Sengsara Membawa Nikmat..!!

07 September 2012 22:14:54 Dibaca : 132

 

 
DARI MARIAH/MARYAM DI MANADO
ASS. AL. WR. WB
PENDENGAR NURANI YANG BAIK 
sungguh hidup ini telah memberiku banyak arti.., hari-hari yang kulalui sejak kecil hingga saat ini, telah membuatku semakin sadar bahwa aku hanyalah mahluk kecil yang tidak ada apa-apanya dihadapan allah, sebenarnya aku berkisah malam ini dengan tidak ada tendensi apapun selain berharap bahwa imanku semakin dikuatkan oleh allah dalam melewati hari esok yang masih rahasi bagiku..
 
 

100000074610748.2975.1322192095.png

 

 

Pendengar nurani yang baik, aku terlahir dari keluarga yang sangat berkecukupan, ayah dan ibuku memiliki usaha textil didaerahku dimanado, seluruh keluargaku berketurununan tionghoa dan memeluk agama non muslim, aku adalah putri pertama dari 2 bersaudara, yang sangat diharapkan menjadi penerus bisnis dan usaha orang tuaku, maklum selain aku anak tertua, aku tidak memiliki saudara laki-laki, harapan orang tuaku itupun mulai diperlihatkan sejak aku kecil, betapa tidak, aku selalu dimanja, disayang, dan dipenuhi seluruh kebutuhanku tanpa memandang jumlah dan nominal dari harta yang keluar untuk memenuhi seluruh kebutuhanku, aku bahkan disekolahkan disekolah-sekolah bonafit dan berkelas, agar kualitas pendidikanku terjamin dan bisa diandalkan untuk kelangsungan bisnis perusahaan keluargaku, pergi kesekolah diantar dan dijemput dengan mobil pribadi keluargaku, dan tepat dihari ultahku yang ke 16, ayahku memberiku hadiah sebuah mobil mewah untuk aktifitasku diluar, saat itu serasa lengkaplah seluruh hidupku, aku selalu diperlakukan bak seorang putri mahkota yang akan mewarisi tahta kerajaan keluargaku..hingga akhirnya memasuki semester tujuh, aku terpesona pada kakak seniorku yang begitu bersahaja dalam pandanganku dan sempurna untuk dijadikan calon pendampingku, dan akhirnya perasaanku bersambut darinya dan tidak bertepuk sebelah tangan, kami menjalin hubungan asmara layaknya pasangan muda-mudi lainnya hingga hubungan itu sampai ketelinga orang tuaku, jujur, mendengar kabar itu alangkah marahnya ayah dan ibuku serta seluruh keluarga besarku, karena tradisi pada keluargaku, kami harus dinikahkan dengan orang yang berdarah sama dan dari kalangan yang setingkat level ekonominya dengan keluargaku, sedangkan kekasihku (ahmad) namanya, hanyalah pemuda desa biasa yang tidak memeiliki kelebihan apappun selain kecerdasaan dan sopan santunnya, kemarahan itupun semakin bertambah kala mengetahui bahwa kak ahmad adalah pemuda muslim, begitu murkanya kedua orang tuaku hingga mereka mencekal seluruh aktifitasku diluar termasuk bertemu dengan kak ahmad, hatiku sedih saat itu karena kekayaan yang kumiliki tidak dapat memberiku kebahagiaan sedikitpun, hari-hari aku lalui dengan deraian air mata, aku jadi benci dengan keluargaku sendiri, bahkan ketika ada kesempatan, aku memilih kabur dari rumah dan meninggalkan seluruh kekayaan yang akan diwariskan padaku, saat itu kutemui kak ahmad dan aku memelas dihadapannya untuk segera menjadikan aku sebagai mahromnya, bahkan untuk itu semua aku rela meninggalkan agamaku dan memeluk agamanya mas ahmad yakni agama islam, tak ada yang aku fikirkan selain hidup bahagia bersama lelaki pilihan hatiku, meskipun harus mengorbankan kebahagiaan yang melimpah dan agama yang aku anut sejak kecil, dengan melalui banyak pertimbangan dari berbagai pihak termasuk keluarga bersarnya kak ahmad, akhirnya aku dibaiat menjadi seorang muslimah dengan melafazkan 2 kalimah syahadat dan namaku yang semula mariah diganti menjadi mariam, alangkah bahagianya aku saat itu tak kala melewati proses keislamanku dan akhirnya diperistri oleh kekasih pujaan hatiku, untuk menghindari keluargaku, aku memilih berhenti kuliah dan kak ahmad alhamdulillah meneruskan kuliahnya sampai tamat meskipun sering tidak tenang karena selalu berhadapan dengan keluargaku, anehnya keluarga tidak membencinya…dan memperlakukannya kasar, semula kufikir mereka akan menerima keberadaan kami saat ini, menerima aku yang telah menjadi muslim dan bersuamikan pemuda muslim, tapi ternyata dugaanku salah, karena 2 bulan setelah minggatnya aku dari rumah, aku menerima sepucuk surat dari pos yang dialamtkan kerumah kak ahmad, sebuah surat yang ternyata berisi sesuatu yang sangat mencengangkan aku..surat pemutusan darah dan pernyataan pengalihan harta warisan pada adikku, mataku sempat menetes saat itu, ya..sempat menetes, bukan karena tak dapat warisan lagi, tapi karena diputiskan pertalian darah dan tidak diakui lagi sebagai anak mereka, membaca surat itu, aku mencoba menarik nafasku dan menyunggingkan bibirku berusaha tersenyum meski dalam kepiluan, aku berusaha sekuat tenagaku menerima kenyataan itu, dan dari kak ahmad aku berusaha sembunyikan surat itu, aku tidak ingin dia sedih dengan semuanya.. Pendnegar nurani yang baik.. Waktu terus bergulir hingga membawa usia pernikahan kami memasuki tahun kedua, alhamdulillah dari pernikaah tersebut, kami telah dikaruniai seorang putri yang cantik yang akhirnya kami beri nama jamilah, bersuamikan kak ahmad dan dikaruniai jamilah membuatku sangat bahagia, sangat bahagia melebihi bahagiaku naik mobil mercy hadiah pemberian dari ayah dulu, dan melebihi kebahagiaan-2ku lainnya..subhanallah, aku selalu memanjatkan rasa syukur kepada allah dengan selalu menajdi muslimah yang taat, aku mengaktifkan diriku dimajlis-majlis taklim dan pengajian ibu-ibu…aku berusaha mengahpus dari benakku bahwa aku dulu dibesarkan dilingkungan non muslim dan dari keturunan tionghoa, yang aku berusaha wujudkan adalah bagaimana aku bisa menjadi muslimah yang taat dan merealisasikan isi al-qur’an dalam keseharianku…namun..malang sungguh malang..ditengah-tengah rasa bahagiaku dan ikhtiarku menjadi seorang muslimah yang taat, allah mengujiku dengan cobaan yang dahsyat, betapa tidak, entah syetan apa yang telah merasuki suamiku, hingga dia terelena dengan wanita lain yang kabarnya merupakan mantan kekasihnya sejak sma dulu, wanita itu ternyata telah masuk dalam kehidupan rumah tanggaku semenjak jamilah berusia 8 bulan dalam kandunganku dan aku tidak menyadarinya karena kak ahmad pandai menyembunyikannya dariku dan aku teramat sanagat percaya padanya, aku tidak menyangka sama sekali kalau kak ahmad akan melakukan ini padaku, meskipun hatiku telah hancur dengan apa yang telah diperlakukan kak ahmad padaku, aku berusaha bersabar dengan semuanya, dan berusaha menerima semua kenyataan pahit itu meskipun dihatiku tersimpan selaksa tangis dan air mata, wanita mana yang rela diduakan dan dimadu, tapi apa hendak dikata, nasi telah menjadi bubur, kak arman telah berlaku kotor pada kekasih gelapnya tersebut dan mau tidak mau harus mempertanggung jawabkan perbuatannya sendiri dengan menikahi gadis tersebut, dalam kehampaan dan tetesan air mata yang tak bisa dibendung, aku berusaha merelakan kak ahamad menduakan aku dengan menikahi gadis pujaan hatinya tersebut, tapi, yang sangat membuat aku sangat terperenjat dan bertambah sedih, ternyata ditengah keikhlasanku menerima kehadiran istri kedunya menjadi maduku, justru istri keduanya yang tidak ingin ada cinta yang terbagi diantara kami dan dia meminta kak ahmad untuk menceraikan aku, pilu dan hancur hatiku mendengar kabar tersebut, aku tak menyangka sama sekali kalau akhirnya aku harus menerima pil pahit dari apa yang telah aku korbankan selama ini, demi kehormatanku dan masa depan anakku, aku berusaha memelas dihadapan kak ahmad untuk tidak menceraikan aku, dan mempertimbangkan lagi keputusannya untuk menceraikan aku, tapi tangisanku tak dihiraukannya, sebab saking cintanya pada istri barunya, aku akhirnya diceraikannya secara resmi dihadapan pengadilan agama, dan menceraikan aku beberapa kali dengan lisannya, air mataku tak terbendung saat itu..sulit kuliskan hancurnya perasaanku saat itu, sebab aku telah rela meninggalkan orang tua, kekayaan bahkan agamaku sendiri untuk dirinya, namun akhirnya aku menerima kenyataan pahit setelah menyadari bahwa statusku berubah menjadi mantan istrinya,ya allah..apa dosaku selama ini..apakah aku tidak taat padamu, apakah aku bersalah padamu.., sehingga ujian ini terlalu berat kau timpakan padaku…, hari itu, tepatnya tanggal 28 desember 2009, aku mengemasi pakaianku dan pakaian jamilah, sebab aku didateline oleh kak ahmad dan istri barunya untuk segera meninggalkan rumah sehari setelah pengadilan resmi memutuskan cerai atas pernikahan kami, dengan sejuta kepedihan dihati dan linangan air mata, aku dan putri kecilku jamilah yang saat itu baru berusia 3 tahun 2 bulan menapakkan kaki keluar dari rumah kecil tempat aku dulu melewatkan hari-hari indah bersama kak ahmad hingga jamilah lahir melengkapi kebahagiaan tersebut, untuk yang kesekian kalinya kutatap rumah yang telah memberiku banyak kenangan didalamnya..kulangkahkan kakiku dengan tanpa arah tujuan, aku tak tahu harus pergi kemana karena seluruh keluargaku telah membuangku dan tak mengakui aku lagi sebagai anak mereka, semuanya seolah serak kurasa, bahkan air mata seolah mengering membasahi kelopak mataku, kucium dan kutatap lekat-lekat wajah putriku yang tertidur pulas dalam dekapan gendonganku, aku telah hancur..semuanya telah sirnah..?Haruskah aku kembali pada orang tuaku lalu memohon dan menghiba dikaki mereka untuk diampuni dan dimaafkan?, haruskah aku kembali kemereka dan kembali pada agamaku yang dulu..berbagai perasaan bercampur dan berkecamuk didalam dadaku..sesak nafas ini..hingga tak ada lagi yang bisa kuungkapkan selain air mata yag terus berderai…hingga akhirnya tak kala aku berhenti berteduh disebuah mesjid tak jauh dari kampungku, ada seorang wanita muslimah bercadar datang menghampiriku dan prihatin dengan keadaanku yang membawa banyak barang dan ada anak kecil dalam gendonganku…, ternyata sejak tadi wanita bercadar itu memperhatikan aku hingga tak tahan dengan kondisi yang dilihatnya wanita itu penasaran dan menghapiriku, disapanya aku dengan ucapan salamnya yang lembut, dirangkulnya aku dengan penuh cinta, dan dilepaskannya aku dari beban yang beratku saat itu…dengan lembut dan santunnya sang wanita muslimah bercadar itu mengajakku keruangan tertutup dimana hanya aku dan dia juga jamilah didalam ruangan itu, dan dibukannya kain hitam penutup cadarnya, dengan lembutnya diperkenalkan namanya yang anggun…khumairoh, nama yang cantik secantik wajahnya, dengan seksamanya dia menyimak kisah kehidupan yang kututrkan padanya, berderai air matanya mendengarkan kisah yang mengalir dari bibirku, didekapnya aku dengan eratnya dan dinasehatinya aku dengan kalimat-kalimat yang teduh yang keluar dari bibirnya..kalimat-kalimat yang cukup membuatku kembali tegar dengan niatku sebelumnya. Menjadi muslimah yang taat dan sholehah.., kubuang jauh-jauh niat rencana dan bujukan syetan yang menghasut fikiranku untuk kembali pada keluarga dan agamaku dulu…biarlah..aku akan melanjutkan hidupku dengan segenap doa dan ikhtiarku untuk senantiasa istiqamah dalam agama allah.., pendengar nurani yang baik.. Ternyata khumairoh tidak meninggalkan aku begitu saja..diajaknya aku kerumahnya di daerah tomohon, khumairoh adalah nama kuniahnya, kuketahui ternyata dia pernah menimba ilmu di sebuah perguruan tinggi islam dimakassar dan saat ini sedang bersilaturahim kekampungnya ditomohon, selang 2 bula setelahnya aku dan jamilah diajaknya hijrah ke sulawesi selatan tepata di endrekang..subhanallah, kini aku menajlani hari-hariku dengan senyuman meski kenangan pahit belum hilang dari benakku, tapi aku yakin, inilah cobaan bagiku…khumairoh selalu menguatkan aku dengan segudang nasehatnya, diantaranya yang tidak kulupa adalah “bahwa allah lebih mengetahui apa-apa yang dalam diri kita dan yang akan terjadi menimpa kita dihari esok, maka senantisa dekatkanlah diri kita padanya, dan senantiasa meluruskan niat kita, dan insya allah dia akan menggantikan sesuatu yang lebih baik dari apa-apa yang telah pergi atau hilang dari diri kita”. Kini aku menjalani hari-hariku bersama putriku di kampung kecil disini, alhamdulillah bahagia..kubulatkan tekadku untuk menajadi wanita sholehah meskipun aku seorang mu’alaf..aku mengikuti pengajian rutin di halaqahnya khumairoh…ya allah..terima kasih karena kau masih mengizinkan aku tersenyum setelah air mataku hampir mengering..beri aku kekuatan ya allah..untuk menghadapi hari-hari selanjutnya…. Istiqamahkan aku senantiasa hingga akhir hayatku
wassalam..
 

