MANUSIA MENURUT ISLAM

26 February 2013 21:52:20 Dibaca : 11131 Kategori : Goresan Penaku

MAKALAH

MANUSIA MENURUT ISLAM

OLEH

KELOMPOK III

INANG ABDULLAH

ISMAIL TANGKUDUNG

MUKLIS BUDIONO

HERIYANTO MOHAMAD

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah mahkluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna di antara makhluk ciptaan-nya.,Akan tetapi manusia memiliki karakter yang berbeda-beda,hal ini terbukti dalam kehidupan kita sehari-hari. Para ahli telah mengeluarkan tentang pengertian manusia,namun sampai saat ini belum ada sama sekali kesepakatan tentang pengartian manusia yang sebenarnya,hal ini di sebabkan karena munusia memiliki karakter yang tidak sama. Misalnya homo sapien (manusia berakal), homo economices (manusia ekonomi), atau juga di sebut economical animal (binatang ekonomi),dan sebagainya.

Di dalam agama islam manusia tidak pernah digolongkan kedalam kelompok binatang karena agama islam merupakan agama yang paling baik.Telah di jelaskan dalam Al-Qur’an surat al-a’raf ayat 179. Yaitu selama manusia mempergunakan akal pikiran dan semua karunia allah swt dalam hal-hal yang diridohi-nya,namun jika manusia tidak mempergunakan semua karunia itu dengan benar,maka derajat manusia akan turun,bahkan jauh lebih rendah dari seekor binatang.

Lebih menarik lagi yaitu pembahasan tentang manusia inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengulas sedikit tentang manusia menurut islam,

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengkaji dan mengulas tentang manusia dalam pandangan islam,maka diperlukan subpokok bahasan yang ada kaitannya dengan manusia,sehingga penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

 Apa pengertian manusia menurut islam?

 Bagaimana penciptaan manusia dalam islam.?

 Apa hakikat manusia menurut islam?

 Apa kelebihan manusia dari makhlik lain?

Apa fungsi dan tanggung jawab manusia dalam islam?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makal;ah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah agama islam serta menjawab pertanyaan yg ada dalam rumusan masalah.

1.4 Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini tak lain adalah untuk meningkatkan pengetahuan penulisan dan pembaca tentang manusia dalam pandangan islam dan untukmembuat kita lebih memahami islam.

BAB II

MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM

Manusia merupakan makhluk yang paling mulia di sisi Allah Swt. Manusia memiliki ciri khas tersendiri di bandingka dengan makhluk ciptaan Allah Swt lainya. Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, goib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya fikir, akal, nafsu, kalbu, dan msi banyak lagi.

2.1 Pengertian Manusia Menurut Agama Islam

Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.

Akan tetapi dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.

2.2 Penciptaan Manusia Dalam Agama Islam

Sebagaimana firman Allah SWT:

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (At Tin : 5)

Terdapat dua ayat Al Qur’an yang setidaknya dapat mewakili untuk menunjukkan kepada kita bahwa asal kejadian manusia itu dari tanah. Ayat itu adalah dari surat Shad ayat 71 yang artinya “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.” dan surat Ash Shaffat ayat 11 yang artinya “Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.”

Firman allah swt tentang tahapan-tahapan penciptaan manusia:

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Al Mukminun : 12-14)

“Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi … .” (Al Hajj : 5)

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (Al Hijr : 26)

Setelah Allah SWT menciptakan nabi Adam dari tanah. Allah ciptakan pula Hawa dari Adam, sebagaimana firman-Nya :

“Dia menciptakan kamu dari seorang diri, kemudian Dia jadikan daripadanya istrinya … .” (Az Zumar : 6)

“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya … .” (Al A’raf : 189)

Dari Adam dan Hawa ‘Alaihimas Salam inilah terlahir anak-anak manusia di muka bumi dan berketurunan dari air mani yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan hingga hari kiamat nanti. (Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 457)

Allah SWT menempatkan nuthfah (yakni air mani yang terpancar dari laki-laki dan perempuan dan bertemu ketika terjadi jima’) dalam rahim seorang ibu sampai waktu tertentu. Dia Yang Maha Kuasa menjadikan rahim itu sebagai tempat yang aman dan kokoh untuk menyimpan calon manusia. Dia nyatakan dalam firman-Nya :

“Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim) sampai waktu yang ditentukan.” (Al Mursalat : 20-22)

