KATEGORI : Suara Hati (Nyata)

Astagfirullah.., Surat Cinta Untuk Ikhwah....

24 September 2012 11:14:43 Dibaca : 257

 

 

 

 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh …..
Ikhwati fillah…. dalam sebuah jejaring ana dapatin ni note. Insyaallah bermanfaat jika ada yg mau baca… silahkan di baca n direnungkan… sebab hanya org yg mau merenung n berfikirlah yang akan mendpatkan pelajaran…
Malam telah larut terbentang. Sunyi. Dan aku masih berfikir tentang dirimu, akhi. Jangan salah sangka ataupun menaruh prasangka. Semua semata-mata hanya untuk muhasabah terutama bagi diriku, makhluk yang Rasulullah SAW sinyalirkan sebagai pembawa fitnah terbesar.—Suratmu sudah kubaca dan disimpan. Surat yang membuatku gementar. Tentunya kau sudah tahu apa yang membuatku nyaris tidak boleh tidur kebelakangan ini.

“Ukhti, saya sering memperhatikan anti. Kalau sekiranya tidak dianggap lancang, saya berniat berta’aruf dengan anti.” Jujur kukatakan bahwa itu bukan perkataan pertama yang dilontarkan ikhwan kepadaku. Kau orang yang kesekian. Tetap saja yang ‘kesekian’ itu yang membuatku diamuk perasaan tidak menentu. Astaghfirullahaladzim. Bukan, bukan perasaan melambung kerana merasakan diriku begitu mendapat perhatian. Tetapi kerana sikapmu itu mencampak ke arah jurang kepedihan dan kehinaan. ‘Afwan kalau yang terfikir pertama kali di benak bukannya sikap memeriksa, tapi malah sebuah tuduhan: ke mana ghaddhul bashar-mu?
Akhifillah, Alhamdulillah Allah mengaruniakan dzahir yang jaamilah. Dulu, di masa jahiliyah, karunia itu sentiasa membawa fitnah. Setelah hijrah, kufikir semua hal itu tidak akan berulang lagi. Dugaanku ternyata salah. Mengapa fitnah ini justeru menimpa orang-orang yang ku hormati sebagai pengemban risalah da’wah ? Siapakah di antara kita yang salah? *********** “Adakah saya kurang menjaga hijab, ukh?” tanyaku kepada Aida, teman sebilikku yang sedang mengamati diriku. Lama. Kemudian, dia menggeleng. “Atau baju saya? Sikap saya?”—“Tidak, tidak,” sergahnya menenangkanku yang mulai berurai air mata. “Memang ada perubahan sikap di kampus ini.” “Termasuk diri saya?” “Jangan menyalahkan diri sendiri meskipun itu bagus, senantiasa merasa kurang iman. Tapi tidak dalam hal ini. Saya cukup lama mengenali anti dan di antara kita telah terjalin komitmen untuk saling memberi tausiyah jika ada yang lemah iman atau salah. Ingat?” Aku mengangguk. Aida menghela nafas panjang. “Saya rasa ikhwan itu perlu diberi tausiyah. Hal ini bukan perkara baru kan ? Maksud saya dalam meng-cam akhwat di kampus.” Sepi mengembang di antara kami. Sibuk dengan fikiran masing-masing… . “Apa yang diungkapkan dalam surat itu?” “Ia ingin berta’aruf. Katanya dia sering melihat saya memakai jilbab putih. Anti tahu bila dia bertekad untuk menulis surat ini? Ketika saya sedang menjemur pakaian di depan rumah ! Masya Allah…. dia melihat sedetail itu.” “Ya.. di samping itu tempoh masa anti keluar juga tinggi.” “Ukhti…,” sanggahku, “Anti percaya kan kalau saya keluar rumah pasti untuk tujuan syar’ie?” “InsyaAllah saya percaya. Tapi bagi anggapan orang luar, itu masalah yang lain.”
Aku hanya mampu terdiam. Masalah ini senantiasa hadir tanpa ada suatu penyelesaian. Jauh dalam hati selalu tercetus keinginan, keinginan yang hadir semenjak aku hijrah bahwa jika suatu saat ada orang yang memintaku untuk mendampingi hidupnya, maka hal itu hanya dia lakukan untuk mencari keridhaan Rabb-nya dan dien-ku sebagai tolok ukur, bukan wajahku. Kini aku mulai risau mungkinkah harapanku akan tercapai? ************ Akhifillah, Maaf kalau saya menimbulkan fitnah dalam hidupmu. Namun semua bukan keinginanku untuk beroleh wajah seperti ini. Seharusnya di antara kita ada tabir yang akan membersihkan hati dari penyakitnya. Telah ku coba dengan segenap kemampuan untuk menghindarkan mata dari bahaya maksiat. Alhamdulillah hingga kini belum hadir sosok putera impian yang hadir dalam angan-angan. Semua ku serahkan kepada Allah ta’ala semata.
Akhi, Tentunya antum pernah mendengar hadits yang tersohor ini. Bahwa wanita dinikahi kerana empat perkara: kecantikannya, hartanya, keturunannya, atau diennya. Maka pilihlah yang terakhir kerana ia akan membawa lelaki kepada kebahagiaan yang hakiki.
Kalaulah ada yang mendapat keempat-empatnya, ibarat ia mendapat syurga dunia. Sekarang, apakah yang antum inginkan? Wanita shalihah pembawa kedamaian atau yang cantik tapi membawa kesialan? Maaf kalau di sini saya terpaksa berburuk sangka bahwa antum menilai saya cuma sekadar fisik belaka. Bila masanya antum tahu bahwa dien saya memenuhi kriteria yang bagus? Apakah dengan melihat frekuensi kesibukan saya? Frekuensi di luar rumah yang tinggi?
Tidak. Antum tidak akan pernah tahu bila masanya saya berbuat ikhlas lillahi ta’ala dan bila masanya saya berbuat kerana riya’. Atau adakah antum ingin mendapatkan isteri wanita cantik yang memiliki segudang prestasi tetapi akhlaknya masih menjadi persoalan? Saya yakin sekiranya antum diberikan pertanyaan demikian, niscaya tekad antum akan berubah.