100000074610748.2975.1322192095.png

 

 

UMMU JAMILAH

Kulepas Engkau Dengan Senyuman

07 September 2012 22:12:37 Dibaca : 1172

 

 
 
Assalamu 'alaikum Wr. Wb
Pendengar Nurani Yang Budiman
Kukenal dia ketika aku semester awal S1 di fakultas Farmasi pada salah satu Universitas Swasta terbesar di Makassar. Nisa (nama samaran)  itulah namanya, kesan pertama yang kudapatkan tentangnya. Subhanallah Allah menganugrahkan keelokan padanya dengan mengindahkan rupanya. Nisa gadis yang sangat cantik, kulitnya putih bersih, wajah yang begitu sempurna dengan tahi lalat di matanya. Bola mata yang indah dengan pancaran kecerdasan yang begitu jelas. Dia juga sangat wangi, wangi yang sangat lembut, yang sampai sekarang masih mampu ku ingat. Penampilannya sama dengan teman-teman kuliahku, jilbab kecil tipis yang dililit atau dipeniti dengan sangat rapi, dia sangat suka menggunakan jilbab merah dan pink, sangat cocok dengan kulitnya yang putih.
Awalnya aku hanya mampu mengaguminya sebagai teman yang cantik dan pintar. Namun aku tak begitu tertarik untuk mengenalnya lebih jauh. Bukannya aku minder, namun pola pikir kami yang kurasa berbeda. Selain itu aku mendengar dari beberapa temanku, kalau Nisa anaknya sombong dan individualis. Padahal kegiatan dikampus terutama di Laboratorium membutuhkan kerja sama dalam tiem dan kelompok. Ada pula yang mengatakan kalau dia sok pinter dan gak mau disaingi. Hal ini yang membuatku agak enggan mengenalnya lebih jauh. Hal lainnya karena aku seorang akhwat, selain dunia kampus, akupun disibukkan dengan amanah dakwah dimana-mana dan juga tarbiyah. Membuat waktuku betul-betul terkuras, sehingga kawan yang ku kenalpun hanya mereka yang juga bergelut didunia dakwah yaitu para akhwat-akhwat.
Namun aku kemudian merasa ada yang kurang dengan keseharianku, aku merasa dakwah fardiyah pada teman-teman yang pada dasarnya ku temui tiap hari sangatlah kurang. Padahal setiap harinya ku mengisi liqo dan membuat ta’lim dengan menghadirkan orang-orang yang tak kukenal. Lalu bagaimana mungkin teman-teman bahkan sahabatku dikampus tak tersentuh dengan dakwahku. Maka kumulai melirik mereka, membuat kajian jum’at dikampus dan akupun bergabung di BEM fakultasku.
Ada yang menarik dalam tiap kajian jumat yang aku adakan. Yah, aku selalu menemukan sosok Nisa di sana. Bahkan terkadang dia datang lebih dulu dari teman-teman yang lain yang notabene akhwat. Satu hal yang ku ingat darinya, dia selalu shalat tepat waktu. Terkadang aku malu, ketika di lab aku kadang begitu antusias melakukan praktikum, sehingga kadang aku mengabaikan azan Dzuhur atau azar, maka Nisa pasti selalu menhampiriku dan membisikkan padaku kalau telah azan lalu mengajakku ke masjid atau ruang shalat di Lab, dan memintaku untuk meletakkan gelas kimia atau pereaksi kimia dari tanganku itu. Nisa, semakin membuatku penasaran.
 
