ARSIP BULANAN : February 2013

Setetes Air Di Tengah Samudera

21 February 2013 16:48:45 Dibaca : 964

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

Kelezatan mengikuti rasa cinta. Ia akan menguat mengikuti menguatnya cinta dan melemah pula seiring dengan melemahnya cinta.

Setiap kali keinginan terhadap al-mahbub (sosok yang dicintai) serta kerinduan kepadanya menguat maka semakin sempurna pula kelezatan yang akan dirasakan tatkala sampai kepada tujuannya tersebut.

Sementara rasa cinta dan kerinduan itu sangat tergantung kepada ma’rifah/pengenalan dan ilmu tentang sosok yang dicintai.

Setiap kali ilmu yang dimiliki tentangnya bertambah sempurna maka niscaya kecintaan kepadanya pun semakin sempurna.

Apabila kenikmatan yang sempurna di akherat serta kelezatan yang sempurna berporos kepada ilmu dan kecintaan, maka itu artinya barangsiapa yang lebih dalam pengenalannya dalam beriman kepada Allah, nama-nama, sifat-sifat-Nya serta -betul-betul meyakini- agama-Nya niscaya kelezatan yang akan dia rasakan tatkala berjumpa, bercengkerama, memandang wajah-Nya dan mendengar ucapan-ucapan-Nya juga semakin sempurna.

Adapun segala kelezatan, kenikmatan, kegembiraan, dan kesenangan -duniawi yang dirasakan oleh manusia- apabila dibandingkan dengan itu semua laksana setetes air di tengah-tengah samudera.

Oleh sebab itu, bagaimana mungkin orang yang berakal lebih mengutamakan kelezatan yang amat sedikit dan sebentar bahkan tercampur dengan berbagai rasa sakit di atas kelezatan yang maha agung, terus-menerus dan abadi.

Kesempurnaan seorang hamba sangat tergantung pada dua buah kekuatan ini; kekuatan ilmu dan rasa cinta. Ilmu yang paling utama adalah ilmu tentang Allah, sedangkan kecintaan yang paling tinggi adalah kecintaan kepada-Nya.

Sementara itu kelezatan yang paling sempurna akan bisa digapai berbanding lurus dengan dua hal ini [ilmu dan cinta], Allahul musta’aan.

Kebiasaan Tidur Pagi Ternyata Berbahaya....

21 February 2013 16:44:59 Dibaca : 108

Kita telah ketahui bersama bahwa waktu pagi adalah waktu yang penuh berkah dan di antara waktu yang kita diperintahkan untuk memanfaatkannya. Akan tetapi, pada kenyataannya kita banyak melihat orang-orang melalaikan waktu yang mulia ini. Waktu yang seharusnya dipergunakan untuk bekerja, melakukan ketaatan dan beribadah, ternyata dipergunakaan untuk tidur dan bermalas-malasan.

Saudaraku, ingatlah bahwa orang-orang sholih terdahulu sangat membenci tidur pagi. Kita dapat melihat ini dari penuturan Ibnul Qayyim ketika menjelaskan masalah banyak tidur yaitu bahwa banyak tidur dapat mematikan hati dan membuat badan merasa malas serta membuang-buang waktu. Beliau rahimahullah mengatakan,

“Banyak tidur dapat mengakibatkan lalai dan malas-malasan. Banyak tidur ada yang termasuk dilarang dan ada pula yang dapat menimbulkan bahaya bagi badan.

Waktu tidur yang paling bermanfaat yaitu :

[1] tidur ketika sangat butuh,

[2] tidur di awal malam –ini lebih manfaat daripada tidur di akhir malam-,

[3] tidur di pertengahan siang –ini lebih bermanfaat daripada tidur di waktu pagi dan sore-. Apalagi di waktu pagi dan sore sangat sedikit sekali manfaatnya bahkan lebih banyak bahaya yang ditimbulkan, lebih-lebih lagi tidur di waktu ‘Ashar dan awal pagi kecuali jika memang tidak tidur semalaman.

Menurut para salaf, tidur yang terlarang adalah tidur ketika selesai shalat shubuh hingga matahari terbit. Karena pada waktu tersebut adalah waktu untuk menuai ghonimah (pahala yang berlimpah). Mengisi waktu tersebut adalah keutamaan yang sangat besar, menurut orang-orang sholih. Sehingga apabila mereka melakukan perjalanan semalam suntuk, mereka tidak mau tidur di waktu tersebut hingga terbit matahari. Mereka melakukan demikian karena waktu pagi adalah waktu terbukanya pintu rizki dan datangnya barokah (banyak kebaikan).” (Madarijus Salikin, 1/459, Maktabah Syamilah)

BAHAYA TIDUR PAGI [1]

[Pertama] Tidak sesuai dengan petunjuk Al Qur'an dan As Sunnah.

