Makalah Metode Geolistrik

27 October 2014 13:40:43 Dibaca : 17467

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik didalam dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Aliran arus listrik yang mengalir didalam tanah yaitu melalui batuan-batuan dan sangat dipengaruhi oleh adanya air tanah dan garam yang terkandung didalam batuan serta hadirnya mineral logam maupun panas yang tinggi. Dalam hal ini yang di ukur yaitu dalam pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus kedalam bumi. Ada beberapa macam metode geolistrik antara lain: metode potensial diri, arus telluric, magnetoteluric, elektromagnetik, IP (Induced polarization), resistivitas (tahanan jenis) dan sebagainya.
Metode geolistrik ini digunakan untuk memperkirakan sifat kelistrikan medium atau formasi bantuan bawah permukaan, terutama kemampuannya untuk menghantarkan atau menghambat listrik. Dengan adanya metode ini kita dapat memperkirakan sifat kelistrikan bantuan bawah permukaan tanah. Untuk dapat menerapkan metode geolistrik dengan sempurna, maka kita harus dapat mengetahui tata cara penggunaan metode geolistrik. Penggunan metode geolistrik ini dengan menginjeksikan arus listrik di bawah permukaan tanah melalui dua buah elektroda arus listrik.
Dengan kita mengetahui metode-metode geolistrik ini, maka kita sebagai mahasiswa geografi dapat mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari untuk mengetahui adanya karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sehingga dapat mengetahui kemungkinan adanya lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa itu metode geoistrik ?
2. Bagaimana cara kerja serta kegunaan dari metode geolistrik ?
3. Bagaimana konvigurasi metode geolistrik ?
4. Apasajakah jenis-jenis dari metode listrik?
5. Apasajakah alat dari Geolistrik serta Gangguan (noise) dalam pengukuran Geolistrik?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui metode geolistrik
2. Untuk mengetahui cara kerja dan kegunaan geolistrik
3. Untuk mengetahui konvigurasi metode geolistrik
4. Untuk dapat mengetahui jenis-jenis dari metode listrik.
5. Untuk dapat mengetahui alat dari Geolistrik serta Gangguan (noise) dalam pengukuran Geolistrik

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Metode Geolistrik
Penggunaan metode geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1912. Conrad Schlumberger merupakan peletak dasar baru dalam menggunakan aspek kelistrikan. Untuk menyelidiki keadaan geologi bawah permukaan, beliau menggunakan"aspect dynamic" dari arus listrik yang diinjeksikan kedalam bumi, serta mengamati akibat terhadap sifat kelistrikan batuan sekelilingnya. Beliau juga sudah membayangkan akibat dari suatu medan listrik terhadap media yang homogen dan membandingkan dengan media yang non homogen.
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (‘Direct Current’) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah ‘Elektroda Arus’ A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda A dan B akan menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam. Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur dengan penggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah ‘Elektroda Tegangan’ M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar.
Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2. Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi. Pendeteksian di atas permukaan meliputi pengukuran medan potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat penginjeksian arus ke dalam bumi. Metode geolistrik yang terkenal antara lain: metode Potensial Diri (SP), arus telluric, magnetotelluric, elektromagnetik, IP (Induced Polarization), dan resistivitas (tahanan jenis) (Reynolds, 1997).
Metode geolistrik resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari lapisan batuan di dalam bumi (Hendrajaya dan Idam, 1990). Pada metode ini arus listrik diinjeksikan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus dan dilakukan pengukuran beda potensial melalui dua buah elektroda potensial. Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik akan dapat dihitung variasi harga resistivitas pada lapisan permukaan bumi di bawah titik ukur (Sounding point) (Apparao, 1997). Pada metode ini dikenal banyak konfigurasi elektroda, diantaranya yang sering digunakan adalah: konfigurasi Wenner, konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Wenner-Schlumberger, konfigurasi Dipole-dipole, Rectangle Line Source dan sistem gradien 3 titik (Hendrajaya dan Idam, 1990).
Berdasarkan pada tujuan penyelidikan metode ini dibagi menjadi dua yaitu mapping dan sounding. Metode resistivitas mapping merupakan metode resistivitas yang bertujuan mempelajari variasi resistivitas lapisan bawah permukaan secara horisontal. Sedangkan metode resistivitas sounding bertujuan mempelajari variasi resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara vertikal. Pada metode ini, pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan jalan mengubah-ubah jarak elektroda. Pengubahan jarak elektroda ini tidak dilakukan secara sembarang, tetapi mulai jarak elektroda kecil kemudian membesar secara gradual.

2.2 Cara Kerja Serta Kegunaan Dari Metode Geolistrik
A. Cara Kerja Metode Geolistrik
Cara kerja metode geolistrik yang sering digunakan adalah yang menggunakan 4 buah elektroda yang terletak dalam satu garis lurus serta simetris terhadap titik tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah elektroda tegangan (MN) di bagian dalam. Kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan serta tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis semu (‘Apparent Resistivity’). Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis yang terhitung tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah permukaan yang dilalui arus listrik.
Bila satu set hasil pengukuran tahanan jenis semu dari jarak AB terpendek sampai yang terpanjang tersebut digambarkan pada grafik logaritma ganda dengan jarak AB/2 sebagai sumbu-X dan tahanan jenis semu sebagai sumbu Y, maka akan didapat suatu bentuk kurva data geolistrik. Dari kurva data tersebut bisa dihitung dan diduga sifat lapisan batuan di bawah permukaan.

Gambar 2.1 Cara kerja metode listrik

B. Kegunaan Geolistrik
Kegunaan dari metode geolistrik itu sendiri yaitu agar dapat mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air.
Umumnya yang dicari adalah ‘confined aquifer’ yaitu lapisan akifer yang diapit oleh lapisan batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian atas. ‘Confined’ akifer ini mempunyai ‘recharge’ yang relatif jauh, sehingga ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca setempat. Metode geolistrik digunakan untuk eksplorasi diantaranya adalah:
1. Eksplorasi Batubara
Salah satu metoda geofisika yang dapat digunakan untuk memperkirakan keberadaan dan ketebalan batu bara di bawah permukaan adalah metoda geolistrik tahanan jenis. Metoda geolistrik dapat mendeteksi lapisan batu bara pada posisi miring, tegak dan sejajar bidang perlapisan di bawah permukaan akibat perbedaan resistansi perlapisan batuan yang satu dengan yang lain, karena pada umumnya batu bara memiliki harga resistansi tertentu.
2. Eksplorasi Geothermal
Dalam eksplorasi panas bumi digunakan metode geolistrik tahanan jenis untuk memetakan harga tahanan jenis batuan di daerah penelitian dalam rangka menentukan daerah konduktif yang merupakan batas reservoir sistem panas bumi. Peninjauan yang dilakukan dengan cara profiling untuk memperoleh gambaran umum daerah prospek panas bumi.
3. Eksplorasi Mineral
Dalam eksplorasi mineral digunakan metode geolistrik polarisasi terimbas. Mengenai polarisasi yang terjadi pada batuan dan tanah adalah melingkupi penyebaran atau difusiion-ion menuju mineral-mineral logam dan pergerakan ion-ion didalam pore-filling elektrolit. Yang menjadi efek utama atau mekanisme utama yang terjadi dalam suatu proses polarisasi adalah polarisasi elektroda atau electrode polarization dan polarisasi membrane atau membrane polarization.

2.3 Konfigurasi Metode Geolistrik
Metode geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Metode geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metode favorit yang banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan dengan biaya survei yang relatif murah.
Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna, seperti yang dipersyaratkan pada pengukuran geolistrik. Untuk posisi lapisan batuan yang terletak dekat dengan permukaan tanah akan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan membuat data geolistrik menjadi menyimpang dari nilai sebenarnya. Yang dapat mempengaruhi homogenitas lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada lapisan, faktor ketidak seragaman dari pelapukan batuan induk, material yang terkandung pada jalan, genangan air setempat, perpipaan dari bahan logam yang bisa menghantar arus listrik, pagar kawat yang terhubung ke tanah dan sebagainya.
Spontaneous Potential yaitu tegangan listrik alami yang umumnya terdapat pada lapisan batuan disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang secara kimiawi menimbulkan perbedaan tegangan pada mineral-mineral dari lapisan batuan yang berbeda juga akan menyebabkan ketidak-homogenan lapisan batuan. Perbedaan tegangan listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi bila digunakan konfigurasi Schlumberger dengan jarak elektroda AB yang panjang dan jarak MN yang relatif pendek, maka ada kemungkinan tegangan listrik alami tersebut ikut menyumbang pada hasil pengukuran tegangan listrik pada elektroda MN, sehingga data yang terukur menjadi kurang benar.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum dilakukan pengaliran arus listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami tersebut dan kedudukan awal dari multimeter dibuat menjadi nol. Dengan demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan listrik yang benar-benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB.
1. Konfigurasi Wenner

Gambar 2.2 Konfigurasi wenner
Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil. Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan faktor non homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat.
2. Konfigurasi Schlumberger
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB.

Gambar 2.3 Konfigurasi Schlumberger
Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik ‘high impedance’ dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2. Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak elektroda AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah demikian kecil, misalnya 1.0 milliVolt.
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB = 1 : 20. Perbandingan yang lebih kecil misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila mempunyai alat utama pengirim arus yang mempunyai keluaran tegangan listrik DC sangat besar, katakanlah 1000 Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang terukur pada elektroda MN tidak lebih kecil dari 1.0 milliVolt.
3. Konfigurasi Wenner-Schlumberger
Konfigurasi ini merupakan perpaduan dari konfigurasi Wenner dan konfigurasi Schlumberger. Pada pengukuran dengan faktor spasi (n) = 1, konfigurasi Wenner-Schlumberger sama dengan pengukuran pada konfigurasi Wenner (jarak antar elektrode = a), namun pada pengukuran dengan n = 2 dan seterusnya, konfigurasi Wenner-Schlumberger sama dengan konfigurasi Schlumberger (jarak antara elektrode arus dan elektrode potensial lebih besar dari pada jarak antar elektrode potensial).