 

100000074610748.2975.1322192095.png

 

 

Aku semakin tertarik mengenalnya lebih dekat, Alhamdulillah Allah memberiku kesempatan mengenalnya lebih jauh. Pada suatu semester baru, aku ditempatkan satu kelompok dengan Nisa. Kelompok praktikum untuk matakuliah yang sangat susah dan membutuhkan banyak waktu dalam menyelesaikan laporan dan tugas. Akhirnya kami memutuskan untuk mengerjakan tiap hari tugas itu di rumah Nisa, yang kebetulan mempunyai referensi buku yang lumayan banyak. Jadilah aku tiap hari kerumahnya. Nisa gadis yang sangat bersih, rapi, dan teratur. Aku malu jika membandingkan kamarku dengan kamarnya, hehe.. aku berantakan, dan seenaknya meletakkan barang, tapi Nisa, dia bahkan melipat tiap kantong pelastik di rumahnya dan menyimpannya pada kardus kecil, sangat rapi.
Nisa mempunyai seorang kakak laki-laki, itu aku tahu ketika melihat foto keluarga pada bingkai kecil di kamarnya. Nisa tinggal berdua dirumah itu dengan kakaknya, sedangkan orangtuanya tinggal dikampung. Namun ketika ku tanyakan tentang kakaknya, dia terlihat murung, dia Cuma mengatakan kalau kakaknya tidak begitu dekat dengannya. Akupun tak mau terlalu mendesaknya untuk bercerita, aku tak mau membuatnya tak nyaman.. Namun aku cukup terkejut ketika tak sengaja aku melihat belasan botol obat didalam lemarinya, ketika kutanyakan, dia Cuma tersenyum dan mengatakan hanya vitamin biasa.
Aku dan Nisa semakin akrab sejak semester itu, dan sejak itu tak jarang dia curhat padaku. Tentang semuanya, tentang teman-temanya yang menganggapnya sombong, tentang keluarganya, tentang pacar-pacarnya, aku termasuk akhwat yang tak suka mendoktrin teman-temanku tentang larangan pacaran, kubiarkan mereka bercerita padaku tentang itu, lalu aku mengikuti tiap perkembangan hubungan mereka, sehingga akupun mendapat kepercayaan mereka, barulah ketika mereka mulai bermasalah dengan pacarnya atau mempertanyakannya pendapatku tentang pacaran, baru aku menyelipkan nasihat-nasihat tentang itu, sehingga obrolan yang pada dasarnya nasihat itu lebih berkesan diskusi atau curhat buat mereka dan aku tak sok menggurui, dan tak sedikit akhirnya temanku memutuskan pacarnya dengan trik seperti ini hehe.. tapi ini rahasia yah..
Hingga suatu hari, pada awal semester baru lagi, aku dan Nisa sepakat untuk memprogram mata kuliah yang semester lalu belum kami ambil, jadinya kami berdua harus kuliah denga yunior. Kuliahpun kami pilih hari sabtu pagi sebelum kuliah bahasa arab, hari yang bebas parktikum untuk kelas kami. Nisa punya kebiasaan untuk janjian denganku pada malam sabtunya lewat sms, dia akan menanyakan apakah aku akan ikut kuliah besok? Jika tidak diapun malas untuk datang… hemm kebiasaan buruk, tapi juga wajar, mana ada yang betah kuliah dengan yunior..
Suatu pagi dihari sabtu, selepas kami kuliah, sambil menunggu dosen dan teman-teman yang belum datang, kuliah berikutnya yaitu bahasa arab, aku duduk berdua dengan Nisa di depan kelas. Ruang kuliah sangat sepi, hanya ada aku dan Nisa yang datang cepat karena ada kuliah pagi. Waktu itu langit sangat mendung, bahkan gelap, pertanda hujan deras akan segera mengguyur kota Makassar siang itu. Ada yang berbeda dari Nisa yang biasanya ceria, pagi itu dia diam dan sedikit murung, matanya sembab sangat jelas dia baru saja menangis. Aku lalu bertanya padanya ada apa?
Dia hanya diam, dan menggeleng, akupun mendesaknya untuk bercerita. Hingga akhirnya dia lalu menyingkap roknya dan memperlihatkan betisnya. Allah, aku terkejut, begitu banyak memar di betisnya, lalu dia memperlihatkan lengannya, kulit putihnya kini berhiaskan lebam-lebam biru kehijauan. Ada apa denganmu teman?
 
 

100000074610748.2975.1322192095.png

 

 

Dia lalu bercerita, kalau sejak kecil dia menderita Epilepsi (ayan), jika penyakitnya kumat, kepalanya seakan dialiri jutaan watt listrik, begitu sakit sehingga jika dia tak tahan sakitnya, diapun kejang-kejang tak sadarkan diri, di beru saja tadi pagi kambuh di kamar mandi ketika sedang mencuci, beruntung kakaknya masih di rumah, sehingga dia segera tertolong. Semua badanya lebam dan memar karena terbentur tembok dan barang-barang saat kejang-kejang. Dia bercerita sambil menangis, dia harus menelan puluhan tablet penenang tiap harinya, yang jika terlambat sedikit saja dia konsumsi, akan membuat penyakit epilepsinya kambuh. Selain itu, tekanan dan kecapaianpun dapat menyebabkannya kumat. Dia malu jika penyakitnya kambuh ditengah banyak orang, bagaimana jika auratnya terbuka ketika dia tak sadarkan diri ketika kejang, dan itu telah sering terjadi. Dia lelah, kadang dia mempertanyakan kepada Allah, kenapa mesti dia yang mengalaminya, dia punya banyak cita-cita, ingin mempunyai apotek, ingin bekerja di Balai POM, dia ingin segera menikah dan punya anak. Namun ketika ia menyadari Epilepsi yang dideritanya dapat merenggut nyawanya kapan saja, dia lalu menangis dan sangat sedih. Lalu kembali pertanyaan itu hadir, kenapa harus dia? Kenapa bukan orang-orang yang selama hidupnya hanya berbuat sia-sia dengan maksiat? Kenapa bukan orang yang tak menghargai hidupnya yang selalu ingin bunuh diri hanya dengan masalah picisan? Aku ingin lebih baik, masih banyak hal yang ingin aku capai. Dia mengatakan padaku satu hal yang tak akan pernah kulupakan. “Aztri, kamu tahu? Kenapa selama ini begitu masuk azan, aku akan bergegas shalat, karena aku takut, jika aku menunda shalatku, lalu kemudian ternyata Allah membuat penyakitku kumat, dan lalu aku mati sebelum menunaikan shalat. Penyakitku pisa kambuh kapan saja, itu berarti aku dapat diambilNya kapan saja” katanya dengan isak tangis. Sungguh, pemikiran yang sederhana, namun mampu menghempaskanku ke titik nol. Aku yang begitu paham makna takdir dan ajal, namun tak pernah memikirkan dengan begitu nyata. Aku kadang berfikir Ajalku masih sangat jauh, bahkan kadang tanpa aku sadari aku merasa hanya orang lain yang akan mengalami kematian. Bukan, bukannya aku tak percaya ajal, tapi ada kalanya kita begitu tenggelam dengan dunia sehingga kemudian melupakan tamu yang dapat datang kapan saja itu.. ajal… kematian..
Lalu Nisa pun mengatakan padaku, “Aztri, aku takut mati, aku takut tak mampu mempertanggung jawabkan perbuatanku selama hidup ini. Apa yang harus kukatakan pada Allah nanti. Aku mau mati dalam keadaan terbaikku, tapi bagaimana jika penyakitku kumat di kamar mandi, seperti tadi pagi? Aku tak mau mati di kamar mandi, tempat yang kotor, bagaimana jika aku dalam keadaan aurat yang terbuka, aku malu menemui Allah dengan keadaan seperti itu. Bagaimana jika Allah mengambilku ketika aku serangan dan aku tak mampu menyebut namanya karena dalam keadaan tak sadar? Aku tak mampu menahan air mataku, akupun ikut menangis. Baru kali itu aku merasa kematian begitu dekatnya. Tanpa sadar dalam hati aku berdoa “Ya Rabb, penguasa Alam semesta, barilah akhir yang baik pada kami..”
Sejak itu aku semakin dekat dengan Nisa, dia pun mulai mengikuti tarbiyah, dia mulai memanjangkan jilbabnya, yang tadinya dia lilit, kini dia mulai menutupkan ke dadanya. Kemana-mana aku bersamanya. Teman-temanpun heran melihatnya, bagaimana mungkin aku bisa tiba-tiba akrab dengannya.
Pada suatu sabtu pagi, aku ke kampus seperti biasa, hari ini ada kuliah dengan Nisa, namun yang aku herankan, sejak semalam aku menunggu sms Nisa, tapi tak ada satupun, akupun meng smsnya apa dia mau kuliah atau tidak, namun smsku pun tak dibalas sejak subuh. Aku piker mungkin pulsanya habis. Sesampaiku di kampus, aku baru tahu kalu sabtu itu ada wisuda, jadi semua kegiatan perkuliahan di tiadakan. Aku mencari Nisa ke mana-mana, dari kelas ke kelas, ku tanyak pada teman-teman apa ada yang melihatnya. Namun tak satupun yang melihatnya pagi itu. Aku lalu berfikir mungkin dia sudah tahu hari ini kuliah diliburkan maka dia tak datang kekampus. Aku pun pulang tanpa memikirkannya lagi.
Namun pada pukul 10 malam. tepatnya malam minggu, ketika aku sedang berkumpul dengan keluargaku, tiba-tiba telpon pun bordering, aku mengangkatnya tanpa prasangka apa-apa. Namun ternyata yang menelpon adalah temen kuliahku, dia memberitakan berita yang seketika mampu melemaskan semua persendianku.. Nisa meninggal dunia, entah jam berapa, namun mayatnya baru ditemukan tadi jam 09.00 malam dalam keadaan kaku dan membiru, tertelungkup di kamarnya. Seolah aku tak berpijak di bumi, langit di atasku seolah runtuh. Selanjutnya aku langsung menuju kerumahnya ku tahan air mataku seolah ini hanya berita bohong, aku masih berharap menemukan Nisa di rumahnya dan menyambutku di depan pintu dengan senyuman seperti biasa. Namun sesampiku di sana, lorong ke rumahnya telah penuh dengan kerumunan warga setempat, raungan serine ambulans sejak tadi terdengar. Ku singkap kerumunan, orang-orang yang mengenalku dekat dengan Nisa segera memberiku jalan, bergegas ku ke ambulansnya, dan kutemukan sosok yang sangat kusayangi, sahabatku Nisa dalam balutan selimut, tubuhnya kaku dengan posisi tak biasa, wajahnya telah membiru dan bengkak. Allah, apa yang dia khawatirkan terjadi. Nisa sahabatku, ada apa denganmu? Kenapa jadi begini?
 
