak anda. Dan hasilnya pasti tidak akan ditemukan harmoni sehingga terdengar tidak enak.

Inilah pelajaran dasar memperkenalkan keindahan, harmoni, nada, yang merupakan unsur-unsur dalam pendidikan seni.

 

Seni Adalah Pengalaman

Pengalaman itu sendiri merupakan suatu nilai-nilai yang sifatnya universal dan menjadi sumber dalam pencarian hakikat kebenaran.Pastinya manusia sepanjang hayatnya tetap mencari kebenaran tersebut hingga kebenaran itu bisa memunculkan satu hubungan yang indah antara manusia dengan manusia lainnya. Melalui pendidikan seni maka seorang manusia dihadapkan pada berbagai hakikat keindahan yang apabila bisa tercapai dalam pencariannya itu, akan menemukan hakikat keindahan yang tak lain adalah bersumber dari Tuhan. Tuhan segala pencipta, tuhan segala pemelihara yang sumber segala sumber termasuk sumber keindahan itu sendiri. Banyak bukti bagaimana seniman yang berhasil menemukan hakikat keindahan itu kemudian menjadikan dirinya semakin religious dan menyadari benar hakikat keindahan yang tak lain adalah salah satu pancaran dari keindahan Tuhan Yang Maha Indah.

 

 

Seni Adalah Penciptaan

Ada yang mengatakan: meniru sesuatu itu mudah, tapi menciptakan �sesuatu� tidaklah mudah. Lalu, apakah manusia di desain untuk mencipta? Bisa saja, karena pendidikan seni mampu menggali potensi dan mengeksplorasi kemampuan untuk mencipta sesuatu. Dan ini ditunjang dengan pengalaman yang disebutkan di atas hingga daya cipta manusia itu menjadi kaya akan nilai keindahan dan dinamis. Melalui pendidikan seni manusia dituntut tidak saja menikmati tapi bagaimana mengeksplorasi segala daya cipta yang dimiliki sehingga melahirkan sesuatu ciptaan yang juga bisa dinikmati oleh orang lain. Inilah hakikat pendidikan seni yang sebenarnya menjadi soko guru ilmu-ilmu lain termasuk ilmu eksakta dan ilmu-ilmu sosial. Maka tidak perlu heran kalau kebanyakan para filosop, para jenius yang menemukan berbagai alat yang berguna bagi kemanusiaan, seorang ahli teknologi, setidaknya ia juga punya pengalaman dalam hal kesenian, sekecil apapu pengalaman itu. Kenapa ? Karena melalui pendidikan seni yang baik, seorang peserta didik diarahkan, digali dan dibimbing untuk mencipta sesuatu dan tidak hanya sekedar menjadi penikmat.

 

 

Seni Adalah Media Aktualisasi

Diri Untuk selanjutnya seni masuk kepada suatu pendidikan. Di mana bagi setiap peserta didik seni itu sebagai wadah eksistensi dirinya, untuk selanjutnya menjadi refleksi dari hasil yang diciptakannya. Pendidikan seni merupakan satu fondasi bagi pendidikan intelektual yang terus berubah dan secara tidak langsung menjadi beban untuk segala jenis perubahan era. Karena seni atau pendidikan seni akan bisa menyesuaikan diri sekaligus mewarnai perubahan tersebut. Banyak sekali keragaman budaya kita yang menyebabkan kita mempunyai berbagai ragam bentuk yang jarang dimiliki bangsa lain. Namun, kita tidak dapat mengesampingkan pembicaraan seni modern sebagai salah satu perubahan zaman. Untuk itulah kita harus mewadahi berbagai seni menjadi satu pendidikan dengan tujuan mengkaji tiap-tiap jenis seni di Indonesia. Akan lebih bagus juga jika pendidikan seni bukan semata menjadi pengkajian tanpa berbuat sesuatu. Kita perlu memiliki suatu pembinaan agar pendidikan seni: seni tradisional dan modern bisa sama-sama berkembang di era zaman yang terus berubah-ubah. 

 

Source : www.anneahira.com/pendidikan-seni

 

ANES (☆^O^☆)

Blogroll

  • Masih Kosong