[Kedua] Bukan termasuk akhlak dan kebiasaan para salafush sholih (generasi terbaik umat ini), bahkan merupakan perbuatan yang dibenci.

[Ketiga] Tidak mendapatkan barokah di dalam waktu dan amalannya.

[Keempat] Menyebabkan malas dan tidak bersemangat di sisa harinya.

Maksud dari hal ini dapat dilihat dari perkataan Ibnul Qayyim. Beliau rahimahullah berkata, "Pagi hari bagi seseorang itu seperti waktu muda dan akhir harinya seperti waktu tuanya." (Miftah Daris Sa'adah, 2/216). Amalan seseorang di waktu muda berpengaruh terhadap amalannya di waktu tua. Jadi jika seseorang di awal pagi sudah malas-malasan dengan sering tidur, maka di sore harinya dia juga akan malas-malasan pula.

[Kelima] Menghambat datangnya rizki.

Ibnul Qayyim berkata, "Empat hal yang menghambat datangnya rizki adalah [1] tidur di waktu pagi, [2] sedikit sholat, [3] malas-malasan dan [4] berkhianat." (Zaadul Ma’ad, 4/378)

[Keenam] Menyebabkan berbagai penyakit badan, di antaranya adalah melemahkan syahwat. (Zaadul Ma’ad, 4/222)

puisi hamba

21 February 2013 16:38:43 Dibaca : 1151

AKU HAMBA YANG BERLUMURAN DOSA

Untaian syair : Jamaluddin Yahyaa bin Yuusuf Ash-Shorshori Al-Hambali rahimahullah

Syair ini telah dinukil oleh Ibnu Muflih Al-Maqdisi Al-Hanbali rahimahullah (wafat tahun 763 H) di penghujung kitabnya yang sangat masyhuur Al-Aadaab As-Syar'iyah 3/562-563.أَنَا الْعَبْدُ الَّذِي كَسَبَ الذُّنُوبَا ***** وَصَدَّتْهُ الْأَمَانِي أَنْ يَتُوبَا

Aku adalah hamba yang telah bergelimang dosa

Angan-angan telah menghalanginya untuk bertaubat

أَنَا الْعَبْدُ الَّذِي أَضْحَى حَزِينًا ***** عَلَى زَلَّاتِهِ قَلِقًا كَئِيبَا

Aku adalah hamba yang sangat bersedih

Atas kesalahan dan ketergelinciran, gelisah dan cemas

أَنَا الْعَبْدُ الَّذِي سُطِرَتْ عَلَيْهِ ***** صَحَائِفُ لَمْ يَخَفْ فِيهَا الرَّقِيبَا

Aku adalah hamba yang lembaran-lembaran catatan amal…

telah mencatat dosa-dosanya akan tetapi ia tetap tidak takut kepada Allah yang Maha Mengawasi

أَنَا الْعَبْدُ الْمُسِيءُ عَصَيْتُ سِرًّا ***** فَمَا لِي الْآنَ لَا أُبْدِي النَّحِيبَا

Aku adalah hamba yang bersalah…aku telah bermaksiat tatkala bersendirian

Lantas kenapa hingga saat ini aku belum menampakkan ratapanku..??

أَنَا الْعَبْدُ الْمُفَرِّطُ ضَاعَ عُمُرِي ***** فَلَمْ أَرْعَ الشَّبِيبَةَ وَالْمَشِيبَا

Aku adalah hamba yang lalai, telah sia-sia usiaku…

Aku tidak memperhatikan masa muda dan masa tuaku

أَنَا الْعَبْدُ الْغَرِيقُ بِلُجِّ بَحْرٍ ***** أَصِيحُ لَرُبَّمَا أَلْقَى مُجِيبَا

Aku adalah hamba yang tenggelam dalam ombak lautan

Aku berteriak…semoga aku menemukan penjawab seruanku

أَنَا الْعَبْدُ السَّقِيمُ مِنْ الْخَطَايَا ***** وَقَدْ أَقْبَلْتُ أَلْتَمِسُ الطَّبِيبَا

Aku adalah hamba yang sakit menderita karena dosa-dosa…

aku telah datang mencari tabib…ٍSungguh

أَنَا الْعَبْدُ الشَّرِيدُ ظَلَمْتُ نَفْسِي ***** وَقَدْ وَافَيْتُ بَابَكُمْ مُنِيبَا

Aku adalah hamba yang tersesat, aku telah menzolimi diriku…

Sungguh aku telah kembali berada di pintuMu bertaubat

أَنَا الْمُضْطَرُّ أَرْجُو مِنْكَ عَفْوًا ***** وَمَنْ يَرْجُو رِضَاكَ فَلَنْ يَخِيبَا