 

100000074610748.2975.1322192095.png

 

 

Badanku tiba-tiba limbung di depan pintu ambulans, sebuah tangan menangkapku sambil membisikkan istigfar ke telingaku, ternyata dia salah seorang akhwat temanku dikampus. Dibimbingnya aku ke kamar Nisa, ku dapati kamarnya berantakan tak rapi seprti biasa, kertas berhamburan dimana-mana, obat-obatnya berserakan dimana-mana. Salah seorang temanku menceritakan padaku. Nisa baru ditemukan kakaknya tadi ketika dia pulang pukul 09.00 malam, tak ada yang tahu pukul berapa Nisa meninggal namun jika melihat kondisi kamarnya, dimana lampu yang masih menyala dan tirai yang masih tertutup, kemungkinan dia meninggal kemarin malam, hari itu dia sendiri di rumah, tak ada yang menemaninya. Barulah ketika kakaknya pulang pukul 09.00 malam dia menelpon dan HPnya berbunyi di kamarnya, tapi Nisa tak mengangkatnya. Dan di temukan Nisa telah kaku dan membiru..
Allah… bagaimana mungkin secepat ini, sempatkah ia menyebut namaMu? Betapa sakitnya sakaratul maut yang ia rasakan, dan dia menghadapinya sendiri, Rabb adakah namaMu dia ucapkan? Baru saja kurasa mengenalnya, baru saja dia mengatakan ingin mengenal islam lebih jauh, beru kemarin ku rasa dia mengatakan ingin menggunakan jilbab lebar sepertiku. Masih dapat ku ingat dengan jelas ketika aku bermain ke rumahnya, dia minta aku meminjamkan jilbab hitam lebar yang aku gunakan saat itu sebentar saja. Dia memakainya berdiri di depan cermin dengan senyuman yang sangat manis, Nisa begitu cantik dengan jilbab lebar yang aku pinjamkan padanya. Lalu dia memperagakan wajah malu-malu katanya jika ada ikhwan yang mengkhitbahnya, dia akan mengangguk malu seperti ini. Aku tertawa terpingkal-pingkal saat itu, namun sekarang ketika mengingatnya malah yang kurasakan perih yang amat sangat, di sini, di hatiku..
 
Teman membisikkan kalau ambulans yang mengantar jenazah menuju ke kampung halamanya akan segera berangkat, Nisa akan dikebumikan di kampungnya, kami pun berkumpul di sekitar ambulans mengantar kepergian Nisa. Melihatnya untuk terakhir kalinya, Serine segera menggelgar, memecah keheningan malam saat itu, Ambulans yang berisi jasad Nisa terlah pergi, Nisa tak ada lagi, namun di sini di hati ini dia tetap ada, Semangat hidupnya menjadi kakuatanku, Nisa sahabatku yang cantik, selamat jalan. Sampaikan salamku pada Rabb kita, Aku yakin niatmu yang tulus telah terukir dengan indah di buku amalanmu. Tersenyumlah kawan, kau begitu cantik dengan senyummu..  Tunggu aku, akupun pasti akan menyusulmu, di sana  di JannahNya.. pergilah.. Kulepas kau dengan ikhlas.. Dengan Senyum..
Wassalam
 
 

100000074610748.2975.1322192095.png

 

 

Dari Astriana-Makassar

Air Mata Perpisahan

07 September 2012 22:07:14 Dibaca : 2716

 

 
DARI MARIANI DI POHUWATO-GORONTALO
 
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Pendengar Nurani yang baik
Namaku Mariani.., orang-orang biasa memangilku Aryani, ini adalah kisah perjalanan hidupku yang hingga hari ini masih belum lekang dalam benakku, sebuah kisah yang nyaris membuatku menyesal seumur hidup bila aku sendiri saat itu tidak berani mengambil sikap. Yah, sebuah perjalanan kisah yang sungguh aku sendiri takjub dibuatnya, sebab aku sendiri menyangka bahwa didunia ini mungkin tak ada lagi orang seperti dia…
Pendengar Nurani yang baik
 

100000074610748.2975.1322192095.png

 


Tahun 2007 Silam, aku dipaksa orang tuaku menikah dengan seorang pria, Kak Arfan Namanya, Kak Arfan adalah seorang lelaki yang tinggal sekampung denganku, tapi dia seleting dengan kakakku saat sekolah dulu, usia kami terpaut 4 Tahun, yang aku tahu, bahwa sejak kecilnya Kak Arfan adalah anak yang taat kepada orang tuanya, dan juga Rajin ibadahnya, dan tabiatnya seperti itu terbawa-bawa sampai ia dewasa, aku merasa risih sendiri dengan Kak Arfan apabila berpapasan dijalan, sebab sopan santunya sepertinya terlalu berlebihan pada orang-orang, geli aku menyaksikannya, yah, kampungan banget gelagatnya…, setiap ada acara-acara ramai dikampungpun Kak Arfan tak pernah kelihatan bergabung sama teman-teman seusianya, yaah, pasti kalau dicek kerumahnyapun gak ada, orang tuanya pasti menjawab “Kak Arfan dimesjid nak, menghadiri taklim”, dan memang mudah sekali mencari Kak Arfan, sejak lulus dari Pesantren Al-Khairat Kota Gorontalo, Kak Arfan sering menghabiskan waktunya membantu orang tuanya jualan, kadang terlihat bersama bapaknya dikebun atau disawah.., meskipun kadang sebagian teman sebayanya menyayangkan potensi dan kelebihan-kelebihannya yang tidak tersalurkan. Pendengar.., secara fisik memang Kak Arfan hampir tidak sepadan dengan ukuran ekonomi keluarganya yang pas-pasan, sebab kadang gadis-gadis kampung suka menggodanya kalau Kak Arfan dalam keadaan rapi menghadiri acara-acara didesa, tapi bagiku sendiri itu adalah hal yang biasa-biasa saja, sebab aku sendiri merasa bahwa sosok Kak Arfan adalah sosok yang tidak istimewa, apa itimewanya menghadiri taklim, kuper dan kampunga banget, kadang hatiku sendiri bertanya, koq bias yah, ada orang yang sekolah dikota namun begitu kembali tak ada sedikitpun ciri-ciri kekotaan melekat pada dirinya, HP gak ada, Selain bantu orang tua, pasti kerjanya ngaji, sholat, taklim dan kembali kekerja lagi, seolah riang lingkup hidupnya hanya monoton pada itu-itu saja, kebiosokop kek, ngumpul bareng teman2 kek stiap malam minggunya dipertigaan kampung yang ramainya luar biasa setiap malam minggu dan malam kamisnya, apalagi setiap malam kamis dan malam minggunya ada acara curhat kisah yang TOP banget disebuah station Radio Swasta digotontalo, kalau tidak salah ingat nama acaranya Suara Hati dan nama penyiarnya juga Satrio Herlambang.
Pendengar Nurani yang baik
Waktu terus bergulir dan seperti gadis-gadis modern pada umumnya yang tidak lepas dengan kata Pacaran, akupun demikian, aku sendiri memiliki kekasih yang begitu sangat aku cintai, namanya Boby, masa-masa indah kulewati bersama boby, indah kurasakan dunia remajaku saat itu, kedua orang tua boby sangat menyayangi aku dan sepertinya memiliki sinyal-sinyal restunya atas hubungan kami, hingga musibah itu tiba, aku dilamar oleh seorang pria yang sudah sangat aku kenal..yah..siapa lagi kalau bukan sikuper Kak Arfan..lewat pamanku orang tuanya Kak Arfan melamarku untuk anaknya yang kampungan itu, mendengar penuturan mama saat memberitahu padaku tentang lamaran itu, kurasakan dunia ini gelap, kepalaku pening…, aku berteriak sekencang-kencangnya menolak permintaan lamaran itu..dengan tegas dan terbelit-belit aku sampaikan langsung pada kedua orang tuaku bahwa aku menolak lamaran keluarganya Kak Arfan, dan dengan terang-terangan pula aku sampaikan pula bahwa aku memiliki kekasih pujaan hatiku, Boby. Mendengar semua itu ibuku shock dan jatuh tersungkur kelantai, akupun tak menduga kalau sikapku yang egois itu akan membuat mama shock, baru kutahu bahwa yang menyebabkan mama shok itu karena beliau sudah menerima secara resmi lamaran dari orang tuanya Kak Arfan, hatiku sedih saat itu, kurasakan dunia begitu kelabu, aku seperti menelan buah simalakama, seperti orang yang paranoid, tidak tahu harus ikut kata orang tua atau lari bersama kekasih hatiku boby. Hatiku sedih saat itu..dengan berat hati dan penuh kesedihan aku menerima lamaran Kak Arfan untuk menjadi istrinya dan kujadikan malam terakhir perjumapaanku dengan boby dirumahku meluapkan kesedihanku, meskipun kami saling mencintai tapi mau tidak mau boby harus merelakan aku menikah dengan Kak Arfan karena dia sendiri mengakui bahwa dia belum siap membina rumah tangga saat itu.
 