Akhifillah, Tanyakan pada setiap akhwat kalau antum mampu. Yang tercantik sekalipun, maukah ia diperisterikan seseorang kerana dzahirnya belaka? Jawabannya, insya Allah tidak. Tahukah antum bahwa kecantikan zahir itu adalah mutlak pemberian Allah; Insya Allah antum tahu. Ia satu anugerah yang mutlak yang tidak boleh ditawar-tawar jika diberikan kepada seseorang atau dihindarkan dari seseorang. Jadi, manusia tidak mendapatkannya melalui pengorbanan. Lain halnya dengan kecantikan bathiniyyah. Ia melewati proses yang panjang. Berliku. Melalui pengorbanan dan segala macam pengalaman pahit. Ia adalah intisari dari manisnya kata, sikap, tindak tanduk dan perbuatan. Apabila seorang lelaki menikah wanita kerana kecantikan batinnya, maka ia telah amat sangat menghargai perjuangan seorang manusia dalam mencapai kemuliaan jati dirinya. Faham?
Akhifillah, Tubuh ini hanya pinjaman yang terpulang pada-Nya bila-bila masa mengambilnya. Tapi ruh, kecantikannya menjadi milik kita yang abadi. Kerananya, manusia diperintahkan untuk merawat ruhiyahnya bukan hanya jasmaninya yang boleh usang dan koyak sampai waktunya.
Akhifillah, Kalau antum ingin mencari akhwat yang cantik, antum juga seharusnya menilai pihak yang lain. Mungkin antum tidak memerhatikannya dengan teliti. (Alhamdulillah, tercapai maksudnya untuk keluar rumah tanpa menimbulkan perhatian orang). Pakaiannya sederhana, ia hanya memiliki beberapa helai. Dalam waktu seminggu antum akan menjumpainya dalam jubah-jubah yang tidak banyak koleksinya. Tempoh masanya untuk keluar rumah tidak lama. Ia lebih suka memasak dan mengurus rumah demi membantu kepentingan saudari-saudarinya yang sibuk da’wah di luar. Ia nyaris tidak mempunyai keistimewaan apa-apa kecuali kalau antum sudah melihat shalatnya. Ia begitu khusyu’. Malam-malamnya dihiasi tahajjud dengan uraian air mata. Dibaca Qur’an dengan terisak. Ia begitu tawadhu’ dan zuhud. Ah, saya iri akan kedekatan dirinya dengan Allah. Benar, ia mengenal Rabbnya lebih dari saya. Dalam ketenangannya, ia tampak begitu cantik di mata saya. Beruntung ikhwan yang kelak memperisterikannya… (saya tidak perlu menyebut namanya.) ********** Malam semakin beranjak. Kantuk yang menghantar ke alam tidur tidak menyerang saat surat panjang ini belum usai. Tapi, sudah menjadi kebiasaanku tidak boleh tidur tenang bila saudaraku tercinta tidak hadir menemani. Aku tergugat apabila merasakan bantal dan guling di samping kanan telah kehilangan pemilik. Rasa penat yang belum ternetral menyebabkan tubuhku terhempas di sofa.
Aida sedang diam dalam kekhusyu’kan. Wajahnya begitu syahdu, tertutup oleh deraian air mata. Entah apa yang terlintas dalam qalbunya. Sudah pasti ia merasakan aku tidak heran saat menyaksikannya. Tegak dalam rakaatnya atau lama dalam sujudnya. “Ukhti, tidak solat malam? “ tanyanya lembut seusai melirik mata. “Ya, sekejap,” kupandang wajahnya. Ia menatap jauh keluar jendela ruang tamu yang dibiarkan terbuka. “Dzikrul maut lagi?” “Khusnudzan anti terlalu tinggi.”
Aku tersenyum. Sikap tawadhu’mu, Aida, menyebabkan bertambah rasa rendah diriku. Angin malam berhembus dingin. Aku belum mau beranjak dari tempat duduk. Aida pun nampaknya tidak meneruskan shalat. Ia kelihatan seperti termenung menekuri kegelapan malam yang kelam.
“Saya malu kepada Allah,” ujarnya lirih. “Saya malu meminta sesuatu yang sebenarnya tidak patut tapi rasanya keinginan itu begitu mendesak dada. Siapa lagi tempat kita meminta kalau bukan diri-Nya?” “Apa keinginan anti, Aida?” Aida menghela nafas panjang. “Saya membaca buku Syeikh Abdullah Azzam pagi tadi,” lanjutnya seolah tidak menghiraukan. “Entahlah, tapi setiap kali membaca hasil karyanya, selalu hadir simpati tersendiri. Hal yang sama saya rasakan tiap kali mendengar nama Hasan al-Banna, Sayyid Quthb atau mujahid lain saat nama mereka disebut. Ah, wanita macam mana yang dipilihkan Allah untuk mereka? Tiap kali nama Imaad Aql disebut, saya bertanya dalam hati: Wanita macam mana yang telah Allah pilih untuk melahirkannya?” Aku tertunduk dalam-dalam.
“Anti tahu,” sambungnya lagi, “Saya ingin sekiranya boleh mendampingi orang-orang sekaliber mereka. Seorang yang hidupnya semata-mata untuk Allah. Mereka tak tergoda rayuan harta dan benda apalagi wanita. Saya ingin sekiranya boleh menjadi seorang ibu bagi mujahid-mujahid semacam Immad Aql…” Air mataku menitis perlahan. Itu adalah impianku juga, impian yang kini mulai kuragui kenyataannya. Aida tak tahu berapa jumlah ikhwan yang telah menaruh hati padaku. Dan rasanya hal itu tak berguna diketahui. Dulu, ada sebongkah harapan kalau kelak lelaki yang mendampingiku adalah seorang mujahid yang hidupnya ikhlas kerana Allah. Aku tak menyalahkan mereka yang menginginkan isteri yang cantik. Tidak. Hanya setiap kali bercermin, ku tatap wajah di sana dengan perasaan duka. Serendah inikah nilaiku di mata mereka? Tidakkah mereka ingin menilaiku dari sudut kebagusan dien-ku? “Ukhti, masih tersisakah ikhwah