Dari nuthfah, Allah jadikan ‘alaqah yakni segumpal darah beku yang bergantung di dinding rahim. Dari ‘alaqah menjadi mudhghah yakni sepotong daging kecil yang belum memiliki bentuk. Setelah itu dari sepotong daging bakal anak manusia tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian membentuknya memiliki kepala, dua tangan, dua kaki dengan tulang-tulang dan urat-uratnya. Lalu Dia menciptakan daging untuk menyelubungi tulang-tulang tersebut agar menjadi kokoh dan kuat. Ditiupkanlah ruh, lalu bergeraklah makhluk tersebut menjadi makhluk baru yang dapat melihat, mendengar, dan meraba. (dapat dilihat keterangan tentang hal ini dalam kitab-kitab tafsir, antara lain dalam Tafsir Ath Thabari, Tafsir Ibnu Katsir, dan lain-lain)

Dari pembahasan diatas, terdasarlah kita bahwa kita tak patut untuk menyombongkan diri karena kita ini adalah ciptaan yang Maha Kuasa. Ciptaan yang diciptakan dengan sebaik-baiknya. Patutlah kita mensyukurinya dan beribadah kepada-Nya.

2.3 Hakikat Manusia

Manusia dalam pandangan Islam terdiri atas dua unsur, yakni jasmani dan rohani. Jasmani manusia bersifat materi yang berasal dari unsur unsur saripati tanah. Sedangkan roh manusia merupakan substansi immateri berupa ruh. Ruh yang bersifat immateri itu ada dua daya, yaitu daya pikir (akal) yang bersifat di otak, serta daya rasa (kalbu). Keduanya merupakan substansi dari roh manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang selalu berkembang dengan pengaruh lingkungan sekitarnya karena makhluk utuh ini memiliki potensi pokok yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani. Hal lain yang menjadi hakikat manusia adalah mereka berkecenderungan beragam. Sebagai makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi pokok paling banyak, manusia menjadi menarik untuk diteliti. Manusia yang sebagai subjek kajian mengkaji manusia sebagai objek kajiannya dalam hal karya, dampak karya terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Namun, sampai sekarang manusia terutama ilmuwan belum mencapai kata sepakat tentang manusia.

Dalam bukunya Man the Unknown, Dr. A. Carrel menjelaskan tentang kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia. Beliau menulis :

Sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usaha yang sangat besar untuk mengetahui dirinya, kendatipun kita memiliki pembendaharaan yang cukup banyak dari hasil penelitian para ilmuwan, filosof, sastrawan, dan para ahli di bidang keruhanian sepanjang masa ini. Tapi kita (manusia) hanya mampu mengetahui dari segi tertentu dari diri kita. Kita tidak mengetahui manusia secara utuh. Yang kita ketahui hanyalah bahwa manusia terdiri dari bagian bagian tertentu, dan ini pun pada hakikatnya dibagi lagi menurut tata cara kita sendiri. Pada hakikatnya, kebanyakan pertanyaan pertanyaan yang diajukan oleh mereka yang mempelajari manusia kepada diri mereka hingga kini masih tetap tanpa jawaban.

Manusia diberi Allah potensi yang sangat tinggi nilainya seperti pemikiran, nafsu, kalbu, jiwa, raga, panca indera. Namun potensi dasar yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan Allah lainnya terutama hewan adalah nafsu dan akal/pemikiran. Manusia memiliki nafsu dan akal, sedangkan binatang hanya memiliki nafsu. Manusia yang cenderung menggunakan nafsu saja atau tidak mempergunakan akal dan berbagai potensi pemberian Allah lainnya secara baik dan benar, maka manusia akan menurunkan derajatnya sendiri menjadi binatang, walaupun Al-Quran tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok binatang seperti yang dinyatakan Allah dalam Al-Quran (Q.S. Al A’raf : 179) :

Mereka (jin dan manusia) punya hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat ayat Allah), punya mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda tanda keksuasaan Allah), punya telinga tetap tidak mendengar (ayat ayat Allah). Mereka (manusia) yang seperti itu sama (martabatnya) dengan hewan, bahkan lebih rendah (lagi) dari binatang.

2.4 Kelebihan Manusia dari Makhluk Lain

Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami angkut mereka didarat dan dilaut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol ( QS. Al Isra 70).