Gambar 2.4 Konfigurasi Wenner-Schlumberger
4. Konvigurasi Dipole-Dipole
Pada konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode potensial ditempatkan terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-masing elektrode a. Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode potensial pada suatu penampang dengan elektrode arus tetap, kemudian pemindahan elektrode arus pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan elektrode potensial sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran elektrode arus pada titik terakhir di lintasan itu

Gambar 2.5 Konvigurasi Dipole-Dipole
Sehingga berdasarkan gambar, maka faktor geometri untuk konfigurasi Dipole-dipole memiliki persamaan sebagai berikut :

Sehingga berlaku hubungan :

2.4 Jenis-jenis metode geolistrik
Jenis-jenis metode geolistrik yaitu :
1. Metode Tahanan Jenis
Metode resistivitas merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat tahanan jenis listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Prinsip dasar metode resistivitas yaitu mengirimkan arus ke bawah permukaan, dan mengukur kembali potensial yang diterima di permukaan. Faktor geometri diturunkan dari beda potensial yang terjadi antara elektroda potensial MN yang diakibatkan oleh injeksi arus pada elektroda arus AB.
Besarnya resistansi R dapat diperkirakan berdasarkan besarnya potensial sumber dan besarnya arus yg mengalir. Besaran resistansi tersebut tidak dapat digunakan untuk memperkirakan jenis material karena masih bergantung ukuran atau geometri-nya. Untuk itu digunakan besaran resistivitas yang merupakan resistansi yang telah dinormalisasi terhadap geometri. Ketika melakukan eksplorasi, perbandingan posisi titik pengamatan terhadap sumber arus. Perbedaan letak titik tersebut akan mempengaruhi besar medan listrik yang akan diukur. Besaran koreksi terhadap perbedaan letak titik pengamatan tersebut dinamakan faktor geometri.
2. Metode Polarisasi Terimbas (Induced Polarization)
Metode polarisasi terimbas (Induced Polarization) adalah salah satu metode geofisika yang mendeteksi terjadinya polarisasi listrik yang terjadi di bawah permukaan akibat adanya arus induktif yang menyebabkan reaksi transfer antara ion elektrolit dan mineral logam. Parameter yang diukur adalah nilai dari chargeability, yaitu nilai dari perbandingan antara peluruhan potensial sekunder terhadap waktu. Konfigurasi pengukurannya sama dengan metoda tahanan Jenis.
Metode ini umumnya digunakan untuk penelitian eksplorasi air tanah, geoteknik, ekplorasi mineral, studi lingkungan, dan arkeologi. Peralatan metoda Polarisasi Terimbas yang dimiliki oleh Pusat Survei Geologi, adalah sebagai berikut : IPR-12 Receiver dengan TSQ-3 Transmitter Merk Scintrex.
3. Metode Potensial Diri
Metoda potensial diri pada dasarnya merupakan metoda yang menggunakan sifat tegangan alami suatu massa (endapan) di alam. Hanya saja perlu diingat bahwa anomali yang diberikan oleh metoda potensial diri ini tidak dapat langsung dapat dikatakan sebagai badan bijih tanpa ada pemastian dari metoda lain atau pemastian dari kegiatan geologi lapangan. Karena pengukuran dalam metoda potensial diri diperoleh langsung dari hubungan elektrik dengan bawah permukaan, maka metoda ini tidak baik digunakan pada lapisan-lapisan yang mempunyai sifat pengantar listrik yang tidak baik (isolator), seperti batuan kristalin yang kering.
Ada dua macam teknik pengukuran Metode Potensial Diri yaitu:
1) Cara yang pertama, salah satu elektroda tetap, sedangkan yang satu lagi bergerak pada lintasannya.
2) Cara yang kedua, kedua elektroda bergerak bersamaan secara simultan, misalnya dengan interval 50 m.

2.5 Alat Geolistrik serta Gangguan (noise) dalam pengukuran Geolistrik
2.5.1 Alat Geolistrik
Alat yang digunakan dalam pengukuran geolistrik merupakan serangkaian dari beberapa alat yang digunakan untuk mendeteksi adanya muatan listrik, air dan lain-lain di dalam bumi. Alat-alat geolistrik ini antara lain terdiri :
1. G – sound twin probe dan soil box

Gambar 2.6 G – sound twin probe Gambar 2.7 Soil Box
G-sound dibuat untuk kebutuhan akan alat ukur resistivitas (geolistrik) yang instrumennya didesain untuk pengukuran bergerak (pertable) dengan kedalaman penetrasi arus mencapai 100-150 meter. Pada G-sounds tidak diperlukan adjusting SP dengan rumit, melalui tombol adjusting maka nilai SP terkoreksi secara otomatik teknologi curent source (pembangkit arus) yang terdapat pada G-sound menjadikannya andal, berpengaman sistem anti short circuit, dimana kondisi hubungan singkat sering terjadi pada saat AB (arus) terlalu dekat atau lapisan berimpedansi rendah. Dengan impedansi multimeter pada instrumen sebesar 10 Mohms dan resolusi 12 bit, menjadikan pengukuran nilai tegangan dan arus sangat resisi dan akurat.
Teknologi yang di aplikasikan pada setiap instrumen geolistrik dengan sistem current sources dan anti short circuit dapat dimanfaatkan untuk melakukan pengukuran dalam skala laboratorium misalkan dalam mengukur media tanah (soil box) batuan, (sampel core) dan lumpur. Dengan demikian G-sound mendukung keperluan pengukuran baik dilapangan maupun dilaboratorium.

2. Alat resistivitas S-Field 16 elektroda automatic multichannel

Gambar 2.7 S-Field 16 elektroda automatic multichannel
Dengan adanya alat ini pengukuran resistivitas bias dilakukan secara simultan sampai 16 elektroda, dan dapat pula di upgrade menjadi 32,64,128 elektroda atau lebih (max 1000 cannel). Dengan demikian akan menghemat waktu dan tenaga dalam pengukuran resistivitas bawah pengukuran. Melalui instrument resistivity multichannel pengukuran data resistivity 2D dan 3D menjadi lebih episien. Teknologi current source (pembangkit arus) yang terdapat pada S-field menjadikannya handal, berpengaman system anti short circuit, sehingga aman digunakan pada saat jarak elektroda arus terlalu rapat atau impedansi sangat rendah.
3. IPMGEO – 4100

Gambar 2.9 IPMGEO – 4100
Inducet polarization atau polarisasi terimbas merupakan salah satu metode geofisika yang mendeteksi terjadinya polarisasi listrik pada permukaan mineral logam. Polarisasi ini terjadi akibat adanya arus induktif yang menyebabkan reaksi transfer antara ion elektrolit dan mineral logam. IPMGEO-4100 dirancang untuk mengukur parameter polarisasi terimbas melalui nilai chargeability. Nilai ini merupakan perbandingan antara keseluruhan potensi sekunder terhadap waktu. IPMGEO-4100 bekerja dalam domain waktu dimana data akuisisi direkam melalui A/D char dengan akurasi 10 bit.
4. Sonic wave analyser (Sowan)

Gambar 2.10 Sonic wave analyser (Sowan)
Sowan adalah instrument ukur kecepatan gelombang ultrasonic pada sampel batuan. Melalui alat ini dapat terbaca waktu tempuh gelombang ρ dan S secara akurat karena tegangan bernilai 350 V dan lebar 1ns. Instrument ukur ini dapat digunakan untuk analisa kekuatan batuan, instrument ini bermanfaat untuk menganalisa kekuatan bahan, beton misalnya melalui parameter elastic dinamik. Sowan sangat bermanfaat bagi tehnik sifil, mekanika batuan, dan juga ahli geofisika. Untuk analisa fisika batuan (rock physic). khusus untuk analisa fisika batuan, instrument ini dapat dimodifikasi untuk simulasi pengukuran kecepatan gelombang sonic insitu melalui penambahan tabung tekanan tinggi.

2.5.2 Noise ata gangguan pada saat pengukuran
Adapun gangguan yang mungkin terjadi pada saat kita melakukan pengukuran geolistrik yaitu:
1. Hujan
Apabila pada saat hujan kita melakukan pengukuran itu sangat mengganggu karena yang kita ukur adalah kuat arus atau listrik dalam bumi. Jika ada air maka arus listrik besar sehinnga sangat mempengaruhi pada data yang kita butuhkan.
2. Petir
Pada saat kita mengukur geolistrik dalam tanah pada saat ada petir ini sangat mengganggu, karena kita menggunakan alat hampir semua terbuat dari besi, jadi kemungginan kita bisa tersambar petir. Ini sangat mengganggu pada proses pengukuran dan pada data kita.
3. Gempa Bumi
Gempa bumi merukapan peristiwa alam berupa getaran atau gerakan bergelombang pada kulit bumi yang disebabkan oleh tenaga endogen. Jika kita melakukan pengukuran pada saat gempa bumi tentu data yang kita dapat tidak akurat. Karena getaran atau gerakan yang terjadi dapat menggeserkan alat yang kita pasang dengan jarak yang telah ditentukan, sehingga jika hal itu terjadi maka kita harus mengukur kembali.
4. Bunyi
Bunyi yang sangat keras sangat mengganggu pengukuran. Contohnya jika pada saat kita melakukan pengukuran di sekitar jalan, kita sudah memasang alat tetapi pada saat melakukan pengukuran tib-tiba ada sebuah truk lewat maka data yang kita peroleh akan kacau karena disebabkan oleh sumber bunyi dari truk tersebut dan getaran yang ditimbulkannya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat dimbil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (‘Direct Current’) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah.
2. Metode geolistrik yang sering digunakan adalah yang menggunakan 4 buah elektroda yang terletak dalam satu garis lurus serta simetris terhadap titik tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah elektroda tegangan (MN) di bagian dalam. Geolistrik bisa untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang mempunyai kontras resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya.
3. Metode geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Konfigurasi metode geolistrik yaitu : konfigurasi wenner, sclumberger, dipole-dipole, dan Wenner dan Schlumberger.
4. Metode geolistrik terdiri dari beberapa jenis yaitu: metode potensial diri, IP (Induced polarization), resistivitas (tahanan jenis) dan sebagainya.
5. Alat-alat geolistrik terdiri dari G-sound twin probe, soil box, IPMGEO-4100, dan lain-lain. Setiap pengukuran geolistrik ada noise atau gangguan yang mungkin terjadi yang disebabkan oleh gejala-gejala alam dan perbuatan manusia itu sendiri.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini untuk itu kami mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.Dan semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Biogeografi : Makalah Bioma