seperti yang kita impikan bersama?” desisku. Aida meramas tanganku. “Saya tidak tahu. Meskipun saya sentiasa berharap demikian. Bukankah wanita baik untuk lelaki baik dan yang buruk untuk yang buruk juga?” “Anti tak tahu,” air mata mengalir tiba-tiba. “Anti tak tahu apa-apa tentang mereka.” “Mereka?” “Ya, mereka,” ujarku dengan kemarahan terpendam. “Orang-orang yang saya kagumi selama ini banyak yang jatuh berguguran. Mereka menyatakan ingin ta’aruf. Anti tak tahu betapa hancur hati saya menyaksikan ikhwan yang qowiy seperti mereka takluk di bawah fitnah wanita.” “Ukhti!” “Sungguh, saya terfikir bahwa mereka yang aktif da’wah di kampus adalah mereka yang benar-benar mencintai Allah dan Rasulnya semata. Ternyata mereka mempunyai sekelumit niat lain.” “Ukhti, jangan su’udzan dulu. Setiap manusia punya kelemahan dan saat-saat penurunan iman. Begitu juga mereka yang menyatakan perasaan kepada anti. Siapa yang tidak ingin punya isteri cantik dan shalihah?” “Tapi, kita tahukan bagaimana prosedurnya?” “Ya, memang…” “Saya merasa tidak dihargai. Saya berasa seolah-olah dilecehkan. Kalau ada pelecehan seksual, maka itu wajar kerana wanita tidak menjaga diri. Tapi saya…. Samakah saya seperti mereka?” “Anti berprasangka terlalu jauh.” “Tidak,” aku menggelengkan kepala. “Tiap kali saya keluar rumah, ada sepasang mata yang mengawasi dan siap menilai saya mulai dari ujung rambut -maksud saya ujung jilbab- hingga ujung sepatu. Apakah dia fikir saya boleh dinilai melalui nilaian fisik belaka..” “Kita berharap agar ia bukan jenis ikhwan seperti yang kita maksudkan.” “Ia orang yang aktif berda’wah di kampus ini, ukh.” Aida memejamkan mata. Bisa kulihat ujung matanya basah. Kurebahkan kepala ke bahunya. Ada suara lirih yang terucap, “Kasihan risalah Islam. Ia diemban oleh orang-orang seperti kita. Sedang kita tahu betapa berat perjuangan pendahulu kita dalam menegakkannya. Kita disibukkan oleh hal-hal sampingan yang sebenarnya telah diatur Allah dalam kitab-Nya. Kita tidak menyibukkan diri dalam mencari hidayah. Kasihan bocah-bocah Palestin itu. Kasihan saudara-saudara kita di Bosnia . Adakah kita boleh menolong mereka kalau kualitas diri masih seperti ini? Bahkan cinta yang seharusnya milik Allah masih berpecah-pecah. Maka, kekuatan apa yang masih ada pada diri kita?”
Kami saling bertatapan kemudian. Melangkau seribu makna yang tidak mampu dikatakan oleh kosa kata. Ada janji. Ada mimpi. Aku mempunyai impian yang sama seperti Aida: mendukung Islam di jalan kami. Aku ingin mempunyai anak-anak seperti Asma punyai. Anak-anak seperti Immad Aql. Aku tahu kualiti diri masih sangat jauh dari sempurna. Tapi seperti kata Aida; Meskipun aku lebih malu lagi untuk meminta ini kepada-Nya. Aku ingin menjadi pendamping seorang mujahid ulung seperti Izzuddin al-Qassam.
Akhifillah, Mungkin antum tertawa membaca surat ini. Ah akhwat, berapa nilaimu sehingga mengimpikan mendapat mujahid seperti mereka? Boleh jadi tuntutanku terlalu besar. Tapi tidakkah antum ingin mendapat jodoh yang setimpal? Afwan kalau surat antum tidak saya layani. Saya tidak ingin masalah hati ini berlarutan. Satu saja yang saya minta agar kita saling menjaga sebagai saudara. Menjaga saudaranya agar tetap di jalan yang diridhai-Nya. Tahukah antum bahwa tindakan antum telah menyebabkan saya tidak lagi berada di jalan-Nya? Ada riya’, ada su’udzhan, ada takabur, ada kemarahan, ada kebencian, itukah jalan yang antum bukakan untuk saya, jalan neraka? –‘Afwan.
Akhifillah, Surat ini seolah menempatkan antum sebagai tertuduh. Saya sama sekali tidak bermaksud demikian. Kalau antum mahu cara seperti itu, silakan. Afwan, tapi bukan saya orangnya. Jangan antum kira kecantikan lahir telah menjadikan saya merasa memiliki segalanya. Jesteru, kini saya merasa iri pada saudari saya. Ia begitu sederhana. Tapi akhlaknya bak lantera yang menerangi langkah-langkahnya. Ia jauh dari fitnah. Sementara itu, apa yang saya punyai sangat jauh nilainya. Saya bimbang apabila suatu saat ia berhasil mendapatkan Abdullah Azzam impiannya, sedangkan saya tidak.
Akhifillah, ‘Afwan kalau saya menimbulkan fitnah bagi antum. Insya Allah saya akan lebih memperbaiki diri. Mungkin semua ini sebagai peringatan Allah bahwa masih banyak amalan saya yang riya’ maupun tidak ikhlas. Wallahua’lam. Simpan saja cinta antum untuk isteri yang telah dipilihkan Allah. Penuhilah impian ratusan akhwat, ribuan ummat yang mendambakan Abdullah Azzam dan Izzuddin al-Qassam yang lain. Penuhilah harapan Islam yang ingin generasi tangguh seperti Imaad Aql. Insya Allah antum akan mendapat pasangan yang bakal membawa hingga ke pintu jannah.
Akhifillah, Malam bertambah-dan bertambah larut. Mari kita shalat malam dan memandikan wajah serta mata kita dengan air mata. Mari kita sucikan hati dengan taubat nasuha. Pesan saya, siapkan diri antum menjadi mujahid. Insya Allah, akan ada ratusan Asma dan Aisyah yang akan menyambut uluran tangan antum untuk berjihad bersama-sama. Salam dari ukhtukum fillah.