Aku adalah orang yang terpuruk mengharapkan ampunanMu

Siapa yang mengharapkan ridhoMu maka ia tidak akan kecewa

فَيَا أَسَفَى عَلَى عُمُرٍ تَقَضَّى ***** وَلَمْ أَكْسِبْ بِهِ إلَّا الذُّنُوبَا

Sungguh aku menyesal dengan usiaku yang telah lewat

Aku tidak mengisinya kecuali dengan dosa-dosa

وَأَحْذَرُ أَنْ يُعَاجِلَنِي مَمَاتٌ ***** يُحَيِّرُ هَوْلُ مَصْرَعِهِ اللَّبِيبَا

Aku takut kematian mendahuluiku (sebelum bertaubat)

Orang yang berakal akan terperanjat kebingungan menghadapi dahsyat serangannya

وَيَا حُزْنَاهُ مِنْ نَشْرِي وَحَشْرِي ***** بِيَوْمٍ يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيبَا

Sungguh sangat menyedihkan jika aku dibangkitkan dan dikumpulkan

Pada hari (kiamat)…hari yang menjadikan anak-anak beruban

تَفَطَّرَتِ السَّمَاءُ بِهِ وَمَارَتْ ***** وَأَصْبَحَتِ الْجِبَالُ بِهِ كَثِيبَا

Langit terbelah dan tergoncang…

Jadilah gunung-gunung berterbangan…

إذَا مَا قُمْتُ حَيْرَانًا ظَمِيئَا ***** حَسِيرَ الطَّرْفِ عُرْيَانًا سَلِيبَا

Tatkala aku dibangkitkan dalam keadaan bingung penuh dahaga…

Menundukkan pandangan…telanjang…tidak membawa apapun

وَيَا خَجَلَاهُ مِنْ قُبْحِ اكْتِسَابِي ***** إذَا مَا أَبْدَتْ الصُّحُفُ الْعُيُوبَا

Sungguh memalukan akibat buruknya perbuatanku…

Tatkala lembaran-lembaran catatan amal mengumbar aib-aibku

وَذِلَّةِ مَوْقِفٍ وَحِسَابِ عَدْلٍ ***** أَكُونُ بِهِ عَلَى نَفْسِي حَسِيبَا

Kondisi yang sangat menghinakan…serta perhitungan yang adil

Akupun mengetahui hisab diriku tatkala itu

وَيَا حَذَرَاهُ مِنْ نَارٍ تَلَظَّى ***** إذَا زَفَرَتْ وَأَقْلَقَتِ الْقُلُوبَا

Sungguh berhati-hatilah dengan neraka yang menyala-nyala

Tatkala terdengar suara teriakan siksaan dan hati-hati pun bergejolak

تَكَادُ إذَا بَدَتْ تَنْشَقُّ غَيْظًا ***** عَلَى مَنْ كَانَ ظَلَّامًا مُرِيبَا

Hampir-hampir saja neraka menampakkan kemurkaannya

Kepada orang yang zolim dan ragu (*akan hari akhirat)

فَيَا مَنْ مَدَّ فِي كَسْبِ الْخَطَايَا ***** خُطَاهُ أَمَا أَنَى لَكَ أَنْ تَتُوبَا

Wahai yang terus melangkahkan kakinya untuk melakukan dosa…

Kapankah engkau akan bertaubat??

أَلَا فَاقْلِعْ وَتُبْ وَاجْهَدْ فَإِنَّا ***** رَأَيْنَا كُلَّ مُجْتَهِدٍ مُصِيبَا

Hendaknya engkau berhenti dari dosa-dosamu dan bertaubatlah…

Bersungguh-sungguhlah, kita melihat setiap yang bersungguh-sungguh mendapat kebenaran

وَكُنْ لِلصَّالِحِينَ أَخًا وَخِلًّا ***** وَكُنْ فِي هَذِهِ الدُّنْيَا غَرِيبَا

Bersaudaralah dan bersahabatlah dengan orang-orang sholeh

Jadilah engkau di dunia ini seperti orang yang asing

وَكُنْ عَنْ كُلِّ فَاحِشَةٍ جَبَانًا ***** وَكُنْ فِي الْخَيْرِ مِقْدَامًا نَجِيبَا

Jadilah engkau pengecut lari dari segala perbuatan keji

Dan jadilah engkau orang yang bersegera maju dan hebat dalam kebajikan

وَلَاحِظْ زِينَةَ الدُّنْيَا بِبُغْضٍ ***** تَكُنْ عَبْدًا إلَى الْمَوْلَى حَبِيبَا