27 October 2014 13:33:18 Dibaca : 14750

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bumi merupakan planet ketiga yang berada di dalam tata surya Galaksi bima sakti. Jarak dari matahari ke bumi adalah kurang lebih 150.000.000 km, bumi sendiri merupakan satu-satunya planet yang memiliki kehidupan. Di bumi terdapat berbagai jenis flora dan fauna yang tersebar diseluruh muka bumi ini, persebaran ini dapat dipelajari atau diketahui melalui suatu sistem yang disebut dengan Bioma.
Bioma merupakan ekosistem terbesar yang dimiliki oleh flora dan fauna yang khas, yang pada dasarnya terdiri atas produsen, konsumen, dan pengurai (dekomposer), yang dimana didalamnya terjadi sebuah aliran materi dan energi yang selalu dimulai dari tumbuhan. Ciri khas dari suatu bioma sendiri adalah adanya suatu vegetasi tertentu yang dominan pada suatu wilayah yang dipengaruhi oleh kondisi iklim regionalnya, garis lintang serta ketinggian letak suatu tempat dari permukaan laut. Oleh karena itu, perbedaan antara bioma tampak jelas dari jenis-jenis vegetasi yang terdapat didalamnnya.
Bioma adalah sekelompok hewan dan tumbuhan yang tinggal di suatu lokasi geografis tertentu. Bioma dapat dibagi menjadi beberapa jenis, ditentukan oleh curah hujan dan intensitas cahaya mataharinya. Bioma dipermukaan bumi antara lain: bioma gurun, bioma padang rumput, bioma hutan tropis, bioma hutan gugur, bioma hutan taiga, bioma tundra, bioma sabana, bioma hutan bakau, bioma hutan lumut dan bioma hutan musim.
Bioma merupakan komunitas yang cukup stabil, kecuali ada suatu kejadian yang mengganggu kestabilannya, sehingga membuat komunitas tersebut terganggu dan akhirnya punah. Begitu banyak atau beraneka ragam bioma yang ada di permukaan bumi ini yang dapat kita manfaatkan demi kesuburan bumi ini agar tidak rusak. Maka dari itu kita sebagai manusia, mahluk tuhan yang sempurna sudah sepatutnya menjaga dan melestarikan flora dan fauna yang ada di permukaan bumi ini, khususnya kita sebagai mahasiswa geografi yang cinta dengan alam atau bumi ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan Bioma?
2. Sebutkan tipe-tipe bioma yang ada dipermukaan bumi ini?
3. Bagaimanakah cara untuk menjaga dan melestarikan bioma yang ada dibumi ini?
1.3 Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui pengertian dari Bioma
2. Dapat mengetahui tipe-tipe bioma yang ada dipermukaan bumi
3. Dapat mengetahui cara kita menjaga dan melestarikan bioma di bumi ini

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bioma
Bioma adalah bentang lahan yang memiliki karakteristik khas yang berdasarkan keadaan iklimnya di dominasi oleh flora dan fauna tertentu. Bioma termasuk ekosistem darat dalam skala luas yang memiliki struktur vegetasi dominan. Penyebaran bioma di pengaruhi oleh iklim, letak geografis, garis lintang, dan ketinggian letak dari permukaan laut.
Ciri-ciri bioma adalah sebagai Berikut :
1. Terbentuk antara interaksi unsur-unsur lingkungan yaitu iklim, air, tanah, dan organisme yang hidup di suatu daerah.
2. Merupakan komunitas klimaks (kumpulan berbagai macam populasi) yang menandakan bahwa di daerah tersebut terdapat suatu bentuk vegetasi utama yang mendominasi.
3. Merupakan komunitas yang cukup stabil, kecuali ada suatu kejadian yang mengganggu kestabilan komunitas.
4. Dapat dikenali dengan mudah dengan dominasi vegetasinya.
5. Penamaan bioma pada umumnya didasarkan atas dominasi vegetasinya.
2.2 Tipe-Tipe Bioma Yang Ada Dipermukaan Bumi Ini
Tipe-tipe bioma yang ada dipermukaan bumi ini adalah sebagai berikut :
2.2.1 Bioma Gurun
Gurun adalah daerah yang sangat kering dengan umumnya kurang dari 10 inci hujan per tahun. Suhu biasanya berubah secara dramatis antara siang dan malam. Satu-satunya tanaman yang hidup di gurun adalah mereka yang disesuaikan untuk menghemat air.

Gambar 2.1 Bioma Gurun
A. Ciri-ciri bioma gurun :
1. Curah hujan sangat rendah, +/- 25 mm/tahun
2. Evaporasi (penguapan) tinggi dan lebih cepat dari pada presipitasi (hujan)
3. Kelembaban udara sangat rendah
4. Perbedaan suhu udara siang dan malam sangat tinggi (siang 450 C malam 00 C)
5. Tanah pasir sangat tandus karena tidak dapat menampung air
6. Tingkat deflasi tinggi
B. Lingkungan biotik :
1. Flora: tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan yang kering (xerofit) seperti kaktus, pohon korma, dan zaitun
2. Fauna: hewan besar yang mampu menyimpan air seperti unta, sedangkan hewan kecil hanya aktif pada pagi dan malam hari dimana pada siang harinya bersembunyi di lubang-lubang seperti ular, tikus, kadal, dan serangga.
2.2.2 Bioma Tundra
Bioma terdingin disebut tundra. Bioma tundra terletak di bagian Utara (Kutub Utara) dan Kutub Selatan (Antartika) . Tundra juga ditemukan di atas gunung-gunung pada ketinggian yang sangat tinggi. Vegetasi sangat rendah di tanah dan termasuk semak pendek, rumput, dan lumut. Lapisan lapisan es, atau tanah beku permanen, biasanya muncul.

Gambar 2.2 Bioma Tundra
A. Ciri-ciri bioma tundra
1. Radiasi energi matahari sangat sedikit
2. Musim dingin sangat panjang dan gelap (9 bulan)
3. Musim panas berlangsung cepat (3 bulan), pada musim inilah vegetasi mulai tumbuh.
B. Lingkungan Biotik
1. Flora: vegetasi yang dominan di bioma tundra adalah lumut dan jamur
2. Fauana: fauna khas bioma tundra yaitu muskoxem (bison kutub), reinder atau caribau (rusa kutub), pinguin, dan singa laut.
2.2.3 Bioma Sabana
Bioma sabana adalah Padang Rumput yang diselingi oleh gerombolan Semak dan Pohon. Persebaran bioma sabana terdapat di afrika, amerika selatan, Australia dan Indonesia. Berdasarkan jenis tumbuhan yang menyusunnya, sabana dibagi menjadi dua jenis yaitu sabana murni (satu jenis tumbuhan) dan sabana campuran (campuran jenis tumbuhan).

Gambar 2.3 Bioma Sabana
A. Ciri-ciri gurun sabana
1. Terdapat di daerah khatulistiwa (iklim tropis)
2. Curah hujan antara 100 - 150 mm/tahun
3. Curah hujan sedang dan tidak teratur
4. Porositas (air yang meresap ke tanah) dan drainase (pengairan) cukup baik
B. Lingkungan biotik
1. Flora: rumput, semak, dan pepohonan dengan ketinggian maksimal 4 meter
2. Fauna: gajah, jerapah, zebra, kuda nil, singa, cheetah, dsb

2.2.4 Bioma Taiga
Bioma taiga merupakan salah satu bioma yang terdapat di bumi yang hutannya mayoritas berdaun jarum. Bioma ini kebanyakan berada di wilayah antara subtropika dengan daerah kutub lintang 45-66,50. Persebaran bioma hutan taiga tersebar berada di daerah Skandinavia (eropa utara), rusia, siberia, dan Alaska.

Gambar 2.4 Bioma Taiga
A. Ciri-ciri Bioma taiga
1. Perbedaan suhu pada musim panas dan musim dingin sangat tinggi
2. Pertumbuhan tanaman terjadi pada musim panas (3-6 bulan)
3. Tumbuhan/pohon yang seragam (homogen).
B. Lingkungan abiotik
1. Flora: flora khas bioma ini adalah pohon berdaum jarum/konifer seperti pohon pinus merkusi, cemara. berdaun jarum disini yaitu pohon membentuk seperti jarum jika dilihat dari kejauhan. Jadi, bukan seperti pohon kaktus yang berdaun jarum.
2. Fauna: fauna yang terdapat di bioma ini antara lain beruang hitam (grizily), tupai, burung-burung yang bermigrasi, rusa kutub, dan srigala.
2.2.5 Bioma hutan gugur
Ciri khas dari bioma hutan gugur adalah tumbuhannya pada waktu musim dingin, daun-daunnya meranggas/berguguran. Bioma ini dapat dijumpai di wilayah Amerika Srikat, Kanada, Eropa Barat, Asia Timur dan Chili.

Gambar 2.5 Bioma Hutan Hujan Gugur
A. Ciri-ciri bioma hutan gugur
1. Curah hujan merata yaitu 75-100 mm/tahun
2. Mempunyai empat musim (panas, dingin, gugur, dan semi)
3. Terletak di wilayah sub tropis 23,50 Lu dan Ls
4. Pada musim panas: radiasi matahari cukup tinggi, curah hujan tinggi, dan kelembaban tinggi.
5. Menjelang musim dingin: radiasi matahari mulai berkurang, suhu dan kelembaban mulai turun. Tumbuhan sulit mendapatkan air, sehingga warna daun menjadi merah dan cokelat hingga akhirnya berguguran (musim gugur).
6. Musim dingin: tubuhan gundul (tidak berdaun), daun tidak mengalami fotosintesis, dan beberapa jenis hewan melakukan hibernasi (tidur panjang).
7. Menjelang musim panas: suhu naik, salju mencair, dan tumbuhan mulai berdaun (musim semi).
B. Lingkungan Biotik
1. Flora: flora pada hutan musim antara lain bunga sakura, bunga nasional negara Kanada, bambu, palem, pakis, dan eucalyptus.
2. Fauan: fauna yang terdapat pada bioma ini antara lain adalah serangga, burung, bajing, rakun, kiwi, dan tasmania.
2.2.6 Bioma mangrove
Hutan bakau atau mangrove banyak ditemukan di pantai yang landai di daerah tropis dan subtropis. Hutan bakau di indonesia terdapat di sepanjang pantai timur Sumatera, pantai barat dan selatan Kalimantan, sepanjang pantai Papua, pantai utara jawa, pantai selatan jawa.