"Ikhwan Jangan Cengeng.."

24 September 2012 11:11:29 Dibaca : 173

 

 

 

 

Jadi Ikhwan jangan cengeng..Dikasih amanah pura-pura batuk..Nyebutin satu persatu kerjaan biar dikira sibuk..Afwan ane sakit..Afwan PR ane numpuk..Afwan ane banyak kerjaan, kalo nggak selesai bisa dituntut..Afwan ane ngurus anu ngurus itu jadinya suntuk.. Terus dakwah gimana? digebuk?

Jadi Ikhwan jangan cengeng..Dikit-dikit dengerin lagunya edcoustic..udah gitu yang nantikanku di batas waktu, bikin nyelekit..Ke-GR-an tuh kalo ente melilit..Kesehariannya malah jadi genit..Jauh dari kaca jadi hal yang sulit..Hati-hati kalo ditolak, bisa sakiiiittt.. Jadi Ikhwan jangan cengeng..Dikit-dikit SMSan sama akhwat pake Paketan SMS biar murah..Rencana awal cuma kirim Tausyiah..Lama-lama nanya kabar ruhiyah..sampe kabar orang rumah..Terselip mikir rencana walimah?Tapi nggak berani karena terlalu wah!Akhirnya hubungan tanpa status aja dah!

Jadi Ikhwan jangan cengeng..Abis nonton film palestina semangat membara..Eh pas disuruh jadi mentor pergi entah kemana..Semangat jadi penontonnya luar biasa..Tapi nggak siap jadi pemainnya..yang diartikan sama dengan hidup sengsara..Enak ya bisa milih-milih yang enaknya aja..

Jadi Ikhwan jangan cengeng..Ngumpet-ngumpet buat pacaran..Ketemuan di mol yang banyak taman..Emang sih nggak pegangan tangan..Cuma lirik-lirikkan dan makan bakso berduaan..Oh romantisnya, dunia pun heran..Kalo ketemu Murabbi atau binaan..Mau taruh di mana tuh muka yang jerawatan?Oh malunya sama Murabbi atau binaan?Sama Allah? Nggak kepikiran..Yang penting nyes nyes romantis semriwing asoy-asoy-yaannn. .

Jadi Ikhwan jangan cengeng..Disuruh infaq cengar-cengir. .Buat beli tabloid bola nggak pake mikir..Dibilang kikir marah-marah dah tuh bibir..Suruh tenang dan berdzikir..Malah tangan yang ketar-ketir. .Leher saudaranya mau dipelintir!

Jadi Ikhwan jangan cengeng..Semangat dakwah ternyata bukan untuk amanah..Malah nyari Aminah..Aminah dapet, terus Walimah..Dakwah pun hilang di hutan antah berantah..Dakwah yang dulu kemanakah?Dakwah kawin lari.. lari sama Aminah..Duh duh… Amanah Aminah..Dakwah.. dakwah..Kalah sama Aminah..

Jadi Ikhwan jangan cengeng..Buka facebook liatin foto akhwat..Dicari yang mengkilat..Kalo udah dapet ya tinggal sikat..Jurus maut Ikhwan padahal gak jago silat..“Assalammu’alaykum Ukhti, salam ukhuwah.. udah kuliah? Suka coklat?”Disambut baik sama ukhti, mulai berpikir untuk traktir Es Krim Coklat ..Akhwatnya terpikat..Mau juga ditraktir secara cepat..Asik, akhirnya bisa jg ikhtilat…yaudah.. langsung TEMBAK CEPAT!Akhwatnya mau-mau tapi malu bikin penat..badan goyang-goyang kayak ulat..Ikhwannya nyamperin dengan kata-kata yang memikat..Kasusnya sih kebanyakan yang ‘gulat’..Zina pun menjadi hal yang nikmat..Udah pasti dapet laknat..Duh.. maksiat.. maksiat..

Jadi Ikhwan jangan cengeng..Ilmu nggak seberapa hebat..Udah mengatai Ustadz..Nyadar diri woi lu tuh lulusan pesantren kilat..Baca qur’an tajwid masih perlu banyak ralat..Lho kok udah berani nuduh ustadz..Semoga tuh otaknya dikasih sehat..

Jadi Ikhwan jangan cengeng..Status facebook tiap menit ganti..Isinya tentang isi hati..Buka-bukaan ngincer si wati..Nunjukkin diri kalau lagi patah hati..Minta komen buat dikuatin biar gak mati bunuh diri..Duh duh.. status kok bikin ruhiyah mati..Dikemanakan materi yang ustadz sampaikan tadi?