100000074610748.2975.1322192095.png

 

Pendengar Nurani yang Budiman
Tanggal 11 Agustus 2007 akhirnya pernikahankupun digelar, aku merasa bahwa pernikahan itu begitu menyesakkan dadaku, air mataku tumpah dimalam resepsi pernikahan itu, ditengah senyuman orang-orang yang hadir pada acara itu, mungkin akulah yang paling tersiksa, karena harus melepaskan masa remajaku dan menikah dengan lelaki yang tidak pernah kucintai. Dan  yang paling membuatku tak bias menahan air mataku, mantan kekasihku boby hadir juga pada resepsi pernikahan tersebut, Ya Allah..mengapa semua ini harus terjadi padaku ya Allah…mengapa aku yang harus jadi korban dari semua ini..?
Pendengar Nurani yang budiman
Waktu terus berputar dan malampun semakin merayap, hingga usailah acara resepsi pernikahan kami, satu persatu para undangan pamit pulang hingga sepilah rumah kami, saat masuk kedalam kamar, aku tidak mendapati suamiku Kak Arfan didalamnya, dan sebagai seorang istri yang hanya terpaksa menikah dengannya maka akupun membiarkannya dan langsung membaringkan tubuhku setalah sebelumnya menghapus make-up pengantinku dan melepaskan gaun pengantinku, aku bahkan tak perduli kemana suamiku saat itu,  karena rasa capek dan diserang kantuk akupun akhirnya tertidur, tiba-tiba disepertiga malam aku tersentak tak kala melihat ada sosok hitam yang berdiri disamping ranjang tidurku, dadaku berdegup kencang, aku hamper saja berteriak histeris andai saja saat itu atk kudengar serua Takbir terucap dari lirih dari sosok yang berdiri itu, perlahan kuperhatikan dengan seksama, ternyata sosok yang berdiri disampingku itu adalah Kak Arfan suamiku yang sedang sholat tahajud, perlahan aku baringkan tubuhku sambil membalikkan diriku membelakanginya yang saat itu sedang sholat tahajud, Ya Allah aku lupa bahwa sekarang aku telah menjadi istrinya Kak Arfan, tapi meskipun demikian aku masih tak bias menerima kehadirannya dalam hidupku, saat itu karena masih dibawah perasan ngantuk, akupun kembali teridur, hingga pukul 04.00 dini hari kudapati suamiku sedang tidur beralaskan sajadah dibawah ranjang pengantin kami, dadaku kembali berdegung kencang kala mendapatinya, aku masih belum percaya kalau aku telah bersuami, tapi ada sebuah Tanya terbetik dalam benakku, mengapa dia tidak tidur diranjang bersamakku, kalaupun dia belum ingin menyentuhku, paling gak dia tidur seranjang dengankum itukan logikanya, ada apa ini..?, ujarku perlahan dalam hati. Aku sendiri merasa bahwa mungkin malam itu Kak Arfan kecapekan sama sepertiku sehingga dia tidak mendatangiku dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami, tapi..apa peduliku dengan itu semua, toh akupun tidak menginginkannya, gumamku dalam hati.
Pendengar Nurani yang budiman
Hari-hari terus berlalu, dan kamipun mejalani aktifitas kami masing-masing, Kak Arfan bekerja mencari rezeki dengan pekerjaannya, dan aku dirumah berusaha semaksimal mungkin untuk memahami bahwa aku telah bersuami, dan memiliki kewajiban melayani suamiku, yah minimal menyediakan makanannya, meskipun kenangan-kenangan bersama boby belum hilang dari benakku, aku bahkan masih merinduinya. Semula kufikir bahwa prilaku Kak Arfan yang tidak pernah menyentuhku dan menunaikan kewajibannya sebagai suami itu hanya terjadi malam pernikahan kami, tapi ternyata yang terjadi hamper setiap malam sejak malam pengantin itu Kak Arfan selalu tidur beralaskan permadani dibawah ranjang atau tidur diatas sofa didalam kamar kami, dia tidak pernah menyentuhku walau hanya menjabat tanganku, jujur segala kebutuhanku selalu dipenuhinya, secara lahir dia selalu mafkahiku, bahkan nafkah lahir yang dia berikan lebih dari apa yang aku butuhan, tapi soal biologis, Kak Arfan tak pernah sama sekali mengungkit-ngukitnya atau menuntutnya dariku, bahkan yang tidak pernah kufahami, pernah secara tidak sengaja kami bertabrakan didepan pintu kamar dan Kak Arfan meminta maaf seolah merasa bersalah karena telah menyetuhku. Ada apa dengan Kak Arfan..?, apa dia lelaki Normal..?, kenapa dia begitu dingin padaku..?, apakah aku kurang dimatanya..?, atau..?, pendengar, jujur merasai semua itu membuat banyak Tanya berkecamuk dalam benakku, ada apa dengan suamiku..?, bukankah dia pria yang beragama dan tahu bahwa menafkahi istri itu secara lahir dan bathin adalah kewajibannya…?, ada apa dengannya, padahal setiap hari dia mengisi acara2 keagamaan dimesjid, begitu santun pada orang-orang dan begitu patuh kepada kedua orangtuanya, bahkan terhadap akupun hamper semua kewajibannya telah dia tunaikan dengan hikmah, tidak pernah sekalipun dia mengasari aku, berkata-kata keras padaku, bahkan Kak Arfan terlalu lembut bagiku, tapi satu yang belum dia tunaikan yaitu nafkah bathinku, aku sendiri saat mendapat perlakuan darinya setiap hari yang begitu lembutnya  mulai menumbuhkan rasa cintaku padanya dan membuatku perlahan-lahan melupakn masa laluku bersama boby, aku bahkan mulai merindukannya tak kala dia sedang tidak dirumah, aku bahkan selalu berusaha menyenangkan hatinya dengan melakukan apa-apa yang dia anjurkannya lewat ceramah-ceramahnya pada wanita-wanita muslimah, yakni mulai memakai busana muslimah yang syar’i. memang 2 hari setelah pernikahan kami, Kak Arfan memberiku hadiah yang diisi dalam karton besar.., semula aku mengira bahwa hadiah itu adalah alat-alat rumah tangga, tapi setelah kubuka, ternyata isinya 5 potong jubah panjang berwarna gelap, 5 buah Jilbab panjang sampai selutut juga berwana gelap, 5 buah kaos kaki tebal panjang berwarnah hitam dan 5 pasang manset berwarna gelap pula, jujur saat membukanya aku sedikit tersinggung, sebab yang ada dalam bayanganku bahwa inilah konsekwensi menikah dengan seorang ustadz, aku mengira bahwa dia akan memaksa aku untuk menggunakannya, ternyata dugaanku salah sama sekali, sebab hadiah itu tidak pernah disentuhnya atau ditanyainya, dan kini aku mulai menggunakannya tanpa paksaan siapapun, kukenakan busana itu agar dia tahu bahwa aku mulai menganggapnya istimewa, bahkan kebiasaannya sebelum tidur dalam mengajipun sudah mulai aku ikuti, kadang ceramah-ceramahnya dimesjid sering aku ikuti dan aku praktekan dirumah, tapi satu yang belum bisa aku mengerti darinya, entah mengapa hingga 6 bulan pernikahan kami dia tidak pernah menyentuhku, setiap masuk kamar pasti sebelum tidur dia selalu mengawali dengan mengaji lalu tidur diatas hamparan permadani dibawah ranjang hingga terjaga lagi disepertiga malam dan melaksanakan sholat tahajud, hingga suatu saat Kak Arfan jatuh sakit, tubuhnya demam dan panasnya sangat tinggi, aku sendiri bingung bagaimana cara menanganinya, seba kak arfan sendiri tidak pernah menyentuhku, aku khawatir dia akan menolakku bila aku menawarkan jasa membantunya, Ya Allah..apa yang harus aku lakukan saat ini, aku ingin sekali meringankan sakitnya, tapi apa yang harus saya lakukan ya Allah..
Pendengar Nurani yang baik
Malam itu aku tidur dalam kegelisahan, aku tak bias tidur mendengar hembusan nafasnya yang seolah sesak, kudengar kak arfanpun sering mengigau kecil, mungkin karena suhu panasnya yang tinggi sehingga ia selalu mengigau, sementara malam begitu dingin diserta hujan yang sanagt deras dan angin yang bertiup kencang..kasihan kak arfan, pasti dia sangat kedinginan saat ini, perlahan aku bangun dari pembaringan dan menatapnya yang sedang tertidur pulas, kupasangkan selimutnya yang sudah menjulur kekakinya, ingin sekali aku merebahkan diriku disampingnya atau sekedar mengompresnya, tapi aku tak tahu bagaimana harus memulainya, hingga akhirnya aku tak kuasa menahan keinginan hatiku untuk mendekatkan tanganku dedahinya untuk meraba suhu panas tubuhnya, tapi baru beberapa detik tanganku menyentuh kulit dahinya, kak arfan terbangun dan langsung duduk agak menjauh dariku sambil berujar..”afwan dek, kau belum tidur..?, kenapa ada dibawah..?, nanti kau kedinginan ..?, ayo naik lagi keranjangmu dan tidur lagi.., nanti besok kau capek dan jatuh sakit..?” pinta kak arfan padaku, hatiku miris saat mendengar semua itu, dadaku sesak, mengapa kak arfan selalu dingin padaku , apakah dia menganggap aku orang lain, apa dihatinya tak ada cinta sama sekali untukku, tanpa kusadari air mataku menetes sambil menahan isak yang ingin sekali kulapkan dengan teriakan, hingga akhirnya gemuruh dihatiku tak bias kubendung juga..”Afwan kak, kenapa sikapmu selama ini padaku begitu dingin..?, kau bahkan tak pernah mau neyentuhku walaupun hanya sekedar menjabat tanganku..?, bukankah akuini istrimu…?, bukankah aku telah halal buatmu..?, lalu mengapa kau jadikan aku  sebagai patung perhiasan kamarmu..?, apa artinya diriku bagimu kak..?, apa artinya aku bagimu kak..?, kalau kau tidak mencintaiku lantas mengapa kau menikahi aku.?., mengapa kak..?, mengapa..?”ujarku disela isak tangis yang tak bias kutahan. Tak ada reaksi apapun dari kak arfan menanggapi galaunya hatiku dalam tangis yang tersedu itu, yang Nampak adalah dia memperbaiki posisi duduknya dan melirik jam yang menempel didinding kamar kami.., hingga akhirnya dia mendekatiku dan perlahan berujar padaku…”Dek…jangan kau pernah bertanya pada kk tentang perasaan ini padamu, karena sesungguhnya kakak begitu sangat mencintaimu, tetapi tanyakanlah semua itu pada dirimu sendiri, apa saat ini telah ada cinta dihatimu untuk kakak?, kakak tahu, dan kakak yakin pasti suatu saat kau akan bertanya mengapa sikap kk selama ini begitu dingin padamu.., sebelumnya kakak minta maaf bila semuanya baru kk kabarkan padamu malam ini, kau mau tanyakan apa maksud kakak sebenarnya dengan semua ini..?. ujar kak arfan dengan agak sedikit gugup, “Iya..tolong jelaskan pada saya kak, mengapa kak begitu tega melakukan ini pada saya..?, tolong jelaskan kak..?”ujarku menimpali tuturnya kak arfan “Hhhhhmmm…, Dek…kau tahu apa itu pelacur..?, dan apa pekerjaan seorang pelacur..?, afwan dek dalam pemahaman kakak, seorang pelacur itu adalah seorang wanita penghibur yang kerjanya melayani para lelaki hidung belang untuk mendapatkan materi  tanpa peduli apakah dihatinya ada cinta untuk lelaki itu atau tidak, bahkan seorang pelacur terkadang harus meneteskan air mata mana kala dia harus melayani nafsu lelaki yang tidak dicintainya bahkan dia sendiri tidak merasakan kesenangan dari apa yang sedang terjadi saat itu, dank k tidak ingin hal itu terjadi padamu dek,kau istriku dek,  betapa bejatnya kakak ketika kakak harus memaksamu melayani kakak dengan paksa saat malam pertama pernikahan kita sedangkan dihatimu tak ada cinta sama sekali buat kk, alangkah berdosanya kk bila pada saat melampiaskan birahi kk padamu malam itu sementara yang ada dalam benakmu bukanlah kk, tetapi ada lelaki lain. Kau tahu dek, sehari sebelum pernikahan kita digelar, kakak sempat datang kerumahmu untuk memenuhi undangan bapakmu, tapi begitu kakak berada didepan pintu pagar rumahmu, kaka melihat dengan mata kepala kakak sendiri kesedihanmu yang kau lammpiaskan pada kekasihmu boby, kau ungkapkan pada boby bahwa kau tidak mencintai kk, dan kau ungkapkan pada boby bahwa kau hanya akan mencintainya selamanya, saat itu kk merasa bahwa kk telah mermpas kebahagiaanmu dan kk yakin bahwa kau menerima pinangan kk itu karena terpaksa, kk juga mempelajari sikapmu saat dipelaminan, bahwa begitu sedihnya hatimu saat bersanding dipelaminan bersama kk, lantas haruskah kk egois dengan mengabaikan apa yang kau rasakan saat itu, sementara tanpa memperdulikan perasaanmu kk menunaikan kewajiban kk sebagai suamimu dimalam pertama semenatara kau sendiri akan mematung dengan deraian air mata karena terpaksa melayani kk?,Kau istriku dek, skalilagi kau istriku, kau  tahu..kk begtiu sangat mencintaimu dank k akan menunaikan semua itu manakala dihatimu telah ada cinta untuk kk, agar kau tidak merasa diperkosa hak-hakmu, agar kau bias menikmati apa yg kita lakukan bersama.., dan Alhamdulillah apabila hari ini kau telah mencintai kk, dan kk juga merasa bersyukur  bila kau telah melupakan mantan kekasihmu itu, beberapa hari ini kk perhatikan kau juga telah menggunakan busana muslimah yg syari, pinta kk padamu dek, luruskan niatmu, kalau kemarin kau mengenakan busana itu untuk menyenangkan hati kk semata maka sekarang luruskan niatmu, niatkan semua itu untuk ALLAH TA’ALAA selanjutnya untuk kk..,
Pendengar nurani yg budiman
 