Gambar 2.6 Bioma Mangrove
A. Ciri-ciri Bioma Mangrove
1. Kadar garam air dan tanahnya tinggi
2. Kadar oksigen air dan tanahnya tinggi
3. Kontur pantai landai
4. Pantai berlumpur dan berombak tenang
5. Saat air pasang, lingkungan ekosistem banjir
6. Saat air surut, lingkungan ekosistem becek dan berlumpur
7. Tidak terdapat sampah atau limbah
B. Lingkungan biotik
1. Flora: tubuhan yang mendominasi adalah pohon bakau (Rzihopora Sp.), pohon kayu api (Aviciena), dan pohon bogem (bruguiera)
2. Fauna: jenis hewan yang ditemuka di bioma mangrove antara lain ikan, kepiting, buaya, biawak, kelomang, dan burung pemakan ikan.
2.2.7 Bioma padang rumput atau stepa
Persebaran bioma stepa terdapat di wilayah Hongaria (Puzta), Kanada (Great Plains), Amerika Selatan (Pampa-Argentina), Rusia (Siberia), Amerika Serikat (Praire), Australia, dan Selandia Baru.

Gambar 2.7 bioma Stepa
A. Ciri-ciri bioma padang rumput atau stepa
1. Terdapat di daerah peralihan antara iklim basah (hummid) dan iklim kering (arid)
2. Curah hujan antara 50 - 100 mm/tahun
3. Curah hujan relatif rendah dan tidak teratur
4. Porositas (air yang meresap ke tanah) dan drainase (pengairan) kurang baik sehingga tumbuhan sulit mengambil air
B. Lingkungan biotik
1. Flora: tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang porositas dan drainasenya kurang baik yaitu tumbuhan rumput. ketinggian rumput yang hidup di wilayah stepa memiliki ketinggian 0,6 - 1,2 meter.
2. Fauna: hewan yang hidup di wilayah stepa antara lain kelinci, bison, mustang (kuda liar), srigala, domba, dan kanguru
2.2.8 Bioma hutan hujan tropis
Bioma hutan hujan tropis merupakan bioma yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang paling tinggi. Persebaran bioma hutan hujan tropis meliputi wilayah Amerika Selatan (Brazil), Asia Tenggara (Indonesia), Papua Nugini, dan Afrika Tengah (Kongo).

Gambar 2.8 Bioma Hutan hujan tropis
A. Ciri-ciri bioma hutan hujan tropis
1. Curah hujan tinggi dan merata sepanjang tahun (200 - 225 mm/tahun)
2. Sinar matahari sepanjang tahun
3. Perubahan suhu relarif rendah
4. Dasar hutan basah dan lembab
5. Pohon-pohon rapat, membentuk kanopi (payung), gelap sepanjang hari, dan hijau sepanjang tahun (ever green)
B. Lingkungan biotik
1. Flora: terdapat beratus-ratus spesies tumbuhan yang heterogen. pohon-pohon utama seperti cendana dan pohon besi mencapai ketinggian 20-50 meter. Tumbuhan khas yang terdapat di sini yaitu tumbuhan liana (tumbuhan yang menjalar) seperti rotan dan tumbuhan epifit (tumbuhan yang menempel) sperti anggrek, tumbuhan paku.
2. Fauna: hewan yang hidup di siang hari (diunal) seperti orang utan dan hewan yang hidup di malam hari (nokturnal) seperti burung hantu, macan tutul, dsb.
Indonesia memiliki hutan hujan tropis yang cukup luas dan menjadi paru-paru dunia. hutan hujan tropis di Indonesia terdapat di Pulau Papua, Pulau Sulawesi, Pulau kalimantan, dan Pulau Sumatera. Hutan hujan tropis tersebut dilindungi oleh undang-undang dengan predikat sebagai taman nasional seperti taman nasional Gunung Lauser. Hutan hujan tropis tersebut menjadi habitat alami bagi tumbuhan dan hewan khas Indonesia seperti orang hutan, tarsius, walabi, dan harimau. Namun, kini banyak hutan hujan tropis yang dikeruk alamnya seperti untuk perkebunan kelapa sawit, pertambangan, dan penebangan hutan. Dengan adanya masalah tersebut jika terus beralngsung lama-kelamaan hutan hujan tropis beserta lingkungan biotisnya akan punah dari bumi Indonesia dan akan menimbulkan bencana global seperti pemanasan global.
2.2.9 Bioma hutan musim tropis
Bioma hutan musim tropis terdapat pada daerah-daerah yang mengalami pergantian musim kering dan musim penghujan yang sangat jelas. Hutan musim tropis mempunyai biomassa yang lebih rendah dari pada hutan hujan tropis. Hutan musim tropis juga memiliki struktur berlapis-lapis yang terdiri dari lapisan atas (kanopi), lapisan tingkat, dan lapisan dasar dengan ketinggian pohon dapat mencapai 35 meter.
A. Ciri-ciri bioma hutan musim tropis
1. Ketinggian pohon 15 - 35 meter
2. Cabang pohon mulai tumbuh saat pohon masih rendah
3. Sebagian sinar natahari dapat mencapai tanah
4. Dimusim panas, pohon menggugurkan daunnya (meranggas) untuk mengurangi penguapan
5. Dimusim penghujan, daunnya lebat
B. Lingkungan biotik
1. Flora: didominasi oleh pohon jati, pohon angsana, dan pohon karet
2. Fauna: rusa, kijang, babi hutan, dan harimau
Persebaran hutan musim tropis meliputi wilayah benua Amerika Tengah, Afrika selatan, Asia Timur, Australia, India, dan Indonesia (Jawa, Sumatera, sulawesi).
2.3 Cara menjaga dan melestarikan bioma di permukaan bumi
Adapun cara untuk menjaga serta melestarikan bioma yaitu:
1. Mengurangi penggunaan kertas
2. Hemat penggunaan air dan bahan bakar energi
3. Buanglah sampah pada tempatnya
4. 3R (reduce, reuse, recycle)
5. Mulailah menanam pohon di rumah Kita
6. Jika tidak bisa menanam, lindungi pohon yang ada di sekitar kita dari penebangan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa bioma merupakan bentang lahan yang memiliki karakteristik khas yang berdasarkan keadaan iklimnya di dominasi oleh flora dan fauna tertentu. Bioma dipermukaan bumi ini bermacam-macam jenisnya yang tersebar luas diseluruh dunia. Penyebaran bioma dibumi ini dipengaruhi oleh iklim, letak geografis, garis lintang, dan ketinggian letak dari permukaan laut.
Tipe-tipe bioma dipermukaan bumi ada 9 yaitu bioma gurun, stepa, hutan hujan tropis, hutan gugur, hutan mangrove, hutan sabana, tundra, taiga, dan hutan musim tropis. Begitu banyak jenis-jenis bioma yang ada di bumi, sehingganya kita sebagai manusi yang merupakan mahluk sosial sudah sebaiknya menjaga dan melestarikan bioma atau hutan-hutan yang ada dibumi ini yaitu dengan cara Mengurangi penggunaan kertas yang berlebihan, hemat penggunaan air dan bahan bakar energy, membuang sampah pada tempatnya, melakukan reboisasi pada hutan-hutan yang gundul, menanam pohon disekitar rumah kita dan jika tidak bisa menanam pohon sebaiknya lindungi pohon yang ada disekitar kita dari penebangan liar.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu kami mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Jenis-Jenis, Ciri-Ciri dan Lingkungan Biotis Bioma di Bumi. Di unduh di http:/geografi.site90.com/ diakses pada tanggal 12 September 2013.
Anonim. 2013. Pengertian Bioma dan jenis bioma. Di unduh di http:/biologipedia.blogspot.com/ diakses pada tanggal 12 September 2013.
M. Indianto dan Purwanti. 2007. Geografi untuk SMA Kelas XI Program IPS. Jakarta: Penerbit Pelangi.
Ratna melati, ratna dan Eko sujiatmiko.2012.Kamus Geografi.Surakarta: ASksara Sinergi Media.

 

Pengaruh Bahasa Daerah terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia

27 October 2014 13:31:55 Dibaca : 47096

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, banyak sekali bahasa daerah yang digunakan sebagai bahasa berkomunikasi setiap harinya di masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan tidak semua masyarakat memahami penggunaan bahasa Indonesia yang baku. Selain itu masyarakat merasa canggung menggunakan bahasa Indonesia yang baku di luar acara formal atau resmi. Oleh karena itu, masyarakat lebih cenderung menggunakan atau berbahasa Indonesia yang telah terafiliasi oleh bahasa daerah, baik secara pengucapaan maupun arti bahasa tersebut. Kebiasaan bahasa daerah ini sedikit banyak akan berpengaruh terhadap bahasa Indonesia yang merupakan bahasa resmi negara Indonesia.
Bahasa sangatlah berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan perkembangan era globalisasi yang makin maju maka tingkat bahasa juga sangat penting. Tapi kita lihat sekarang ini bahasa daerah dan bahasa Indonesia secara bersamaan dalam melakukan komunikasi satu sama lain. Fenomena ini sangat banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari di kalangan orang tua, tapi yang lebih parahnya lagi para remaja atau anak sekolah juga sudah mengikuti dialog-dialog tersebut. Mengingat masalah ini bukan hanya di hadapi oleh orang tua saja bahkan sudah berpengaruh di kalangan siswa. Contoh di kalangan masyarakat desa anak-anak lebih cenderung berbahasa daerah karena orang tuanya yang menggajarkan anak tersebut bahasa daerah dari kecil. Kebanyakan anak-anak yang masuk sekolah TK sebagian besar tidak mengerti dengan berbahasa Indonesia.
Antara bahasa daerah dan bahasa Indonesia akan tetap saling mempengaruhi kalau keduanya sama-sama digunakan, dan selama itu pulalah inteferensi ada. Oleh karena itu agar perkembangan bahasa Indonesia sehat, sudah selayaknya para dwibahasawan sadar agar selalu berpedoman pada kaidah-kaidah yang berlaku. Sekedar mempengaruhi interferensi, dan sudah selayaknya orang yang mempunyai pengaruh, orang yang ternama, orang yang mempunyai pamor, memberikan bantuan berupa contoh dan teladan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tentu saja tidak ketinggalan pakar-pakar bahasa Indonesia, yang harus selalu membantu perkembangan bahasa Indonesia serta mengarahkan seluruh bangsa Indonesia untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apakah pengertian dari bahasa daerah?
2. Apa hubungan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah?
3. Apa pengaruh bahasa daerah terhadap perkembangan bahasa Indonesia?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk dapat mengetahui pengertian dari bahasa daerah.
2. Untuk dapat mengetahui hubungan bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.
3. Dapat mengetahui pengaruh bahasa daerah terhadap perkembangan bahasa Indonesia.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakekat Bahasa
Banyak pakar yang membuat defenisi tentang bahasa dengan pertama-tama menonjolkan segi fungsinya, seperti Sapir (1221:8), Badudu (1989:3), dan Keraf (1984:16). Namun ada beberapa pakar yang tidak menonjolkan fungsi, tetapi menonjolkan “sosok” bahasa seperti yang dikemukakan Kridalaksana (1983, dan juga dalam Djoko Kentjono 1982): “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”. Defenisi ini sejalan dengan defenisi dari Barber (1964:21), Wardhaugh (1977:3), Trager (1949:18), de Saussure (1966:16), dan Bolinger (1975:15).
Oleh karena itu, meskipun bahasa tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti, tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa, tetapi karena “rumitnya” menentukan paromin bahasa atau bukan, hanya dialek saja dari bahasa yang lain, maka hingga kini belum pernah ada angka yang pasti berapa jumlah bahasa yang ada di dunia ini (Crystal 1988:284).
Tarigan (1990:2-3) mengemukakan adanya delapan prinsip dasar hakikat bahasa, yaitu (1) bahasa adalah suatu sistem, (2) bahasa adalah vokal, (3) bahasa tersusun daripada lambang-lambang arbitrari, (4) setiap bahasa bersifat unik, (5) bahasa dibangun daripada kebiasaan-kebiasaan, (6) bahasa adalah alat komunikasi, (7) bahasa berhubungan erat dengan tempatnya berada, dan (8) bahasa itu berubah-ubah. Pendapat ini tidak berbeda dengan yang dikatakan Brown juga dalam Tarigan (1990:2-3) yang apabila dilihat banyak sekali persamaan gagasan mengenai bahasa itu walaupun dengan kata-kata yang sedikit berbeda.
Berikut ini merupakan hakikat bahasa menurut pendapat Brown yang juga dikutip dari Tarigan (1990:4), yaitu : (1) bahasa adalah suatu sistem yang sistematik, (2) bahasa adalah seperangkat lambang-lambang arbitrari, (3) lambang-lambang tersebut, terutama sekali bersifat vokal tetapi mungkin juga bersifat visual, (4) lambang-lambang itu mengandung makna konvensional, (5) bahasa dipergunakan sebagai alat komunikasi, (6) bahasa beroperasi dalam suatu masyarakat bahasa atau budaya, (7) bahasa pada hakikatnya bersifat kemanusiaan, walaupun mungkin tidak terbatas pada manusia sahaja, (8) bahasa diperoleh semua orang/bangsa dengan cara yang hampir/banyak persamaan dan (9) bahasa dan belajar bahasa mempunyai ciri kesejagatan. Bahasa dapat dilihat daripada dua aspek, yaitu hakikat dan fungsinya (Nababan, 1991:46).
Hakikat bahasa mengacu pada pembicaraan sistem/struktur atau Langue, sedangkan fungsi bahasa menyangkut pula pembicaraan proses atau parole (Saussure, 1993, Kleden, 1997:34). Hubungan kedekatan yang tidak dapat dipisahkan antara sistem dengan proses ini dilukiskan oleh Kleden dengan kalimat: ’Tanpa proses sebuah struktur (sistem) akan mati, tanpa struktur (sistem) proses akan kacau’. Jadi, antara hakikat bahasa dan fungsi bahasa itu sendiri merupakan suatu konsep dua fungsi bahasa.
B. Fungsi Bahasa
Menurut Felicia (2001 : 1), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Ini merupakan suatu kelemahan yang tidak disadari.
Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja, bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa.
Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3).
Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo, 1993, 1995).
Menurut Sunaryo (2000: 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa yang digunakan. Pembiasaan dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern.
Fungsi bahasa yang utama dan pertama sudah terlihat dalam konsepsi bahasa diatas, yaitu fungsi komunikasi dalam bahasa berlaku bagi semua bahasa apapun dan kapanpun. Dalam berbagai literature bahasa, ahli bahasa (linguis) bersepakat dengan fungsi-fungsi bahasa berikut :
1. Fungsi Ekspresi dalam bahasa
Fungsi pertama ini, pernyataan ekspresi diri, menyatakan sesuatu yang akan disampaikan oleh penulis atau pembicara sebagai eksistensi diri dengan maksud :
a. Menarik perhatian orang lain (persuasif dan provokatif)
b. Membebaskan diri dari semua tekanan dalam diri seperti emosi,
c. Melatih diri untuk menyampaikan suatu ide dengan baik,
d. Menujukan keberanian (konvidence) penyampaian ide
Fungsi ekspresi diri itu saling terkait dalam aktifitas dan interaktif keseharian individu, prosesnya berkembang dari masa kanak-kanak, remaja, mahasiswa dan dewasa.
2. Fungsi komunikasi
Fungsi komunikasi merupakan fungsi bahasa yang kedua setelah fungsi ekspresi diri. Maksudnya, komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi tidak akan sempurna jika ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain. Oleh karena itu, komunikasi tercapai dengan baik bila ekspresi berterima. Dengan kata lain, komunikasi berprasyarat pada ekspresi diri.
3. Fungsi integrasi dan adaptasi sosial
Fungsi peningkatan (integrasi) dan penyesuaian (adaptasi) diri dalam suatu lingkungan merupakan kekhususan dalam bersosialisasi baik dalam lingkungan sendiri maupun dalam lingkungan baru. Dengan demikian, bahasa itu merupakan suatu kekuatan yang berkolerasi dengan kekuatan orang lain dalam integritas sosial. Kolerasi melalui bahasa itu memanfaatkan aturan-aturan bahasa yang disepakati sehingga manusia berhasil membaurkan diri dan menyesuaikan diri sebagai anggota suatu masyarakat.
4. Fungsi kontrol sosial
Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud mempengaruhi prilaku dan tindakan orang dalam masyarakat, sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat saling memahami. Prilaku dan tindakan itu berkembang kearah positif dalam masyarakat. Hal positif itu terlihat melalui kontribusi dan masukan yang positif. Bahkan, kritikan yang tajam dapat berterima dengan hati yang lapang jika kata-kata dan sikap yang baik memberikan kesan yang tulus tanpa prasangka.
Dengan kontrol sosial, bahasa mempunyai relasi dengan proses sosial suatu masyarakat seperti keahlian bicara, penerus tradisi atau kebudayaan, pengidentifikasi diri, dan penanam rasa keterlibatan (sense of belonging) pada masyarakat bahasanya.
Disamping fungsi-fungsi utama tersebut, Gorys keraf menambahkan beberapa fungsi lain sebagai pelengkap fungsi utama tersebut. Fungsi tambahan itu adalah :
1. Fungsi lebih mengenal kemampuan diri sendiri
2. Fungsi lebih memahami orang lain
3. Fungsi mengembangkan proses berfikir yang jelas, runtut, teratur, terarah dan logis
4. Fungsi mengembangkan atau mempengaruhi orang lain dengan baik dan menarik (fatik). (keraf, 1994: 3-10)
5. Fungsi mengembangkan kemungkinan kecerdasan ganda
6. Fungsi membentuk karakter diri
7. Fungsi membangun dan mengembangkan profesi diri
8. Fungsi menciptakan berbagai kreativitas baru (Widiono, 2005: 11-18).

BAB III
PEMBAHSAN
3.1 Pengertian bahasa daerah
Banyak pengertian bahasa daerah menurut para ahli yaitu Menurut Bill Adams bahasa daerah adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks inter-subjektif. Sedangkan menurut Wittgenstein bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis.
Menurut Ferdinand De Saussure bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain. Dan menurut Plato Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahasa merupakan sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi. Di Indonesia terdapat banyak bahasa yang digunakan oleh masyarakatnya yang sering disebut sebagai bahasa daerah.
Bahasa daerah merupakan suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan, baik daerah kecil, negara bagian federal atau provinsi, atau daerah yang luas. Bahasa daerah sudah ada sejak zaman dulu. Jumlahnya sampai beratus-ratus dan tersebar diseluruh kepulauan, mulai dari pulau Formosa (Taiwan) di sebelah utara sampai ke Selandia Baru disebelah selatan, dari Mandagaskar di sebelah barat sampai kepulau-pulau di sebelah timur yang merupakan suatu keluarga besar dan masih dekat hubungannya dengan Austronesia.
3.2 Hubungan bahasa Daerah dengan bahasa Indonesia
Sejak diterapkannya di dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagai bahasa resmi kenegaraan, pemakaian bahasa Indonesia semakin meluas; boleh dikatakan sudah mencakup seluruh wilayah negara Republik Indonesia, meskipun menurut sensus penduduk 1980, yang dapat berbahasa Indonesia baru 12%. (Bandingkan: yang berbahasa Jawa ada 40% dan berbahasa Sunda 15%), Penggunaan bahasa Indonesia semakin hari semakin meluas, dan jumlah penuturnya sangat banyak. Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan yaitu Pertama, karena bahasa Indonesia memiliki status sosial yang tinggi, yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan.
Bahasa daerah yang jumlah penuturnya relatif besar, wilayah pemakaiannya relatif luas, dan didukung oleh adat istiadat dan budaya yang kuat dapat dipastikan tidak akan ditinggalkan oleh para penuturnya, setidaknya dalam jangka waktu yang relatif lama. Tetapi bahasa daerah yang jumlah penuturnya relatif sedikit, ada kemungkinan ditinggalkan oleh penuturnya.
Antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah mempunyai hubungan yang sangat erat, tidak dapat dipungkiri adanya bahasa Indonesia yang muncul seiring dengan perkembangan bahasa daerah itu sendiri. Karena bahasa daerah dan bahasa Indonesia saling melengkapi. Terutama dalam hal berkomunikasi antar masyarakat. Dengan adanya dua bahasa ini menimbulkan kedwibahasaan di negara Indonesia.
Dalam Seminar Pengembangan Bahasa Daerah (1976) itu, yang merumuskan tujuaan pembinaan dan pengembangan bahasa daerah sebagai berikut : (a) Di bidang struktur bahasa, tujuannya ialah terbinanya bahasa daerah yang strukturnya terpelihara dan sesuai dengan keperluan masa sekarang. (b) Dibidang pemakai, tujuan pembinaan adalah agar kedwibahasaan itu tetap (stabil), yaitu pemakai itu menguasai kedua bahasa itu seimbang, dan tidak menjadi ekabasahawan semata-mata. Jumlah pemakai itu hendaknya tetap berkembang dan tidak sebaliknya menyusut. (c) Di bidang pemakaian, pembinaan bertujuan agar bahasa daerah dipergunakan secara penuh sesuai dengan fungsinya, dalam keseimbangan dengan bahasa Indonesia seperti ditetapkan dalam Politik Bahasa Nasional. Jadi antara bahasa Indonesia dan bahasa Daerah telah terjadi kontak sosial dan budaya yang aktif. Jiwa bahasa Indonesia dan jiwa bahasa Daerah telah bertemu. Kedua bahasa saling bersangkutan dan memperhatikan. Akhirnya kedua bahasa saling mempengaruhi.
3.3 pengaruh bahasa daerah terhadap perkembangan bahasa Indonesia
Keanekaragaman budaya dan bahasa daerah mempunyai peranan penting dan pengaruh terhadap bahasa yang akan diperoleh seseorang pada tahapan berikutnya, khususnya bahasa formal atau resmi yaitu bahasa Indonesia. Sebagai contoh, seorang anak memiliki ibu yang berasal dari daerah Sekayu sedangkan ayahnya berasal dari daerah Pagaralam dan keluarga ini hidup di lingkungan orang Palembang. Dalam mengucapkan sebuah kata misalnya “mengapa”, sang ibu yang berasal dari Sekayu mengucapkannya ngape (e dibaca kuat) sedangkan bapaknya yang dari Pagaralam mengucapkannya ngape (e dibaca lemah) dan di lingkungannya kata “mengapa” diucapkan ngapo. Ketika sang anak mulai bersekolah, ia mendapat seorang teman yang berasal dari Jawa dan mengucapkan “mengapa” dengan ngopo. Hal ini dapat menimbulkan kebinggungan bagi sang anak untuk memilih ucapan apa yang akan digunakan. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa keanekaragaman budaya dan bahasa daerah merupakan keunikan tersendiri bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan yang harus dilestarikan.
Dengan keanekaragaman ini akan mencirikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan kebudayaannya. Berbedannya bahasa di tiap-tiap daerah menandakan identitas dan ciri khas masing-masing daerah. Masyarakat yang merantau ke ibu kota Jakarta mungkin lebih senang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah dengan orang berasal dari daerah yang sama, salah satunya dikarenakan agar menambah keakraban diantara mereka. Tidak jarang pula orang mempelajari sedikit atau hanya bisa-bisaan untuk berbahasa daerah yang tidak dikuasainya agar terjadi suasana yang lebih akrab.