Jadi Ikhwan jangan cengeng..Ngeliat ikhwan-ikhwan yang lain deket banget sama akhwat mau ikutan..Hidup jadi kayak sendirian di tengah hutan rambutan..Mau ikutan tapi udah tau kayak gitu nggak boleh.. tau dari pengajian..Kepala cenat-cenut kebingungan. .Oh kasihan.. Mendingan cacingan..

Jadi Ikhwan jangan cengeng..Ngeliat pendakwah akhlaknya kayak preman..Makin bingung nyari teladan..Teladannya bukan lagi idaman..Hidup jadi abu-abu kayak mendungnya awan..Mau jadi putih nggak kuat nahan..Ah biarlah kutumpahkan semua dengan cacian makian..Akhirnya aku ikut-ikutan jadi preman..Teladan pun sekarang ini susah ditemukan..

Jadi Ikhwan jangan cengeng..Diajakain dauroh alasannya segudang..Semangat cuma pas diajak ke warung padang..Atau maen game bola sampe begadang..Mata tidur pas ada lantunan tilawah yang mengundang..Tapi mata kebuka lebar waktu nyicipin lauk rendang..Duh.. berdendang..

Jadi Ikhwan jangan cengeng..Bangga disebut ikhwan.. hati jadi wah..Tapi jarang banget yang namanya tilawah..Yang ada sering baca komik naruto di depan sawah..Hidup sekarang jadinya agak mewah..Hidup mewah emang sah..Tapi.. kesederhanaan yang dulu berakhir sudah?

Jadi Ikhwan jangan cengeng..Dulunya di dakwah banyak amanah..Sekarang katanya berhenti sejenak untuk menyiapkan langkah..Tapi entah kenapa berdiamnya jadi hilang arah..Akhirnya timbul perasaan sudah pernah berdakwah..Merasa lebih senior dan lebih mengerti tentang dakwah..Anak baru dipandang dengan mata sebelah..Akhirnya diam dalam singgasana kenangan dakwah..Dari situ bilang.. Dadaaahhh.. Saya dulu lebih berat dalam dakwah..Lanjutin perjuangan saya yah..

Jadi Ikhwan jangan cengeng..Nggak punya duit jadinya nggak dateng Liqo..Nggak ada motor yaa halaqoh boro-boro..Murabbi ikhlas dibikin melongo..Binaan nggak ada satupun yang ngasih info..Ngeliat binaan malah pada nonton tv liat presenter homo..Adapula yang tidur sambil meluk bantal guling bentuk si komo..Oh noo...

Jadi Ikhwan jangan cengeng…Jadi Ikhwan jangan cengeng…Jadi Ikhwan jangan cengeng…Jadi Ikhwan jangan cengeng…Jadi Ikhwan jangan cengeng…

Akhi…Banyak sekali sebenarnya masalah Ikhwan..Dimanapun harokahnya…

Akhi..Di saat engkau tak mengambil bagian dari dakwah ini.. Maka akan makin banyak Ikhwan lain yang selalu menangis di saat mereka mengendarai motor.. Ia berani menangis karena wajahnya tertutup helm…Ia menangis karena tak kuat menahan beban amanah dakwah..

Akhi..Di saat engkau kecewa oleh orang yang dulunya engkau percaya..Ikhwan-ikhwan lain sebenarnya lebih kecewa darimu..Mereka menahan dua kekecewaan..Kecewa karena orang yang mereka percaya..dan kecewa karena tidak diperhatikan lagi olehmu..tapi mereka tetap bertahan..menahan dua kekecewaan…karena mereka sadar..kekecewaan adalah hal yang manusiawi..tapi dakwah harus selalu terukir dalam hati..

Akhi..disaat engkau menjauh dari amanah..dengan berbagai alasan.. sebenarnya, banyak ikhwan di luar sana yang alasannya lebih kuat dan masuk akal berkali-kali lipat darimu.. tapi mereka sadar akan tujuan hidup..mereka memang punya alasan..tapi mereka tidak beralasan dalam jalan dakwah..untuk Allah.. demi Allah..mereka.. di saat lelah yang sangat..masih menyempatkan diri untuk bangun dari tidurnya untuk tahajjud..bukan untuk meminta sesuatu..tapi mereka menangis.. curhat ke Allah..berharap Allah meringankan amanah mereka..mengisi perut mereka yang sering kosong karena uang habis untuk membiayai dakwah…

Akhi..Sungguh..dakwah ini jalan yang berat..jalan yang terjal..Rasul berdakwah hingga giginya patah..dilempari batu..dilempari kotoran..diteror.. ancaman pembunuhan…..dakwah ini berat akhi..dakwah ini bukan sebatas teori..tapi pengalaman dan pengamalan…tak ada kata-kata ‘Jadilah..!’ maka hal itu akan terjadi..yang ada ‘jadilah!’ lalu kau bergerak untuk menjadikannya..maka hal itu akan terjadi..itulah dakwah…ilmu yang kau jadikan ia menjadi…

Akhi..jika saudaramu selalu menangis tiap hari..Bolehkah mereka meminta sedikit bantuanmu..?meminjam bahumu..?berkumpul dan berjuang bersama-sama…?Agar mereka dapat menyimpan beberapa butir tangisnya..untuk berterima kasih padamu.. Juga untuk tangis haru saat mereka bermunajat kepada Allah dalam sepertiga malamnya..

“Yaa Allah.. Terimakasih sudah memberi saudara seperjuangan kepadaku.. demi tegaknya Perintah dan laranganMu… Kuatkanlah ikatan kami…”

“Yaa Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta kepada-Mu, bertemu dalam taat kepada-Mu, bersatu dalam da’wah kepada-Mu, berpadu dalam membela syariat-Mu.”