100000074610748.2975.1322192095.png

 

Mendengar semua itu aku memeluk suamiku, aku merasa bahwah dia adalah lelaki terbaik yg pernahkujumpai selama hidupku, aku bahkan telah melupakan boby, aku merasa bahwa malam itu aku adalah wanita yg paling bahagia didunia, sebab meskipun dalam keadaan sakit, untuk pertama kalinya kak arfan mendatangiku sebagai seorang suami, hari2 kami lalui dengan bahagia, kak arfan begitu  sangat kharismatik, terkadang dia seperti seorang kk buatku, terkadang seperti orang tua, darinya aku banyak belajar banyak hal, perlahan aku mulai meluruskan niatku, dengan menggunakan busana yg syari semata2 karena Allah dan untuk  menyenangkan hati suamiku, sebulan setelah malam itu, dalam rahimku telah tumbuh benih2 cinta kami berdua, Alhamdulillah, aku sangat bahagia bersuamikan dia, darinya aku belajar banyak ttg agama, aku menjadi mutarobbinya, hari demi hari kami lalui dengan kebahagiaan, ternyata dia mencintaiku lebih dari apa yang aku bayangkan dan dulu aku hamper saja melakukan tindakan bodoh dengan menolak pinangan dia.
Pendengar nurani yg budiman
Aku fikir kebahagiaan itu akan berlangsung lama diantara kami, setelah lahir Abdurrahman, hasil cinta kami berdua, diakhir tahun 2008 kak arfan mengalami kecelakaan dan usianya tidak panjang, sebab ka arfan meninggal dunia sehari setelah kecelakaan tersebut, aku sangat kehilangannya, aku seperti kehilangan penopang hidupku, aku kehilangan keksaihku, aku kehilangan murobbiku, aku kehilangan suamiku
Pendengar nurani yg budiman
Tidak pernah terbayangkan olehku bahwa kebahagiaan bersamanya begitu singkat, yang tidak pernah aku lupakan diakhir kehidupannya kak arfan, dia masih sempat menasehatkan sesuatu padaku “DEK.., PERTEMUAN DAN PERPISAHAN ITU ADALAH FITRAHNYA KEHIDUPAN, KALAU TERNYATA KITA BERPISAH BESOK ATAU LUSA, KAKA K MINTA PADAMU DEK.., JAGA ABDURRAHMAN DENGAN BAIK, JADIKAN DIA SEBAGAI MUJAHID YG SENANTIASA MEMBELA  AGAMA, SENANTIASA MENJADI YG TERBAIK UNTUK UMMAT, DIDIK DIA DENGAN BAIK DEK, JANGAN SIA-SIAKAN DIA, SATU PERMINTAAN KK .., KALAU SUATU SAAT ADA SEORANG PRIA YG DATING MELAMARMU, MAKA PILIHLAH PRIA YG TIDAK HANYA MENCINTAIMU, TETAPI JUGA MAU MENERIMA KEHADIRAN ANAK KITA, DAN MAAFKAN KK DEK, BILA SELAMA BERSAMAMU, ADA YG KURANG YG TELAH KK PERBUAT UNTUKMU, SENANTIASALAH BERDOA.., KALAU KITA BERPISAH DIDUNIA INI..INSYA ALLAH KITA AKAN BERJUMPA KEMBALI DIAKHIRAT KELAK.., KALAU ALLAH MENTAKDIRKAN KK YANG PERGI LEBIH DAHULU MENINGGALKAN DIRIMU, INSYA ALLAH KAKAK AKAN SENANTIASA MENANTIMU..”
Pendengar nurani yg budiman
Demikianlah pesan terakhir kak arfan sebelum keesokan harinya kak arfan meninggalkan dunia ini, hatiku sangat sedih saat itu…, aku merasa sangat kehilangan tetapi aku berusaha mewujudkan harapan terakhirnya, mendidik dan menjaga Abdurrahman dengan baik…
Selamat jalan kak arfan..aku akan selalu mengenangmu dalam setiap doa-doaku, amiin
Wasalam
 