BAB IV
SIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Di Indonesia terdapat banyak ragam budaya dan bahasa yang digunakan oleh masyarakatnya sebagai ciri pembeda antara daerah yang satu dengan yang lain. Bahasa daerah merupakan sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah mempunyai hubungan yang sangat erat, dan tidak dapat dipungkiri adanya bahasa Indonesia yang muncul seiring dengan perkembangan bahasa daerah itu sendiri. Karena bahasa daerah dan bahasa Indonesia saling melengkapi. Terutama dalam hal berkomunikasi antar masyarakat.
Keanekaragaman budaya dan bahasa daerah mempunyai peranan dan pengaruh terhadap bahasa yang akan diperoleh seseorang pada tahapan berikutnya, khususnya bahasa formal atau resmi yaitu bahasa Indonesia. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa keanekaragaman budaya dan bahasa daerah merupakan keunikan tersendiri bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan yang harus dilestarikan. Dengan keanekaragaman ini akan mencirikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan kebudayaannya.
4.2 Saran
Sebaiknya masyarakat Indonesia harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dan jangan ketika berbicara dengan bahasa Indonesia dicampur adukkan dengan bahasa daerah agar tidak akan menimbulkan banyak kosakata baru. Sebab jika hal itu terjadi sangat mempengaruhi saat menggunakan bahasa Indonesia yang baku, sehingga sulit untuk dimengerti.

DAFTAR PUSTAKA
Indah,“Pengertian dan Definisi Bahasa Menurut Para Ahli”,http://carapedia.com/pengertian_definisi_bahasa_menurut_para_ahli_info494.html, diakses pada hari selasa 30 mei 2013
J. S Badudu. 1987. Pelik Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima
Modul kuliah, Bahasa Indonesia.2013
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Kedudukan dan fungsi bahas. Bandung: Angkasa Yus Rusyana. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro
Zuber Usman. 1970. Bahasa Persatuan. Jakarta: Gunung Agung
http://khairilusman.wordpress.com/2011/11/12/hakikat-dan-fungsi-bahasa/

Geomorfologi Indonesia Bentuklahan

27 October 2014 13:23:09 Dibaca : 33871

Tugas

GEOMORFOLOGI INDONESIA
KLASIFIKASI BENTUKLAHAN
Oleh :
Ni Komang Sri Indriyani
451 412 046
Geografi A

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2014

MACAM-MACAM BENTUKLAHAN
A. Bentuklahan Asal Struktural
Bentuklahan asal struktural merupakan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Bentuklahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir semua bentuklahan muka bumi ini dibentuk oleh kontrol struktural.
Bentukan ini dihasilkan dari struktur geologi. Terdapat dua tipe utama struktur geologi yang memberikan kontrol terhadap geomorfologi yaitu: struktur aktif yang menghasilkan bentukan baru dan struktur tidak aktif yang merupakan bentuklahan yang dihasilkan oleh perbedaan erosi masa lalu.
Bentuklahan asal struktural terjadi akibat adanya tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan adanya tekanan pada lempeng atau kerak bumi. Akibat tekanan tersebut, timbulnya lipatan dan atau patahan. Lipatan terjadi apabila tenaga endogen tersebut tidak melebihi daya tahan material terhadap adanya tekanan sedangkan patahan terjadi apabila tenaga endogen tersebut melebihi besarnya daya tahan material tersebut. Dalam struktur geologi antara lain dipelajari: bentuk lipatan dan patahan dengan perkembangannya. Bentuk-bentuk lipatan dibedakan menjadi sinklinal dan antiklinal. Bentuklahan asal struktural adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
a. Pegunungan blok sesar
b. Gawir sesar
c. Pegunungan antiklinal
d. Perbukitan antiklinal
e. Perbukitan atau pegunungan sinklinal
f. Pegunungan monoklinal
g. Pegunungan atau perbukitan kubah
h. Pegunungan atau perbukitan plato
i. Lembah antiklinal
j. Hogback atau cuesta
Contoh dari bentuklahan asal Struktural yaitu Gunung bawakaraeng yang terlatak di daerah Makassar terbentuk karena adanya proses pengangkatan sehingga membentuk kesatuan jajaran pegunungan Lompobattang. Selain itu, Pegunungan Lipatan di Wonosari, Goronralo, pegunungan Verbeek di Sulawesi Tengah, Ngarai Sianok di Sumatra yang terbentuk akibat adanya patahan Semangko, juga merupakan bentuklahan asal struktural.

Gambar 1.1 Gunung bawakaraeng Gambar 1.2 Ngarai Sianok
B. Bentuklahan Asal Vulkanik
Bentuklahan asal vulkanik merupakan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api. Vulkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma yang bergerak naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentuklahan yang secara umum disebut bentuklahan gunungapi atau vulkanik.
Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada 10 macam, yaitu kerucut vulkanik, lereng vulkanik, kaki vulkanik, dataran vulkanik, padang lava, padang lahar, dataran antar vulkanik, bukit vulkanik terdenudasi, boka, dan kerucut parasiter. Semua fenomena yang berkaitan dengan proses gerakan magma dari dalam bumi menuju ke permukaan bumi yang menghasilkan bentukan yang cenderung positif di permukaan bumi yang disebut sebagai bentukan volkanik. Contohnya puncak gunung lokon manado sulawesi utara, dan Gunung kerinci di Sumatra.

Gambar 1.3 Gunung Lokon Gambar 1.4 Gunung Kerinci
C. Bentuklahan Asal Denudasional
Merupakan bentuklahan yang terjadi akibat proses degradasi seperti longsor dan erosi. Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan gerakan tanah erosi dan kemudian diakhiri proses pengendapan. Semua proses pada batuan baik secara fisik maupun kimia dan biologi sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi.
Bentukan ini terbentuk oleh proses gradasi yang di dalamnya terdapat dua proses yaitu (1) proses agradasi, dan (2) proses degradasi. Proses agradasi adalah berbagai proses sedimentasi dan pembentukan lahan baru sebagai material endapan dari proses degradasi. Sedangkan proses degradasi adalah proses hilangnya lapisan-lapisan dari permukaan bumi. Psoses degradasi adalah proses yang paling dominan yang terjadi.
Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada 8 macam, yaitu pegunungan terkikis, perbukitan terkikis, bukit sisa, bukit terisolasi, dataran nyaris, lereng kaki, pegunungan atau perbukitan dengan gerakan masa batuan, dan lahan rusak.
Contoh dari bentuklahan denudasional yaitu bukit sisa, lembah sungai, lahan kritis dan Erosi pada aliran sungai di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.

Gambar 1.5 Bukit sisa (residual hill) Gambar 1.6 Erosi pada aliran sungai
D. Bentuklahan Asal Fluvial
Merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang berupa bentangan dataran aluvial (fda) dan bentukan lain dengan struktur horisontal, tersusun oleh material sedimen berbutir halus.
Bentukan-bentukan ini terutama berhubungan dengan daerah-daerah penimbunan seperti lembah-lembah sungai besar dan dataran aluvial. Bentukan-bentukan kecil yang mungkin terjadi antara lain dataran banjir (Fdb), tanggul alam (Fta), teras sungai (Fts), dataran berawa (Fbs), gosong sungai (Fgs) dan kipas aluvial (Fka). Asosiasi antara proses fluvial dengan marin kadang membentuk delta (Fdt) di muara sungai yang relatif tenang. Beberapa hal proses-proses fluvial seperti pengikisan vertikal maupun lateral dan berbagai macam bentuk sedimentasi sangat jelas dapat dilihat pada citra atau foto udara. Bentuklahan asal fluvial adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
a. Dataran aluvial
b. Rawa, danau, rawa belakang
c. Dataran banjir
d. Tanggul alam
e. Teras sungai
f. Kipas aluvial
g. Gosong
h. Delta
i. Dataran delta
Bentuklahan asal fluvial: bentuklahan akibat pengerjaan sungai. contoh: meander, gosong pasir, dataran banjir (flood plain), point bar. Contoh lain yaitu Pulau Kemaro disumatra di tengah sungai Musi, Palembang Sumatera Selatan.