“Yaa Allah, kokohkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukillah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tidak pernah pudar.”

“Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal kepada-Mu. Hidupkanlah hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu. Matikanlah kami dalam keadaan syahid di jalan-Mu.”

“Sesungguhnya Engkaulah Sebaik-baik Pelindung dan Sebaik-baik Penolong. Yaa Allah, kabulkanlah. Yaa Allah, dan sampaikanlah salam sejahtera kepada junjungan kami, Muhammad SAW, kepada para keluarganya, dan kepada para sahabatnya, limpahkanlah keselamatan untuk mereka.”

Aamiin Allahumma aamiin

"Akhwat Jangan Cengeng.. "

24 September 2012 11:08:57 Dibaca : 294

 

 

 

 

Jadi Akhwat jangan cengeng..
Dikasih amanah malah melarikan diri..
Diajak syuro bilang ada ijin syar’i..
Afwan ane ada agenda syar’i..
Afwan lagi nguleg sambel trasi..
Disuruh ikut aksi, malah pergi naik taksi..
Sambil lambai-lambai, bilang dadaaah…yuk mari…..
Terus dakwah gimana? Diakhiri???
Jadi Akhwat jangan cengeng..

Sekilas gayanya sih haroki berlagak Izzis..
Tapi hati kok Seismic? Sungguh ironis…
Mendayu-dayu kaya’ film romantis..
Kesehariannya malah jadi narsis..
Jauh dari kamera jadi dikira ge eksis..
Hati-hati kalo ditolak, bikin dramatis..
Jadi Akhwat jangan cengeng…
Dikit-dikit SMS ikhwan dengan alasan dapet gratisan
Rencana awal cuma kasih info kajian Lama-lama nanya kabar harian..
wah, investigasi beneran! Bisa-bisa dikira pacaran!
Sampai kepikiran dijadikan pasangan…
Ga’ usah ngaco-ngaco gitu deh kawan!
Jadi Akhwat jangan cengeng…
Abis nonton film palestina semangat empat lima..
Eh pas disuruh jadi coach, pergi lenyap kemana??
Semangat jadi pendukung luar biasa..
Tapi nggak siap jadi yang pelakunya..
yang diartikan sama dengan nelangsa.. Yah…bikin kecewa…
Jadi Akhwat jangan cengeng..
Ngumpet-ngumpet berduaan.. Eh, awas lho yang ketiga setan…
Trus, dikit-dikit aleman minta dibeliin jajan.. Emang sih nggak pegangan tangan.. Cuma pandang-pandangan tapi bermesraan.. Wah, kaya’ film india aja gan! Kalo ketemu Musyrifah atau binaan? Mau taruh di mana tuh muka yang kemerah-merahan? Oh malunya sama Musyrifah atau binaan? Sama Allah? Buang aja ke lautan.. Yang penting mah bisa sayang-sayangan… Na’udzubillah tenan…
Jadi Akhwat jangan cengeng.. Sedekah dikira buang duit. . Katanya sih biar ngirit, tapi kok shoping tiap menit?? Langsung sengit kalo dibilang pelit… Mendingan buat dzikir komat-kamit… Malah keluar kata-kata nyelekit… Aduh…bikin hati sodaranya sakit…
Jadi Akhwat jangan cengeng… Semangat dakwah ternyata bukan untuk amanah.. Tapi buat berburu ikhwan yang wah gitu dah .. Pujaan dapet, terus walimah.. Dakwah pun say goodbye dadaaah.. Dakwah yang dulu benar-benar ditinggalkah? Dakwah kawin lari.. karena kebelet nikah.. Duh duh… amanah..amanah… Dakwah.. dakwah.. Kalah sama ikhwan yang wah..
Jadi Akhwat jangan cengeng.. Buka facebook liatin foto ikhwan.. Dicari yang jenggotan.. Kalo udah dapet trus telpon-telponan.. Tebar pesona akhwat padahal tampang pas-pasan.. “Assalammu’alaykum akhi, salam ukhuwah.. udah kerja? Suka bakwan?” Disambut baik sama akhi, mulai berpikir untuk dikasih bakwan .. Ikhwannya meng-iya-kan.. Mau-mau aja dibeliin bakwan.. Asik, ngirit uang kost dan uang makan… Langsung deh siapin acara buat walimahan! Prinsipnya yang dulu dikemanakan???
Jadi Akhwat jangan cengeng… Ilmu cuma sedikit ajah.. Udah mengatai Ustadzah.. Nyadar diri woi lu tuh cuma kelas bawah.. Baca qur’an tajwid masih salah-salah.. Lho kok udah berani nuduh ustadzah.. Semoga tuh cepet-cepet dikasih hidayah…
Jadi Akhwat jangan cengeng… Status facebook tiap menit beda.. Isinya tentang curahan hatinya.. Nunjukkin diri kalau lagi sengsara.. Minta komen buat dikuatin biar ga’ nambah nelangsa.. Duh duh.. status kok bikin putus asa.. Dikemanakan materi yang dikasih ustadzah baru saja?
Jadi Akhwat jangan cengeng.. Ngeliat akhwat-akhwat yang lain deket banget sama ikhwan, jadi pengen ikutan.. Hidup jadi suram seperti di padang gersang yang penuh godaan.. Mau ikutan tapi udah tau kayak gitu nggak boleh.. tau dari pengajian.. Kepala cenat-cenut pusing beneran… Oh kasihan.. Mendingan jerawatan…
Jadi Akhwat jangan cengeng.. Ngeliat pendakwah akhlaknya kayak artis metropolitan.. Makin bingung nyari teladan.. Teladannya bukan lagi idaman.. Hidup jadi kelam tak berbintang bahkan diguyur hujan.. Mau jadi putih nggak kuat untuk bertahan.. Ah biarlah kutumpahkan semua dengan caci makian.. Akhirnya aku ikut-ikutan jadi artis metropolitan.. Teladan pun sekarang ini susah ditemukan..