Pandangilah perhiasan dunia dengan kebencian

Niscaya engkau akan menjadi hamba Allah yang dicintai

فَمَنْ يَخْبُرْ زَخَارِفَهَا يَجِدْهَا ***** مُخَالِبَةً لِطَالِبِهَا خَلُوبَا

Barang siapa yang mencoba perhiasan dunia…

Maka ia akan mendapatinya sangat memikat akan tetapi sangat menipu

وَغُضَّ عَنْ الْمَحَارِمِ مِنْك طَرْفًا ***** طَمُوحًا يَفْتِنُ الرَّجُلَ الْأَرِيبَا

Hendaknya engkau menundukkan lirikanmu dari perkara yang haram

Godaan yang memfitnah lelaki yang cerdas

فَخَائِنَةُ الْعُيُونِ كَأُسْدِ غَابٍ ***** إذَا مَا أُهْمِلَتْ وَثَبَتْ وُثُوبَا

Sungguh lirikan mata yang berkhianat ibarat singa hutan

Kapan saja engkau lalai maka ia akan benar-benar menerkam

وَمَنْ يَغْضُضْ فُضُولَ الطَّرْفِ عَنْهَا ***** يَجِدْ فِي قَلْبِهِ رَوْحًا وَطِيبَا

Siapa yang menundukkan pandangannya darinya

Maka ia akan mendapatkan keharuman dalam hatinya

وَلَا تُطْلِقْ لِسَانَكَ فِي كَلَامٍ ***** يَجُرُّ عَلَيْكَ أَحْقَادًا وَحُوبَا

Janganlah engkau melepas lisanmu untuk mengucapkan…

perkataan yang menjerumuskan engkau pada kedengkian dan dosa

وَلَا يَبْرَحْ لِسَانُكَ كُلَّ وَقْتٍ ***** بِذِكْرِ اللَّهِ رَيَّانًا رَطِيبَا

Hendaknya lisanmu senantiasa basah untuk berzikir kepada Allah

وَصَلِّ إذَا الدُّجَى أَرْخَى سُدُولًا ***** وَلَا تَضْجَرْ بِهِ وَتَكُنْ هَيُوبَا

Sholatlah tatkala di larut malam

Dan janganlah engkau bosan akan tetapi semangatlah

تَجِدْ أُنْسًا إذَا أُوعِيتَ قَبْرًا ***** وَفَارَقْتَ الْمُعَاشِرَ وَالنَّسِيبَا

Engkau akan mendapati sholat malammu sebagai penghiburmu

Tatkala engkau dimasukkan kuburan dan berpisah dengan kerabat dan keluarga

وَصُمْ مَا اسْتَطَعْت تَجِدْهُ رِيًّا ***** إذَا مَا قُمْتَ ظَمْآنًا سَغِيبَا

Berpuasalah semampumu, engkau akan mendapatinya sebagai penghilang dahagamu tatkala engkau dibangkitkan dalam keadaan kehausan dan kelaparan

وَكُنْ مُتَصَدِّقًا سِرًّا وَجَهْرًا ***** وَلَا تَبْخَلْ وَكُنْ سَمْحًا وَهُوبَا

Bersedekahlah engkau baik nampak maupun diam-diam

Janganlah pelit, akan tetapi dermawanlah dan seringlah memberi

تَجِدْ مَا قَدَّمَتْهُ يَدَاكَ ظِلًّا ***** إذَا مَا اشْتَدَّ بِالنَّاسِ الْكُرُوبَا

Niscaya engkau akan mendapat kebajikan yang kau lakukan…

Sebagai naungan bagimu di hari seluruh manusia dalam keadaan genting penuh kesulitan

وَكُنْ حَسَنَ السَّجَايَا ذَا حَيَاءٍ ***** طَلِيقَ الْوَجْهِ لَا شَكِسًا غَضُوبَا

Jadilah engkau orang yang berperangai baik lagi pemalu…

Penebar senyum dan bukan pemarah lagi berperangai buruk

lucunya negeri ini

21 February 2013 16:37:25 Dibaca : 1126

bah!
kopi yang baru saja hendak saya sruput dari cangkir yang sudah melekat di bibir saya yang rada memble terhenti sejenak; hanya karena mendengar kalimat dan atau pertanyaan spontan yang terlontar dari mulut seorang anak laki-laki berusia dikisaran lima tahun pada sebuah warteg di kawasan gorontalo utara.
pertanyaan anak kecil yang tiba-tiba saja menyela diskusi ringan saya dengan salah seorang sahabat dengan serta merta menimbulkan rasa penasaran saya dan sahabat saya. dan dengan rasa ingin tahu, iseng-iseng saya kembali bertanya kepada anak kecil itu.