Pada prinsipnya, malaikat adalah makhluk yang mulia. Namun jika manusia beriman dan taat kepada Allah SWT ia bisa melebihi kemuliaan para malaikat. Ada beberapa alasan yang mendukung pernyataan tsb.

Pertama, Allah SWT memerintahkan kepada malaikat untuk bersyujud (hormat) kepada Adam as. Allah berfirman saat awal penciptaan manusia ;

“Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada Malaikat, sujudlah kamu kepada adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur dan ia adalah termasuk golongan kafir. ( QS. Al Baqarah 34).

Kedua, malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah tentang al asma (nama-nama ilmu pengetahuan) sedangkan Adam mampu karena memang diberi ilmu oleh Allah SWT.

“ DanDia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman, Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang golongan yang benar. Mereka menjawab, Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami katahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Allah berfirman, Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini. Maka setelah diberitahukannya nama-nama benda itu, Allah berfirman, Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.” (QS. Al Baqarah 33)

Ketiga, kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki hawa nafsu sedangkan kepatuhan manusia pada Allah SWT melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan syetan.

Keempat, manusia diberi tugas oleh Allah menjadi khalifah dimuka bumi, “Ingatlah ketika Tuhan mu berfirman kepada para malaikat, : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi…”(QS.Al Baqarah 30)

Melihat pembahasan di atas, terlihat bahwa manusia memiliki kelebihan dari makhluk lain. Karena sebagai mana kita ketahui, Allah telah menjadikan manusia sebagai makhluk yang mulia. Atas dasar fakta-fakta di atas, sudah sewajarnyalah, kita sebagai manusia (makhluk ciptaan Allah) senantiasa bersyukur atas karunia dan kasih sayang-Nya. Salah satu kunci kesuksesan adalah bersyukur.

2.5 Fungsi, Peran dan Tanggung Jawab Manusia Menurut Islam

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup di Bumi ini mempunyai berbagai fungsi, peran dan tanggung jawab, dan Islam sebagai agama dengan jumlah pemeluknya terbesar dibanding agama-agama yang lain, sudah tentu mempunyai pandangan tersendiri akan fungsi, peran dan tanggung jawab manusia di Bumi.

2.5.1 Peran Manusia Menurut Islam

Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain.

Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah :

Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.

2.5.2 Tanggung Jawab Manusia Menurut Islam

Manusia diberi tugas dalam hidupnya yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya.Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta memanfaatkan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.

Kekuasaan manusia sebagai wakil Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Allah baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya adalah :

“Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiran orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.

Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada Allah yang menciptakannya.Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Di dalam Al Quran sudah begitu lengkap semua hal mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab manusia. Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna.

BAB III

KESIMPULAN

Manusia dalam agama islam diartikan sebagai makhluk Allah SWT yang memiliki unsur dan jiwa yang arif, bijaksana, berakal, bernafsu, dan bertanggung jawab pada Allah SWT. Manusia memiliki jiwa yang bersifat rohaniah, gaib, tidak dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Al Mukminun : 12-14)

Manusia memiliki kelebihan dari makhluk lain, salah satu buktinya adalah kepatuhan manusia pada Allah SWT melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan godaan syetan sedangkan kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki hawa nafsu . Oleh karena itu sebagai manusia (makhluk ciptaan Allah) seharusnyalah kita senantiasa bersyukur atas karunia dan kasih sayang-Nya, karna salah satu kunci kesuksesan adalah bersyukur.

Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami angkut mereka didarat dan dilaut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol ( QS. Al Isra 70).

Fungsi utama manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi ini dan perannya sebgai khalifah sebagaimana yang ditetapkan Allah SWT mencakup tiga poin yaitu belajar, mengajarkan ilmu, dan membudayakan ilmu. Tenggung jawab manusia sebagai khalifah yang berarti wakil Allah adalah mewujudkan kemakmuran di muka bumi, mengelola dan memelihara bumi.Sebenarnya Al Quran sudah membahas semua hal mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab manusia. Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia, sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. Daud. 1998. Pendidikan Agama Islam. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta.

Shihab, M. Quraish. 2007. Wawasan Al-Quran. PT Mizan Pustaka : Bandung.

http://pembahasan-hakikat-manusia-dalam-islam-/110525022733-/phpapp02.

http://qurandansunnah.wordpress.com/2009/10/31/mengetahui-bagaimana-proses-penciptaan-manusia/