 

100000074610748.2975.1322192095.png

 

 

Asal Mula Danau Limboto

07 September 2012 21:01:43 Dibaca : 5733

 

 

Dahulu kala daratan Limboto belum seperti sekarang ini. Tempat ini masih merupakan lautan yang luas. Sejauh-jauh mata memandang yang terlihat hanyalah dua buah puncak gunung yang tinggi yakni puncak Gunung Boliohuto dan Gunung Tilongkabila. Untuk menunjukkan arah terutama ketika memasuki Gorontalo melalui pelabuhan, kedua gunung ini dipakai sebagai pedoman untuk mengetahui arah Barat dan Timur yaitu Boliohuto yang menunjukkan arah Barat dan Tilongkabila menunjukkan arah Timur.

 

100000074610748.2975.1322192095.png

 

Ketika pada suatu saat air laut surut menjelmalah tempat tersebut menjadi daratan dan beberapa selang kemudian terciptalah hutan dan semak belukar. Sedangkan di tempat yang rendah masih tetap terlihat adanya air laut yang menggenang. Demikian pula di beberapa tempat tertentu muncul mata air tawar yang juga sedikit demi sedikit membuat genangan-genangan air tawar. Hampir setiap tempat di daratan yang terbentuk itu terdapat mata air. Mata air yang jernih dan dingin adalah mata air di tengah-tengah daratan yang kurang dijamah orang karena terletak di tengah-tengah hutan yang lebat. Mata air inilah yang biasa didatangi oleh gadis kayangan untuk mandi bersibak atau main sembur-semburan air. Nama mata air ini adalah Tupalo.

 

Pada suatu hari turunlah seorang jejaka dari kayangan, sangat tampan dan perkasa, masih muda remaja. Nama sang jejaka ini adalah Jilumoto artinya (seseorang) yang menjelma datang ke dunia. Ketika menyaksikan adanya para bidadari yang mandi di Tupalo, ia berhasil menyembunyikan sayap salah seorang dari antara mereka. Ternyata sayap tersebut adalah milik bidadari yang tertua di antara mereka bernama Mbu’i Bungale. Ketika Mbu’i Bungale akhirnya ditinggalkan oleh saudara-saudaranya, berkenalanlah ia dengan Jilumoto yang pada akhirnya Mbu’i Bungale diajak untuk kawin dan jadilah ia isteri dari Jilumoto. Pasangan suami isteri ini akhirnya memutuskan untuk menjadi penghuni dunia dan kemudian mencari tanah yang dapat dihuni untuk bercocok tanam. Mereka menjumpai sebuah bukit yang kemudian diberi nama Huntu lo Ti’opo atau bukit kapas. Di bukit inilah mereka mendirikan rumah dan berkebun dengan bermacam-macam tanaman yang dapat dimakan.

Suatu ketika Mbu’i Bungale mendapat kiriman dari kayangan sesuatu yang disebut Bimelula yaitu mustika sebesar telur itik. Mbu’i Bungale mengambil Bimelula itu dan kemudian menyimpannya pada mata air (Tupalo) tempat biasa ia mandi dan ditutupnya dengan sebuah tolu (tudung). Pada suatu hari ada empat pelancong berasal dari bagian Timur tersesat ke tempat itu dan menemukan mata air tersebut. Begitu melihat air yang jernih dan dingin (sejuk) dengan serta merta mereka terjun ke dalamnya dan bersama di Tupalo itu. Selesai mandi nampak oleh mereka ada tudung terapung-apung di atas air. Mereka melihat-lihat jangan sampai ada orang mandi di tempat yang terpisah dengan mereka, atau ada orang yang lupa akan tudungnya. Setelah mengamati sekelilingnya, tidak ada manusia lain maka mereka mendekati dan bermaksud mengangkat tudung itu. Tiba-tiba terjadi badai dan angin topan yang sangat dasyat, dalam waktu yang bersamaan pula turunlah hujan dengan derasnya bagai dicurahkan dari langit. Dunia menjadi gelap, tak diketahui apa yang terjadi dan menimpa dunia ini, sejenak mereka mencari perlindungan pada tempat-tempat yang teduh dan jauh dari marabahaya.

100000074610748.2975.1322192095.png

 

Setelah badai reda hujan telah berhenti, mereka kembali ke mata air. Mereka melihat tudung itu masih terletak pada tempatnya semula. Dengan penuh keheranan mereka kembali mendekati tudung itu untuk mengangkatnya tetapi meludahi bagian atas tudung itu dengan sepah pinang. Setelah melakukan hal itu mereka tidak menjauh dari mata air, tetapi mengintip dan ingin tahu siapa pemilik tudung itu. Tak lama kemudian datanglah Mbu’i Bungale dengan suaminya bermaksud menjemput Bimelula (mustika) yang tertutup dengan tudung itu.

Ketika Mbu’i Bungale mendekati tudung, ia dihadang oleh empat pelancong yang tak dikenalnya itu. Mereka kemudian berkata, “Wahai, kalian berdua siapakah kalian sebenarnya, untuk maksud apa kalian mendatangi tempat ini?” Mbu’i Bungale kemudian menjawab, “Saya Mbu’i Bungale datang bersama suamiku Jilumoto untuk menjemput mustika dalam tudung itu”. Keempat orang itu dengan lantang menjawab, “Tidak seorangpun yang kami izinkan menjamah tempat ini apalagi mengambil barang-barang yang ada di sini. Tempat ini adalah milik kami”. Mbu’i Bungale balik bertanya, “Apa buktinya bahwa mata air dan tudung itu milik kalian?” empat orang itu berkata, “Lihatlah sepah pinang di atas tudung itu, itulah buktinya”. Mbu’i Bungale hanya tersenyum dan berkata, “Jika kalian benar menguasai mata air dan tudung itu, cobalah kalian besarkan mata air ini menjadi danau. Kuingatkan pada kalian bahwa dataran dan mata air ini diturunkan oleh Yang Maha Kuasa di dunia ini untuk ditujukan kepada orang-orang yang baik budi pekerti dan tingkah lakunya, baik hubungannya antara sesama manusia dan berkata benar. Bukan diberikan kepada orang-orang yang tamak dan rakus. Tanah ini berada dalam pemberkatan Yang Maha Kuasa, oleh karena itu jagalah jangan kalian cemarkan. Jika benar-benar kalian pemiliknya perbesarlah mata air ini. Jika benar kalian suruhan pemiliknya perluaslah mata air ini. Oleh karena kalian yang mengajak bertikai denganku maka kalianlah yang lebih dahulu memulai. Silahkan keluarkan ilmu-ilmu kalian, aku siap menantangmu!”.

Pertama kali yang memperagakan kesaktiannya adalah orang yang dianggap pemimpin dari mereka berempat. Sambil membentangkan tangannya dengan lantang ia berkata, “Wei mata air kami! Meluas dan membesarlah . . . ppssstttt!” demikian pemimpin memperagakan kesaktiannya. Tak ada yang terjadi, mata air tetap begitu saja tak memperlihatkan apa-apa, angin pun tak bergeser sedikitpun. Demikian satu per satu keempat orang asing itu memperagakan kemampuannya hingga orang keempat, mata air tetap tenang-tenang saja tidak bergerak. Hanya peluh mereka yang bercucuran membasahi tubuh seperti orang mandi saja layaknya.