“nak, selain pak presiden siapa lagi yang nakal?”
dengan lidah cedalnya anak kecil itu berceloteh: “yang nakal juga adalah pengawal-pengawalnya plesiden dan menteli-mentelinya”
dengan rasa yang semakin penasaran. anak kecil itu kembali saya cecar dengan pertanyaan yang menggoda. tujuannya, agar dia lebih bebas berceloteh.
“oh ya? terus siapa lagi yang nakal nak?”
sambil memainkan pesawat mainannya anak kecil itu kembali berceloteh dengan semangatnya; “lllluuungggg llluuuungggg…..itu juga om anggota-anggota de pe el, julu bicalanya plesiden….telus hakim-hakim yang suka main hakim-hakiman dan jaksa yang suka main jaksa-jaksaan”
keisengan saya semakin menjadi-jadi. kembali saya cecar anak kecil itu dengan pertanyaan iseng saya; “lho, khoq jaksa dan hakim diikutkan juga? khan mereka baik-baik, hayooooo!!!”
sekilas anak kecil itu menyipitkan mata kanak-kanaknya. sambil bertolak pinggang anak kecil itu sembari mencibirkan bibirnya kembali berceloteh; “bwehhhhh, itu khan kata om. tapi kata tian tidak weeekkk!” (nama anak kecil itu tian)
“lhoooo, iya khan?”
“yeeee, om salah besalllllll…..hakim dan jaksa itu benal-benal nakal. kalena menghukum maling jemulan lima tahun dan tukang kolupsi di hukum cuma satu tahun….weekkkk!”
bah!
saya semakin geli dan gelisah. dalam hati saya merenung sejenak. dan dengan rasa penasaran yang semakin iseng. anak kecil itu kembali saya usik dengan pertanyaan yang ingin menggoda intuisi kekanak-kanakannya.
“ok, sekarang om tanya ya?! tapi tian harus jawab dengan jujur”
“ya, tian jamin selatus pelsen om”
ck ck ck, saya membathin. anak ini luar biasa juga rupanya. di balik rasa keingin tahuan saya, dan dengan semangat seorang fakir yang hina dina. anak itu saya cecar lagi dengan pertanyaan.
“pak polisi dan tentara nakal juga gak?”
tiba-tiba saja anak kecil itu memperlihatlkan mimik serius pada wajahnya: “yeeeee, kalo polisi dan tentala jalang ada yang nakal om!”
nyaris saja saya tersedak dengan singkong goreng yang baru separuhnya masuk ke mulut saya ketika mendengar jawaban anak kecil itu. langsung saja saya cecar lagi dengan pertanyaan lain yang saya maksudkan tetap ingin menggoda intuisi kekanak-kanakannya
“alasannya apa hayooooo!”
sambil berteriak dengan kerasnya: “kalena pak polisi dan tentala tidak pelnah pake mobil hitaaaam!!!”
“huahahahahahha” maka, pecahlah tawa saya dan seisi warteg itu yang kebetulan nguping atau sekadar mendengar sekilas obrolan saya dengan anak kecil itu.
“weekkkkk, khoq om teltawa…..tian selius ommmmm” anak kecil itu langsung protes keras terhadap tawa kami
hm, saya tidak ingin kehilangan momen. sayapun langsung menetralisir suasana hati anak kecil itu: “pssstttt, om juga serius lho?!……sekarang om mau tanya serius sama tian. apa alasannya tian bilang pak presiden nakal?hayooooo jangan salah jawab lho?!”
anak kecil itu spontan menjawab: “kalena mobil tuan plesiden walnanya hitam”
(hladhalaaahhh!)
“lah, terus pengawal presiden, menteri, anggota de pe er, juru bicaranya tuan presiden, hakim dan jaksanya tuan presiden nakal juga ya?! tian serius khan?”
“ya, pastilah ommmmm, meleka itu adalah biang kenakalan….” pungkas anak kecil itu dengan semangat kekanak-kanakannya
“alasannya?”
“ya, kalena mobilnya juga walna hitam om…..hitam khan altinya nakal dan jahaaaaat!”
“lah, tian taunya darimana kalau mobil hitam itu miliknya orang nakal dan jahat?” saya kembali bertanya dengan sedikit geli.
sembari mengejap-ngejapkan matanya dan dengan mimik lucu anak kecil itu menjawab pertanyaan saya: “yeeee,…..om kuno ya? om tidak pelnah nonton tipi ya? om pasti tidak punya tele[pisi di lumah, soli dipelsoli ommmm….tian tau dali telepisiiiiii” anak kecil itupun langsung lari kepelukan bapaknya sang pemilik warteg.