Jadi Akhwat jangan cengeng.. Diajakain dauroh alasannya segunung… Kalo disuruh shopping tancap gas langsung… Hatipun tetap cerah walaupun mendung Maklum banyak ikhwan sliweran yang bikin berdetak cepat nih jantung.. Kalo pas tilawah malah terkatung-katung… Duh.. bingung…bingung…
Jadi Akhwat jangan cengeng.. Bangga disebut akhwat.. hati jadi wah.. Tapi jarang banget yang namanya tilawah.. Yang ada sering gosip ngomongin sesamalah… Wah… wah… ghibah… ghibah… Eh, malah timbul fitnah… Segera ber-istighfar lah…
Jadi Akhwat jangan cengeng.. Dulunya di dakwah banyak amanah.. Sekarang katanya berhenti sejenak untuk menyiapkan langkah.. Tapi entah kenapa berdiamnya jadi hilang arah.. Akhinya timbul perasaan sudah pernah berdakwah.. Merasa lebih senior dan lebih mengerti tentang dakwah.. Anak baru dipandang dengan mata sebelah.. Akhirnya diam dalam singgasana kenangan dakwah.. Dari situ bilang.. Dadaaahhh.. Saya dulu lebih berat dalam dakwah.. Lanjutin perjuangan saya yah…
Jadi Akhwat jangan cengeng… Nggak punya duit Halaqah males datang.. Nggak ada motor yaa…misi halaqah dibuang… Musyrifah ikhlas, hati malah senang… Binaan juga nggak ada satupun yang mau datang.. Jenguk binaan malah pada pergi malang melintang… Oh…kasiyan… Mau ngapain sekarang???
Oh noo... Jadi Akhwat jangan cengeng...Jadi Akhwat jangan cengeng...Jadi Akhwat jangan cengeng...Jadi Akhwat jangan cengeng...Jadi Akhwat jangan cengeng... Ukhti... banyak sekali sebenarnya masalah Akhwat..Dimanapun harokahnya.. . Ukhti.. Di saat engkau tak mengambil bagian dari dakwah ini..Maka akan makin banyak Akhwat lain yang selalu menangis di saat mereka mengendarai motor.. Ia berani menangis karena wajahnya tertutup helm... Ia menangis karena tak kuat menahan beban amanah dakwah.. Ukhti.. Di saat engkau kecewa oleh orang yang dulunya engkau percaya.. Akhwat-akhwat lain sebenarnya lebih kecewa dari mu.. mereka menahan dua kekecewaan.. kecewa karena orang yang mereka percaya.. dan kecewa karena tidak diperhatikan lagi olehmu.. tapi mereka tetap bertahan.. menahan dua kekecewaan.. . karena mereka sadar.. kekecewaan adalah hal yang manusiawi.. tapi dakwah harus selalu terukir dalam hati.. Ukhti.. disaat engkau menjauh dari amanah.. dengan berbagai alasan.. sebenarnya, banyak akhwat di luar sana yang alasannya lebih kuat dan masuk akal berkali-kali lipat dari mu.. tapi mereka sadar akan tujuan hidup.. mereka memang punya alasan.. tapi mereka tidak beralasan dalam jalan dakwah.. untuk Allah.. demi Allah.. mereka.. di saat lelah yang sangat.. masih menyempatkan diri untuk bangun dari tidurnya untuk tahajjud.. bukan untuk meminta sesuatu.. tapi mereka menangis.. curhat ke Allah.. berharap Allah meringankan amanah mereka.. mengisi perut mereka yang sering kosong karena uang habis untuk membiayai dakwah...  Ukhti.. Sungguh.. dakwah ini jalan yang berat.. jalan yang terjal.. Rasul berdakwah hingga giginya patah.. dilempari batu.. dilempari kotoran.. diteror.. ancaman pembunuhan.. ... dakwah ini berat ukhti.. dakwah ini bukan sebatas teori.. tapi pengalaman dan pengamalan.. . tak ada kata-kata 'Jadilah..!' maka hal itu akan terjadi.. yang ada 'jadilah!' lalu kau bergerak untuk menjadikannya. . maka hal itu akan terjadi.. itulah dakwah... ilmu yang kau jadikan ia menjadi... Ukhti.. jika saudaramu selalu menangis tiap hari..Bolehkah mereka meminta sedikit bantuanmu..? meminjam bahumu..? berkumpul dan berjuang bersama-sama. ..?Agar mereka dapat menyimpan beberapa butir tangisnya.. untuk berterima kasih padamu..Juga untuk tangis haru saat mereka bermunajat kepada Allah dalam sepertiga malamnya.."Yaa Allah.. Terimakasih sudah memberi saudara seperjuangan kepadaku.. demi tegaknya Perintah dan laranganMu.. . Kuatkanlah ikatan kami..."
"Yaa Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta kepada-Mu, bertemu dalam taat kepada-Mu, bersatu dalam da’wah kepada-Mu, berpadu dalam membela syariat-Mu."
"Yaa Allah, kokohkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukillah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan cahaya-Mu yang tidak pernah pudar."
"Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal kepada-Mu. Hidupkanlah hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu. Matikanlah kami dalam keadaan syahid di jalan-Mu."
"Sesungguhnya Engkaulah Sebaik-baik Pelindung dan Sebaik-baik Penolong. Yaa Allah, kabulkanlah. Yaa Allah, dan sampaikanlah salam sejahtera kepada junjungan kami, Muhammad SAW, kepada para keluaan Entrirganya, dan kepada para sahabatnya, limpahkanlah keselamatan untuk mereka."