Gambar 1.7 Meander Gambar 1.8 Pulau Kemaro
E. Bentuklahan Asal Marine
Merupakan bentuklahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang, arus, dan pasang-surut. Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan terumbu karang. Bentuklahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer ke arah darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya. Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.
Contoh satuan bentuklahan ini adalah: Gisik, Dataran pantai, Beting pantai, Laguna, Rataan pasang-surut, Rataan lumpur, Teras marin, Gosong laut, Pantai berbatu. Karena kebanyakan sungai dapat dikatakan bermuara ke laut, maka seringkali terjadi bentuklahan yang terjadi akibat kombinasi proses fluvial dan proses marine. Kombinasi ini disebut proses fluvio-marine. Contoh-contoh satuan bentuklahan yang terjadi akibat proses fluvio marine ini antara lain delta dan estuari. Contoh bentuklahan marine diantaranya pantai, tebing pantai, beach ridge, swales, marine terrace, atol, coral reef, dan lagoon, tombolo,

Gambar 1.9 Pantai cubadak dan Pantai Cermin Serdang Sumatera

Gambar 1.10 Tombolo
F. Bentuklahan Asal Glasial
Merupakan bentuklahan yang terjadi akibat proses gerakan es (gletser). Contoh satuan bentuklahan ini antara lain lembah menggantung dan marine. Bentukan ini tidak berkembang di indonesia yang beriklim tropis ini, kecuali sedikit di puncak gunung jaya wijaya, papua. Bentuklahan asal glasial dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu bentang alam.
Gletser terjadi di mulai pada lereng pergunungan yang berbentuk cekungan yang di sebut dengan sirka (cirque). Gletser terbentuk ketika salju segar turun, setelah mengendap udara yang terperangkap di antara serpihan salju terdorong keluar sehingga terjadi keping salju padat yang di sebut dengan firn. Saat salju semakin banyak turun di puncak pegunungan, firn akan terpadatkan menjadi es gletser. Bebatuan (till) yang jatuh dari puncak gunung pun akan ikut terbawa oleh gletser ini. Di daerah yang curam es terpecah menjadi rekahan-rekahan yang berbentuk baji (crevasse). Di ujungnya gletser mencair dan membentuk aliran sungai yang mengalir ke bawah pegunungan. Karena gletser berisi dari berbagai macam zat seperti bebatuan, salju, dan sedimen, sehingga saat gletser meluncur ke bawah akan merubah kontur dari pegunungan.
Semua satuan bentuklahan tersebut memiliki karakter yang khas dan mencerminkan ciri tertentu. Dengan demikian maka, dengan mengenal nama satuan bentuklahan akan dapat dibayangkan sifat alaminya. Satuan bentuklahan ini sangat penting terutama dalam konteks kajian lingkungan, baik lingkungan fisik, biotis, maupun kultural (Suhendra, 2009).

Gambar 1.11 Bentuklahan asal Glasial
G. Bentuklahan Asal Eolian
Merupakan bentuklahan yang terjadi akibat proses angin. Bentuklahan asal proses eolin dapat terbentuk dengan baik jika memiliki persyaratan sebagai berikut :
1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga pasir kasar dengan jumlah yang banyak
2. Adanya periode kering yang panjang dan tegas
3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir tersebut
4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun objek yang lain.
Endapan oleh angin terbentuk oleh adanya pengikisan, pengangkutan dan pengendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin. Pada hakekatnya bentuklahan asal proses eolin dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Erosional, contohnya : lubang angin dan lubang ombak
2. Deposisional, contohnya : gumuk pasir (sandunes)
3. Residual , contohnya : lag deposit, deflation hollow , dan pans
Satuan bentuklahan ini antara lain: gumuk pasir barchan, parallel, parabolik, bintang, lidah, dan transversal.
Gerakan udara atau angin dapat membentuk medan yang khas dan berbeda dari bentukan proses lainnya. Endapan angin terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan, dan pengendapan material lepas oleh angin. Endapan angin secara umum dibedakan menjadi gumuk pasir dan endapan debu. Bentuklahan asal eolin adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
a. Gumuk pasir
b. Gumuk pasik barkan
c. Gumuk pasir pararel
Bentuklahan asal aeolin: bentuklahan akibat proses erosi angin. contoh: gumuk pasir (sandune) dan barchan.

Gambar 1.12 Gumuk pasir
H. Bentuklahan Asal Solusional
Bentuklahan asal solusional merupakan bentuklahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut, seperti batu gamping dan dolomite, karst menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst, dan logva, merupakan contoh-contoh bentuklahan ini.
Bentuklahan yang terjadi pada daerah karst dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu bentuklahan negative dan bentuklahan positif.
a. Bentuklahan Negatif
Bentuklahan negative dimaksudkan bentuklahan yang berada di bawah rata-rata permukaan setempat sebagai akibat proses pelarutan, runtuhan maupun terban. Bentuklahan-lahan tersebut antara lain terdiri atas doline, uvala, polye, cockpit, blind valley.
1. Doline
Doline merupakan bentuklahan yang paling banyak dijumpai di kawasan karst. Bahkan di daerah beriklim sedang, karstifikasi selalu diawali dengan terbentuknya doline tunggal akibat dari proses pelarutan yang terkonsentrasi. Tempat konsentrasi pelarutan merupakan tempat konsentrasi kekar, tempat konsentrasi mineral yang paling mudah larut, perpotongan kekar, dan bidang perlapisan batuan miring. Doline-doline tungal akan berkembang lebih luas dan akhirnya dapat saling menyatu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa karstifikasi (khususnya di daerah iklim sedang) merupakan proses pembentukan doline dan goa-goa bawah tanah, sedangkan bukit-bukit karst merupakan bentukan sisa/residual dari perkembangan doline.
2. Uvala
Uvala adalah cekungan tertutup yang luas yang terbentuk oleh gabungan dari beberapa danau doline. Uvala memiliki dasar yang tak teratur yang mencerminkan ketinggian sebelumnya dan karakteristik dari lereng doline yang telah mengalami degradasi serta lantai dasarnya tidak serata polje (Whittow, 1984)
3. Polje
Polje adalah ledokan tertutup yang luas dan memanjang yang terbentuk akibat runtuhnya dari beberapa goa, dan biasanya dasarnya tertutup oleh alluvium.
4. Blind Valley
Blind Valley adalah satu lembah yang mendadak berakhir/ buntu dan sungai yang terdapat pada lembah tersebut menjadi lenyap di bawah tanah.
b. Bentuklahan Positif
Pada prinsipnya ada 2 macam bentuklahan karst yang positif yaitu kygelkarst dan turmkarst
1. Kygelkarst
Kygelkarst merupakan satu bentuklahan karst tropic yang didirikan oleh sejumlah bukit berbentuk kerucut, yang kadang-kadang dipisahkan oleh cockpit. Cockpit-cockpit inisialing berhubungan satu sama lain dan terjadi pada suatu garis yang mengikuti pola kekar.
2. Turmkarst
Turmkarst merupakan istilah yang berpadanan dengan menara karst, mogotewill, pepinohill atau pinnacle karst. Turmkarst merupakan bentuka positif yang merupakan sisa proses solusional. Menara karst/ tumkarst terdiri atas perbukitan belerang curam atau vertical yang menjulang tersendiri diantara dataran alluvial.
3. Stalaktit dan Stalakmit
Stalaktit adalah bentukan meruncing yang menghadap ke bawah dan menempel pada langit-langit goa yang terbentuk akibat akumulasi batuan karbonat yang larut akibat adanya banjir. Stalakmit hampir mirip dengan stalaktit namun berada di bawah lantai dan menghadap ke atas.
Bentuklahan asal solusional: bentuklahan akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut. contoh: bentukan di daerah karst yaitu stalagnit, stalaktit, dolina.

Gambar 1.13 Stalaktit dan Stalagnit Gambar 1.14 Gua Harimau Sumatera
I. Bentuklahan Asal Organik
Merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat pengaruh kuat aktivitas organisme (flora dan fauna). Contoh satuan bentuklahan ini adalah mangrove dan terumbu karang.
Bentukan ini terjadi di dalam lingkungan laut oleh aktivitas organisme endapan batu gamping cangkang dengan struktur tegar yang tahan terhadap pengaruh gelombang laut pada ekosistem bahari. Bunaken, Sulawesi Utara yang berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi Pulau Bunaken, Spermonde(Sulawesi Selatan), dan hutan bakau di Pohuwato.

Gambar 1.15 Pulau Bunaken

J. Bentuklahan asal Antropogenik
Merupakan bentuklahan yang terjadi akibat aktivitas manusia contohnya kota, pelabuhan. Pelabuhan Paotere merupakan salah satu pelabuhan yang ada di kota Makassar. Bentuklahan ini merupakan bentuklahan asal antropogenik, karena merupakan aktivitas yang telah disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuklahan yang baru dari bentuklahan yang telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah merubah bentuklahan yang telah ada.Contohnya kota, pelabuhan.

Gambar 1.16 Bentuklahan asal antropogenik (Pelabuhan Paotere)

 