“eits, jangan lari dulu dong. om mau tanya lagi. cita-citanya tian kalau sudah besar mau jadi apa?” dalam hati saya berharap mendapatkan jawaban sebagaimana jawaban anak-anak lainnya. hal yang membuat saya kembali merasa sangat surprise ketika anak kecil itu menjawab dari balik badan bapaknya.
“tian kalau sudah besal nantiiiii……ingin menjadi lebih nakal lagi dali pak plesiden!”
bah! hah! lah! dah! tah! yah!
(”mari ngopi dua pertiga babak, srupuuuutttt!)
(catatan kesaksian);
dialog-dialog yang saya tuliskan adalah yang sebenar-benarnya terjadi di sebuah warteg kawasan jakarta timur kemarin sore. diketerbatasan penilaian saya sebagai seorang fakir, ada hal yang saya pahami bahwasanya anak sekecil itu sudah bisa membaca situasi dan perilaku pemimpin bangsa ini dengan cara dan sudut pandang ala anak-anak.
sementara, arus deras televisinisasi diberbagai lini kehidupan bangsa sedikit banyaknya telah ikut mempengaruhi alam berfikir manusia indonesia tanpa pandang bulu. pun, pada berbagai media visual tersebut nyaris tidak ada saringan sama sekali. baik itu dalam penyajian informasi maupun hanya sekadar acara hiburan belaka
belajar dari ‘kasus’ tian. adalah hal yang sangat tidak terpungkiri. berbagai informasi yang didapatkan oleh tian baik itu dari berbagai media visual maupun dari cerita-cerita yang di dengarnya dari orang-orang disekitarnya, adalah contoh yang paling nyata. walaupun akhirnya penjabaran anak kecil seusia tian masih sangat terbatas terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pamer kemewahan oleh berbagai elemen bangsa.
pada siatuasi bangsa yang semakin berada ditepian jurang jaman ini. apakah masih dianggap tidak penting lagi saringan penyajian berita dan hiburan di televisi indonesia? lantas, jika ada dampak buruk (side effect bin multi effect) terhadap anak-anak seusia tian. apakah masih dianggap bahwa samgat tidak penting lagi ada sebuah saringan yang “rapat dan ketat”‘ dari berbagai media televisi?
jika dianggap tidak perlu dan tidak genting. maka, kita mungkin tidak perlu merasa aneh, heran dan takjub ketika dalam kenyataannya bahwa anak-anak kita di rumah ternyata lebih padat menerima informasi yang mereka terima dibandingkan dengan orang tuanya.
kita semua sangat tahu bahwa dikekinian berbagai berita, gosip murahan selebriti yang selebor, anggota de pe er yang semakin tak punya malu, menteri-menteri yang tak tahu tugas/kewajiban dan tanggungjawabnya, aparat penegak hukum yang tidak mampu menegakkan hukum dengan mata yang dibutakan serta masih bebas berkeliarannya pesakitan diberbagai mal-mal baik di dalam maupun di luar negeri. telah menjadi santapan rohani anak-anak kita di rumah. sementara para orang tua semakin sibuk dengan dunianya. bahkan jika boleh saya katakan bahwa dikekinian para orang tua telah terjangkit sebuah penyakit yang bernama “syndrome pseudo-autism”
kenapa demikian?
ya karena mereka. anak-anak kita yang berada di rumah lebih memiliki banyak waktu luang untuk menikmati sajian berbagai media televisi yang terasa semakin tersesat.
dan, akhirnya sayapun harus mengaminkan ketika dalam sebuah percakapan di warteg itu seorang ibu paruh baya berkata-kata dengan cemas; “ampun deh, saiki jamane wis wolak walik. anak sekecil itu ternyata lebih tahu daripada kita-kita yang sudah bau tanah ini alias usianya telah menjelang maghrib”
atau, apakah kita mesti merasa malu juga ketika sebuah kalimat yang ‘memerihkan’ dan ‘memerahkan’ telinga diperdengarkan ke telinga dewasa kita hanya dengan satu baris kalimat yang mungkin saja njyinyir.
“bah, anak kecil aja tahu!”
bah!
bahhh!
bahhhhhhh!
“sesungguhnya kita telah menjadi penyaksi buta, bisu dan tuli pada perjalanan bangsa yang semakin berada ditepian jurang sebuah jaman”