Mbu’i Bungale kembali tersenyum dan berkata kepada mereka berempat, “Ayo keluarkan semua kemampuan kalian, buktikan mata air dan tudung itu milik kalian. Atau mungkin kalian telah menyerah kalah dan mengakui bahwa mata air ini bukan milik kalian”. Pemimpin mereka dengan nafas tersengal-sengal akibat kelelahan kemudian berkata, “Perlihatkan kepada kami jika engkau benar-benar sebagai pemilik mata air ini”. Mbu’i Bungale kemudian bersedekap, merapatkan kedua tangannya di atas dadanya memohon kepada Yang Maha Kuasa, kemudian ia mengarahkan tangannya ke arah mata air sambil berseru, “Woyi, air kehidupan, mata air sakti, mata air yang memiliki berkah, melebar dan meluaslah wahai mata air para bidadari, membesarlah … wuuuzzz !” Tak lama kemudian terdengarlah gemuruh air, tanah menggelegar, berlahan-lahan mata air itu melebar dan meluas. Mbu’i Bungale dalam sekejab telah berada di atas pohon, sementara keempat orang itu memandang pohon kapuk sekitar hutan dan terpana kagum menyaksikan keajaiban mata air itu.

Air semakin tinggi dan mulai mencapai tempat keempat orang yang berada di atas pohon kapuk itu, dengan berteriak-teriak mereka memohon ampun kepada Mbu’i Bungale. Mbu’i Bungale berkata, “Bagaimana, masihkah kalian mengaku sebagai pemilik mata air ini?” Dengan penuh permohonan mereka berkata, “Kami memohon ampun kepadamu Mbu’i Bungale, kami mengaku salah, engkaulah pemilik tempat ini beserta isinya!” Mbu’i Bungale turun dari pohon kayu dan datang membawa tudung serta mustika yang ada di dalamnya lalu meletakkan di atas tangannya, seperti telur itik putih mulus mustika itu. Dengan kekuasaan tuhan, menetaslah mustika itu dan keluarlah seorang gadis kecil yang sangat cantik seperti bulan bercahaya. Gadis itulah yang kenudian dikenal dengan nama Tolango Hula yang berasal dari Tilango lo Hulalo (cahaya bulan). Tilango Hula inilah yang kelak dikemudian hari menjadi raja Limboto.

 

100000074610748.2975.1322192095.png

 

Ketika Mbu’i Bungale dan suaminya bersiap kembali ke rumahnya sambil membawa sigadis kecil dan mengajak keempat orang itu, sejenak ia melayangkan pandangannya ke tengah danau yang baru saja diciptakannya. Tiba-tiba ia melihat lima benda terapung-apung yang bentuknya seperti buah. Diraihnya buah-buah itu dicubitnya dan kemudian diciumnya, baunya sangat harum. Setelah menciumnya ia merasakan bau itu seperti bau buah jeruk (limau/lemon) yang ada di negeri kayangan. Ia kemudian memandang sekeliling danau itu kalau-kalau ada pohon jeruk tumbuh di sekitarnya. Ia memanggil suaminya Jilumoto untuk memastikan, “Kanda, perhatikan bukankah buah ini seperti jeruk kayangan, aku merasa yakin akan hal itu dari bau dan bentuk buahnya!” Suaminya mendekatinya, ikut memegang dan mengamati buah itu dan kemudian mengiakan apa yang dikatakan isterinya. Mbu’i Bungale kemudian berkata, “Heran aku, bukankah tidak ada pohon jeruk yang tumbuh di sekitar tempat ini, mengapa buah jeruk ini bisa muncul di danau ini, mungkin ini suatu anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa. Kejadian ini perlu diabadikan sebagai nama danau ini. Danau ini sesuai dengan kejadian yang kita saksikan barusan pantas untuk diberi nama Bulalo lo limu o tutu (danau dari jeruk yang berasal dari kayangan)”. Lama kelamaan akhirnya danau ciptaan Mbu’i Bungale ini lebih dikenal sebagai “Bulalo lo Limutu”.

Apakah anda pernah mendengar Aplikasi Mini Commander.jar...??
Kira kira sudah tahu tidak apa kegunaan dari Aplikasi ini...??

Jika belum, maka sekarang saya akan memberikan beberapa kegunaan dari Aplikasi ini...
Diantaranya:
1. Membuat file kedalam bentuk format .Zip (Misalnya agar lebih mudah mengupload beberapa file yang lebih dari satu, maka kita harus membuatnya kedalam .Zip)
2. Mengekstrack file file yang berada pada .Zip kedalam sebuah folder
3. Mengedit teks dalam beberapa bentuk format seperti .txt, .dat, dll.

Arifin Oputu | Buat Lencana Anda
100000074610748.2975.1322192095.png

 

Nahh..
Dalam pembahasan kali ini, saya akan membahas bagaimana cara mengedit tema dengan Aplikasi Mini Commander.jar. Yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa tema yang akan diedit kali ini adalah tema Nokia Berbasis java atau yang berformat .nth, karena berhubung Handphone saia juga adalah Nokia C3-00 yang berbasis java, jadi keseringan menggunakan file file yang berbasis Java.

Langsung saja bagaimana cara mengedit tema buat hp java.
Langkah langkahnya:

1. Karena kita akan mengedit Tema, bukan membuat maka berarti kita harus mendownload dulu tema yang akan kita edit nanti, jika sudah ada temanya, maka tidak perlu untuk mendownloadnya (tema yang akan diedit tidak termasuk tema bawaan Hp).
***sebelum diedit, tema jangan dulu diterapkan. Jika takut salah maka gandakan dulu temanya.
Selanjutnya gambar gambar yang akan kita gunakan juga perlu disiapkan, seperti gambar (Walpaper, scrensaver, latar menu, latar kalender, ikon ikon menu, dll). Apabila ingin mengubah nada temanya, Ringtonenya bisa disertakan. Simpan gambarnya dalam sebuah folder.

2. Jangan lupa Download juga aplikasinya (Mini Commander.jar)

3. Setelah didownload, buka aplikasinya. (*ketika anda membuka Aplikasinya, maka anda akan menerima pemberitahuan yang lebih dari satu, karena biasanya aplikasi ini membaca folder dan filenya secara satu persatu. Tidak usah takut dengan apa yang terjadi dengan handphone nanti, pilih saja "Ya")

4. Halaman awal yang akan terbuka akan terbagi dua bagian, yaitu kiri dan kanan. Yang akan tampil adalah menu galery yang terdiri dari "C = Memori telpon, dan E = Kartu Memori". Untuk memindahkan kursor ke layar kiri atau kanan tekan pilihan/opsi (sebelah kiri atas pada hp anda)
***untuk layar sebelah kanan Pilih dimana folder tema anda tersimpan, kemudian buka tema tersebut.
***untuk layar sebelah kiri pilih folder gambar tersimpan, dan buka foldernya.
Secara otomatis, layar sebelah kanan tampil file file dalam tema dan yang sebelah kiri file file yanng akan dimasukan kedalam tema.

5. Langkah selanjutnya yang akan anda lakukan yaitu mengganti gambar gambar yang ada pada tema dengan gambar yang anda inginkan. Sebelum menggantinya arahkan kursor pada gambar yang mau diganti, selanjutnya anda perlu mencatat nama gambar itu misalnya Walpaper.jpg (apabila hpnya bisa mengcopy maka gunakan saja  fasilitas copy di hp anda), gunakan tombol "6" selama 3 detik untuk mengeditnya. Setelah namanya disalin, hapuslah gambar lama tersebut, dengan cara menekan tombol "8". Kemudian tekan pilihan/opsi untuk mengarahkan kursor pada layar sebelah kiri. Pilih gambar yang menjadi pengganti gambar yang telah anda hapus tadi, arahkan kursornya tepat pada gambar itu, kemudian tekan "6" untuk mengubah nama gambar itu, ganti nama gambar itu sesuai dengan nama gambar yang telah anda hapus tadi. Setelah selesai klik "OK".

6. Setelah namanya diubah, maka salinlah gambar baru tersebut ke tema, dengan cara menekan tombol "5". Secara otomatis gambarnya akan tersalin pada layar sebelah kanan.

7. Apabila anda ingin mengganti gambar yang lain, maka gunakan cara cara yang di atas tadi.
*** INGAT....!!! Nama gambar baru harus sama dengan nama gambar lama pada tema, jika tidak sesuai maka tema anda bisa jadi akan rusak. Jangan merubah/menghapus file selain gambar, jika ingin mengganti nada pada tema, langkahnya sama seperti halnya mengganti gambar.

Setelah semua penggantian telah selesai, maka akhiri semua prosesnya dengan menutup aplikasi (Exit).
8. Langkah terakhir yaitu ubalah nama tema anda tadi dengan nama yang baru secara manual.

Selesai...!!
Silahkan terapkan tema editan anda sendiri...
Jika tema tidak bisa diterapkan, berarti ada kesalahan pada proses penggantian gambar.

Selesai....!!!

 

Arifin Oputu | Buat Lencana Anda
100000074610748.2975.1322192095.png

 



*cat: pada awalnya memang sulit untuk menggunakan aplikasi ini, tetapi apabila anda sudah mahir, maka semuanya akan menjadi mudah...

Semoga artikel "Membuat atau mengedit tema nokia (java) .nth Melalui Handphone (Hp)" ini dapat bermanfaat bagi anda...
Amin....

Bagi yang ingin Copy Paste artikel ini, silakah di Copy saja, tak harus anda mengikut sertakan nama blog kami...
Dalam berbagi Ilmu kita harus Ikhlas, jadi tidak perlu pengatasnamaan Blog atau sebagainya...
Semua orang pasti ingin yang beda.....!!!!
Go Open source.....smile