Esensi Profesi Guru

27 October 2014 13:21:10 Dibaca : 2548

A. PENGERTIAN PROFESI
Istilah profesi dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk menunjukkan tentang pekerjaan seseorang. Seseorang yang bekerja sebagai dokter,dikatakan profesinya sebagai dokter dan orang yang pekerjaannya mengajar di sekolah dikatakan profesinya sebagai Guru. Bahkan ada orang yang mengatakan bahwa profesinya sebagai tukang batu, tukang parkir, pengamen, penyanyi, pedagang dan sebagainya. Jadi istilah profesi dalam konteks ini, sama artinya dengan pekerjaan atau tugas yang dilakukan seseorang dalam kehidupannya sehari-hari.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar pesrta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kecerdasan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan adalah berlainan dan berubah mengikut tujuan,tugas dan tempat Dalam Bahasa Inggeris . “education” atau pendidikan dikatakan berasal dari perkataan Latin “educare” yang bermakna memelihara dan mengasuh anak. Walau bagaimanapun ramai ahli pendidik tidak mengandalkan proses ini kepada kanak-kanak tetapi memikirkannya sebagai suatu proses pemeliharaan Mengikut John Dewey, Pendidikan adalah satu proses pertumbuhan dan perkembangan. Beliau memandangkan pendidikan sebagai satu usaha mengatur pengetahuan untuk menambahkan lagi pengetahuan semulajadi yang ada pada seseorang individu itu .
Profesi adalah pekerjaan atau jabatan khusus yang dilakukan untuk melayani masyarakat. Istilah-istilah yang sering digunakan dan berkaitan dengan profesi, yaitu profesional, profesionalisme, dan profesionalisasi. Kata profesional merujuk pada dua hal. Pertama yaitu orang yang memangku suatu profesi melakukan pekerjaan secara otonom dan mengabdi diri pada pengguna jasa profesinya dengan penuh tanggung jawab. Kedua yaitu kinerja profesi dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya. Profesionalisme berarti bersifat profesional yaitu para pemangku profesi memiliki sikap yang berbeda dengan orang yang tidak profesional meskipun melakukan pekerjaan yang sama atau pada tempat yang sama. Sedang profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para pemangku profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu.
Menurut ornstein dan levine (1984) bahwa suatu pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi bila pekerjaan atau jabatan itu dilakukan dengan :
1. Melayani masyarakat merupakan merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan).
2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai (tidak setiap orang melakukannya).
3. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori praktik (teori baru dikembangkandari hasil penelitian).
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.
5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan mempunyai persyaratan masuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentuatau ada persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya).
6. Otonomi dalam mebuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu(tidak diatur oleh orang lain).
7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan tampilan untuk kerjanya berhubungan dengan layanan yang diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya,tidak dipindahkan keatasan instansi yang lebih tinggi).Mempunyai sekumpulan unjuk kerja yang baku.
8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien dengan penekanan terhadap layanan yang akan diberikan.
9. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesi,relatif bebas dari super vise dalam jabatan (misalnya dokter memakai tenaga administrasi untuk mendata klien,sementara tidak ada supervise dari luar terhadap pekerjaan dokter sendiri).
10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.
Pengertian profesi yang senada dengan pengertian di atas, Sanusi dkk (1991) mengutarakan ciri-ciri utama suatu profesi sebagai berikut:
1. Suatu jabatan memiliki fungsi signifikasi social yang menentukan.
2. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu.
3. Keterampilan atau keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
4. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas sistematik dan explicit, bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.
5. Jabatan itu memerlukan pendidikan perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama.
6. proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.
7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat anggota profesi itu berpegang teguh pada kode etik yang dicontrol oleh organisasi profesi.
8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.
9. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom bebas dari campur tangan orang lain.
10. Jabatan itu mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat oleh karenanya memperoleh imbalan tinggi pula.

B. KARAKTERISTIK SOSIOLOGIS DARI PROFESI
Konsep profesi sebagaimana ciri-ciri profesi pada umumnya dapat diterapkan dalam bidang kependidikan. Karakteristik profesi tersebut dapat dijadikan pedoman untuk analisis profesi kependidikan, yaitu untuk menjawab pertanyaan apakah bidang kependidikan dapat dikategorikan sebagai suatu profesi, atau hanya sekadar suatu pekerjaan.
Pekerjaan kependidikan adalah pekerjaan yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan. Dalam Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pekerjaan kependidikan itu dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu Tenaga Kependidikan dan Pendidik.
Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan (pasal 1 poin 5), yang secara khusus bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan (pasal 39 ayat 1). Sedangkan Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan (pasal 1 poin 6). Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (pasal 39 ayat 2).
Pengertian dan tugas-tugas Tenaga Kependidikan dan Pendidikan tersebut di atas sejalan dengan makna dan esensi pendidikan, yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (pasal 1 point (1). Oleh karena itulah Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (pasal 42 ayat 1); dan Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (harus) dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi (pasal 42 ayat 2).
Bertolak dari penjelasan yang bersumber dari Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tersebut dapatlah dianalisis bahwa ciri-ciri pekerjaan kependidikan itu adalah :
a. Bidang garapannya adalah manusia yang unik (individu yang berbeda-beda), karenanya pekerjaan ini merupakan suatu pekerjaan sosial yang unik dan sangat penting.
b. Bahan dasarnya bukan lagi material tetapi bersifat immaterial, yaitu bersumber dari ilmu dan pengetahuan.
c. Untuk mengolah bahan dasar tersebut harus menggunakan suatu teknik atau metode tertentu, karenanya pekerjaan ini lebih menekankan operasi inteletual dari pada motorik.
d. untuk memperoleh bahan dasar dan teknik-teknik tersebut dibutuhkan pendidikan khusus kependidikan dan memerlukan waktu yang relatif lama, yakni di perguruan tinggi yang terakreditasi.
e. Mengingat peserta didik adalah manusia yang unik, maka pekerjaan itu memerlukan otonomi dan tanggungjawab pribadi yang luas.
f. Dengan otonomi tersebut maka diperlukan adanya kode etik yang jelas dan sanksi profesional yang tegas.
g. Serta pembinaan yang efektif dari organisasi profesi yang otonom.
Ketujuh ciri pekerjaan kependidikan ini jelas telah memenuhi kriteria (karakteristik) profesi pada umumnya, sehingga patutlah dikatakan bahwa pekerjaan di bidang kependidikan adalah suatu profesi, dan bukan sekadar pekerjaan. Memang, secara historis profesi kependidikan tergolong belakangan munculnya. Semula dikenal tiga profesi, yaitu profesi dalam keagamaan, hukum, dan pengobatan. Baru pada abad 19 bertambah dengan profesi kedokteran gigi, bedah hewan, arsitek, dan keguruan. Profesi Guru (kependidikan) baru ada pada tahun 1870 dengan ditandai berdirinya National Union of Teachers di Inggris, dan baru pada tanggal 25 Nopember 1945 didirikan di Indonesia. Sebagai lapangan pekerjaan, Guru sudah ada sejak lama, mungkin sama tuanya dengan pekerjaan di bidang hukum atau kedokteran. Tetapi sebagai profesi, perkerjaan guru ini termasuk relatif muda, apalagi profesi kependidikan non keguruan muncul belakangan sebagai akibat kompleksitas dunia kependidikan.

1. Karakteristik Kemampuan Guru.
a. Memiliki Tanggung Jawab, antara lain :
1. Tanggung Jawab Moral, yaitu setiap guru harus memiliki kemampuan menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasaila dan mengamalakaannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tanggung jawab Pendidikan di Sekolah, yaitu setiap guru harus menguasai cara belajar-mengajar yang efektif, mampu membuat Satuan Pelajaran (SP), mampu memahami kurikulum, dan mampu mengajar di kelas.
3. Tanggung jawab Kemasyarakatan, yaitu turut serta menyukseskan pembangunan dalam masayarakat, yaaitu guru mampu membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat.
4. Tanggung Jawab Ke-Ilmuan, yaitu guru selaku ilmuan bertanggungjawab dan turut serta memajukan ilmu yang menjadi spesialisasinya, dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.
b. Fungsi dan peran Guru meliputi :
1. Guru Sebagai Pendidik dan Pengajar, harus memiliki kestabilan emosional, bersikap realistis, jujur dan terbuka, peka terhadap perkembangan, terutama tentang inovasi pendidikan.
2. Guru Sebagai Anggota Masyarakat, harus pandai bergaul dengan masayarakat. Untuk itu guru harus menguasai Psikologi Sosial, Keterampilan menyelesaaikan tugas bersama dalam kelompok.
3. Guru Sebagai Pemimpin, Guru harus memilki kepribadian, menguasai Ilmu Kepemimpinan, Teknik Komunikasi, dan menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi yang ada di sekolah.
4. Guru Sebagai Pelaksana Administrasi, Berhubungan dengan Administrasi yang harus di kerjakan di sekolah. Untuk itu tenaga kependidikan harus memiliki kepribadian , jujur, teliti, rajin, menyimpan arsip dan administrasi lainnya.
5. Guru Sebagai Pengelola Kegiatan Belajar Mengajar, Harus menguasai berbagai metode mengajar dan harus menguasai situasi belajar mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas.

C. SYARAT-SYARAT PROFESI
National Education Association (Sucipto, Kosasi, dan Abimanyu, 1994) menyusun sejumlah syarat atau kriteria yang mesti ada dalam jabatan guru, yaitu : jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual, jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus, jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (bandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka), jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan;yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen, jabtatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri, jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keutungan pribadi, dan jabatan yang mempunyai organisasi yang kuat dan terjalin erat.
Gambaran rinci tentang syarat-syarat jabatan kependidikan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
2. Jabatan yang menggeluti batang tubuh ilmu yang khusus.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.
4. Jabatan yang memerluka latiha dalam jabatan yang berkesinambungan.
5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dalam keanggotaan yang permanen.
6. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.
7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keutungan pribadi.
8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Lebih khusus Sanusi, dkk (1991) mengajukan 6 asumsi yang melandasi perlunya profesionalisasi dalam pendidikan,yakni sebagai berikut:
1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi, dan perasaan.
2. Tenaga semiprofesional, merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi pendidikan tenaga kependidikan D3 atau setara telah berwenang mengajar secara mandiri tetapi masih harus melakukan konsultasi dengan tenaga kependidikan yang lebih tinggi jenjang profesionalnya, baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, penilaian, maupun pengendalian pengajaran.
3. Tenaga para profesional, merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi pendidikan, tenaga kependidikan D2 kebawah, yang memerlukan pembinaan dalam perencanaan, penilaian, dan pengenndalian pengajaran.
Pada awalnya, orang-orang yang diangkat menjadi guru belum berpendidikan khusus keguruan, dan secara perlahan-lahan tenaga guru ditambah dengan mengangkat dari lulusan Sekolah Guru (Kweekschool) yang pertama kali didirikan di Solo pada tahun 1852. Kemudian sejalan dengan pendirian sekolah-sekolah yang lebih tinggi tingkatannya dari sekolah umum seperti Hollans Inlandse School (HIS), Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO), Hogere Burge School (HBS), dan Algemene Middlebare School (AMS), secara berangsur-angsur didirikan pula lembaga pendidikan guru atau kursus-kursus penyiapan guru, seperti: Hogere Kweeks School (HKS) untuk guru HIS dan kursus Hoofdacte (HA) untuk calon kepala sekolah.
Keadaan demikian berlanjut sampai zaman pendudukan Jepang dan awal kemerdekaan. Secara perlahan namun pasti, pendidikan guru meningkatkan jenjang kualifikasi dan mutunya. Saat ini, lembaga tunggal untuk pendidikan guru, yakni Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK).

SUMBER
Journal PAT. 2001. Teacher in England and Wales. Professionalisme in Practice: the PAT Journal. 26 Oktober 2014. (Online) Dengan alamat Website :
http://members.aol.com/PTRFWEB/journal1040.html
Anonim. 2014. Diakses pada Minggu 26 Oktober 2014. Dengan alamat Website :
http://mochammad4s.wordpress.com
Anonim. 2014. Diakses pada Minggu 26 Oktober 2014. Dengan alamat Website :
http://piguranyapakuban.deviantart.com