bid'ah

21 February 2013 16:29:55 Dibaca : 1205

Pertanyaan:

Kenapa ulama2 wahabi dan muhammadiyah. menyatakan Bid'ah dan tidak memperbolehkan, Tahlilan dan Yasinan Serta Maulid Nabi. syukron.

Jawaban:

بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم وبارك على نبينا محمد و آله وصحبه أجمعين, أما بعد:

Sebelum jawaban, saya ingin mengingatkan bahwa asal istilah "wahabi" hanya dihembuskan oleh orang-orang kafir yang tidak ingin umat Islam beragama sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam.

Adapun mengenai jawaban atas pertanyaan adalah:

Tahlilan, yasinan dan Maulid Nabi termasuk bid’ah yang berakibat kaum muslim tidak boleh melaksanakannya karena tidak ada satu dalilpun yang SHAHIH (BENAR) DAN SHARIH (JELAS) menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam melakukan, menganjurkan atau memerintahkannya.

Dan apabila sebuah perbuatan yang berkaitan dengan agama, tidak pernah dikerjakan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak pernah dianjurkan atau disetujui beliau shallallahu ‘alaihi wasallam padahal:

- beliau mampu mengerjakannya,

- dan tidak ada halangan beliau mengerjakannya,

Maka jika dikerjakannya di zaman sekarang menjadi perbuatan yang dibuat-buat dalam perkara agama atau disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan nama Bid’ah.

Dan perlu diingat, mungkin setelah membaca jawaban ini mungkin ada terbetik;

“Masa mungkin seluruh yang mengerjakan hal-hal di atas salah dan keliru selama ini, padahalkan itu dari kakek, buyut saya, bahkan sebelum ada saya juga sudah ada dan mereka kan para ulama juga.”

Maka bisa dijawab:

- Kebenaran itu berasal dari Al Quran dan Hadits, bukan berasal dari pendapat manusia biasa yang bukan Nabi atu Rasul.

- Kebenaran tidak dilihat dari banyak atau tidaknya pengikut atau pelaku akan tetapi sesuai dengan Al Quran dan Hadits tidak.

“Masa sih tidak ada dalilnya, yang menganjurkan perbuatan-perbuatan itu kan para ulama juga.”

Maka bisa dijawab:

- Hal-hal yang disebutkan seperti tahlilan, yasinan, maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak ada dalilnya kalaupun ada tidak lebih dari;

1. Dalilnya palsu yang seorang muslim tidak boleh mengambil keyakinan dan beribadah dengan bersandarkannya.

2. Dalilnya lemah yang seorang muslim juga tidak boleh mengambil keyakinan dan beribadah dengan menurut pendapat yang lebih kuat.

3. Dalilnya shahih tetapi salah dalam pendalilannya atau dalam kata lain terlalu dipaksakan sebagai dalil.

"Masa sih tidak boleh, di dalamnya kan kita beribadah; baca Al Quran, membaca shalawat atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, berdzikir dan ibadah lainnya seperti sedekah, silaturrahim dan lainnya.”

Maka bisa dijawab:

Apa yang disebutkan tadi memang ibadah yang disyari’atkan dalam Islam tanpa ada keraguan di dalamnya, tetapi perlu diingat ibadah tersebut harus sesuai dengan contoh dari Nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wasallam baik dalam perihal; tempatnya, waktunya, sebabnya, jumlah bilangannya, tata caranya, jenisnya.

Saya beri contoh: mengkhususkan membaca yasin setiap malam jumat, pengkhususan malam jumat harus ada contoh dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan berdsarkan dalil yang shahih dan jelas dan ternyata tidak ada dalil yang kuat dan jelas. Bukan membaca yasin yang bermaslah tetapi pengkhususannya pada malam Jumat yang bidah.

Contoh lain; tahlilan di dalamnya membaca لا إله إلا الله dalam jumlah bilangan tertentu, pada waktu tertentu yaitu 1,2, 3, 25, 40, 70, 100, 1000, setiap tahun, dengan gerakan tertentu, dan dengan jumlah bilangan tertentu, hal-hal yang tertentu-tertentu ini harus contoh dari Nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wasallam dengan berdsarkan dalil yang shahih dan jelas dan ternyata tidak ada dalil yang kuat dan jelas.

Bukan membaca لا إله إلا الله yang salah, bahkan ini adalah dzikir yang paling utama tetapi pengkhususan hari, gerakan, jumlah bilangannya yang bidah.

Contoh lain; maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang mungkin di dalamnya dibacakan shalawat pada hari kelahiran beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, berkumpul-kumpul karena sebab hari kelahiran beliau, berdiri ketika mahalul qiyam dalam pembacaan shalawat ketika maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ini semua harus ada contoh dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan berdsarkan dalil yang shahih dan jelas dan ternyata tidak ada dalil yang kuat dan jelas.

Bukan membaca shalawat yang keliru karen dia adalah ibadah yang disyariatkan tetapi pengkhususan ketika hari kelahiran nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, jumlah bilangn tertentu, dengan tata cara tertentu yang tidak ada contohnya dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Terakhir…

Jadilah umat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang sangat mencintainya, dan sungguh.... kita ini sangat dirindukan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَدِدْتُ أَنِّى لَقِيتُ إِخْوَانِى ». قَالَ فَقَالَ أَصْحَابُ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَوَلَيْسَ نَحْنُ إِخْوَانَكَ قَالَ «Ø£ÙŽÙ†Ù’تُمْ أَصْحَابِى وَلَكِنْ إِخْوَانِى الَّذِينَ آمَنُوا بِى وَلَمْ يَرَوْنِى».

Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Sungguh aku sangat menginginkan bertemu dengan kawan-kawanku,” para shahabat nabishallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: “Bukankah kami kawan-kawanmu?” Beliau menjawab: “Kalian adalah para shahabatku akan tetapi kawan-kawanku adalah orang-orang yang telah beriman kepadaku dan belum pernah melihatku.”

Sungguh tanda keimanan kepada beliau adalah dengan beribadah hanya sesuai petunjuknya

Sungguh tanda keimanan kepada beliau adalah tidak sok lebih tahu terhadap beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dengan mengerjakan amalan yang belum pernah beliau kerjakan.

Sungguh tanda keimanan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah yang lebih mendahulukan ajaran, sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam daripada siapapun dari manusia dan jin.

Mari perhatikan perkataan seprang yang sangat menunjukkan bahwa yang mengatakannya sangat mencintai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, tetapi sayangnya beliau sering dihina bahkan sampai dikafirkan…

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

فَالْحَذَرَ الْحَذَرَ أَيُّهَا الرَّجُلُ مِنْ أَنْ تَكْرَهَ شَيْئًا مِمَّا جَاءَ بِهِ الرَّسُولُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ تَرُدَّهُ لِأَجْلِ هَوَاك أَوْ انْتِصَارًا لِمَذْهَبِك أَوْ لِشَيْخِك أَوْ لِأَجْلِ اشْتِغَالِك بِالشَّهَوَاتِ أَوْ بِالدُّنْيَا فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يُوجِبْ عَلَى أَحَدٍ طَاعَةَ أَحَدٍ إلَّا طَاعَةَ رَسُولِهِ وَالْأَخْذَ بِمَا جَاءَ بِهِ بِحَيْثُ لَوْ خَالَفَ الْعَبْدُ جَمِيعَ الْخَلْقِ وَاتَّبَعَ الرَّسُولَ مَا سَأَلَهُ اللَّهُ عَنْ مُخَالَفَةِ أَحَدٍ فَإِنَّ مَنْ يُطِيعُ أَوْ يُطَاعُ إنَّمَا يُطَاعُ تَبَعًا لِلرَّسُولِ وَإِلَّا لَوْ أَمَرَ بِخِلَافِ مَا أَمَرَ بِهِ الرَّسُولُ مَا أُطِيعَ . فَاعْلَمْ ذَلِكَ وَاسْمَعْ وَأَطِعْ وَاتَّبِعْ وَلَا تَبْتَدِعْ . تَكُنْ أَبْتَرَ مَرْدُودًا عَلَيْك عَمَلُك بَلْ لَا خَيْرَ فِي عَمَلٍ أَبْتَرَ مِنْ الِاتِّبَاعِ وَلَا خَيْرَ فِي عَامِلِهِ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ . مجموع الفتاوى (16/ 528).

"Berhati-hatilah… wahai manusia … dari:

membenci apapun yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.atau menolaknya disebabkan oleh hawa nafsumu.atau menolaknya karena pembelaan terhadap madzhab dan gurumu.atau karena kesibukanmu dengan syahwat dunia.

karena:

Sesungguhnya Allah tidak mewajibkan atas seseorang untuk ta'at kepada seorang makhluk, kecuali keta'atan kepada Rasul-Nya dan mengambil apapun yang dibawa olehnya, yang mana jikalau seorang hamba menyelisihi seluruh makhluk tetapi ia mengikuti Rasulullah, maka Allah tidak akan menanyakan kepadanya tentang ketidak ta'atannya kepada seorang manusiapun.karena sesungguhnya barangsiapa yang ta'at atau dita'ati, sesungguhnya hanya dita'ati karena pengikutannya kepada Rasulullah, dan jikalau ia memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang dibawa oleh Rasulullah ia tidak akan dita'ati.

Maka ketauhilah akan hal itu, dengarkan, ta'ati dan ikutilah serta janganlah membuat sesuatu yang baru, maka amalanmu akan tertolak, kembali kepadamu. Dan tiada kebaikan apapun di dalam sebuah amalan yang tidak mengikuti sunnah dan tidak ada kebaikan apapun bagi pelakunya. Wallahu 'alam. (lihat Majmu' Fatawa, 2/465).