Pesan Untukmu Kaum Hawa...!!

24 September 2012 11:06:40 Dibaca : 205

 

 

 

 

Tahukah kalian betapa berbahayanya dirimu..?
tiap jengkal dan lekuk tubuhmu adalah racun yang begitu sempurna..
yah, sempurna untuk membabat habis keimanan para adam..
maka ku berpesan padamu, jaga dirimu demi tiap jengkal tubuh yang Allah anugrahkan padamu...


Hawa, tahukah betapa berharga dirimu..?
hingga Allah meletakkan Syurga yang agung di telapak kakimu?
Hingga dikatakan hancurnya sebuah negara karena kehancuranmu...
Hingga Rasul menyebutmu tiga kali sebagai manusia yang lebiih patut di hormati daripada kaum adam..
Maka, jadikan dirimu layak dihargai...

Tapi tahukah betapa sakit hatiku, ketika ku mendapatkanmu di jalan-jalan dengan mudahnya kau umbar auratmu dengan bangga...
ketika tiap lekuk tubuhmu begitu mudah dinikmati mereka laki-laki yang tak halal bagimu..
ketika kau dengan bebasnya tertawa dan bermanja pada laki-laki yang menatapmu liar seolah ingin menerkammu..

ooohh... wanita, ingin ku teriakkan di telingamu... Ingatlah, sebagian besar penghuni neraka adalah kaum kita..
inginkah dirimu termasuk di dalamnya ..?
tak inginkah kau di hormati dan dihargai mereka karena kehormatan dan kecerdasanmu..?
Ketahuilah wanita, kau indah karena sifat malumu..
kau mulia karena akhlak dan kehormatanmu

sukakah kau jika mereka menyukaimu karena betapa cantik kau?
karena betapa ramping tubuhmu? atau karena kulitmu yang putih mulus?
merasa berharga kah kalian ketika tak ada lagi yang tersembunyi dari dirimu ?

lalu bagaimana kau mampu mengharapkan laki-laki yang mendampingimu kelak adalah laki-laki yang mulia? yang menjaga kehormatannya?
padahal Allah yang telah menjamin, wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan wanita pezina untuk laki-laki pezinah..
masih kah kalian berani berharap mendapatkan yang terbaik sementara dirimu berlumur dosa?
sementara harga dirimu telah tercabik dan ternoda?
pantaskah kalian mengharap laki-laki syurga sementara diri jelas kedudukannya dineraka karena belumur maksiat?

Tidak, jangan takut.. Rabb kita, Allah Maha Pengampun..
Tak ada yang terlambat..
selama Jiwa masih dalam raga.. ampunannya terbuka luas..
Percayalah... walau dosa membumbung tinggi, ampunannya melangit luasnya..

Kembalilah pada fitrahmu.. kau indah karena sifat malumu...
jagalah harga dirimu... kau begitu berharga...

**********************###############*************************

Aztriana, Makassar, 181010, 21.00 (^_^)v

Aku Anak Siapa..?

24 September 2012 11:03:12 Dibaca : 285

 

 

 

 

DARI : FATMAH DI PARE-PARE
ass. Al. Wr wb pendengar nurani yang baik ini adalah kisah hidupku, yang hingga saat ini masih belum bisa terhapus dari benakku, kisah perjalanan hidup seorang anak manusia, yang tidak pernah mengecap manisnya kasih sayang dari orang tua, jujur, meski aku terlahir dari keluarga yang berkecukupan dari sisi materi, namun tak sedikitpun kebahagiaan yang aku rasakan, entah mengapa, sejak kecil kedua orang tuaku sangat membenciku, bahkan mereka seolah sangat jijik padaku, padahal aku tidak sedang mengidap penyakit aneh, atau penyakit menjijikan yang begitu menular, aku tak mengerti mengapa mereka bersikap begitu padaku, bukan saja sekali, tapi sejak usiaku masih belia.
Pendengar nurani yang setia sejak kecil, aku selalu mendapatkan perlakuan buruk dari kedua orang tua kandung sendiri, bahkan aku selalu diperlakukan bak seorang pembantu, yang dibebani dengan semua pekerjaan-pekerjaan rumah yang tiada pernah ada habisnya, betapa tidak, dengan tanpa mengenal waktu, aku dipaksa untuk mengurusi semua urusan rumah tanpa memberika waktu sedikitpun untuk istirahat atau belajar, semula aku mengira, bahwa mungkin aku hanyalah anak pungut, atau anak gembel yang mereka temukan dipinggiran jalan, semula bahkan aku mengira bahwa aku hanyalah anak yang dibuang oleh orang tua kandungku yang tak mau bertanggung jawab atas kelahiranku, sehingga tega menelantarkan aku begitu saja. Jujur, aku sering bertanya-tanya tentang siapa diriku sebenarnya, namun tak sedikitpun aku menemukan jawabnannya, yang ada selalu hanyalah beban bathin yang tak pernah ada habisnya.
Pendnegar nurani yang baik, memang kuakui, aku bukanlah gadis sempurnah, aku memangberbeda dari 2 sauadaraku lainnya, aku gadis cacat, yang kesehariannya harus beraktifitas dengan bantuan 2 tongkat penyangga agar membantuku untuk kokoh berdiri, tapi apakah karena semua ini sehingga aku harus menrima perlakuan buruk dari ayah dan ibu kandung sendiri?, sementara aku tak pernah berharap terlahir dengan kekurangan seperti ini, jujur, terkadang didepanku sendiri, kadang kepada para tamu dan koleganya, mama dan papa tidak mengakui aku sebagai anaknya, bahkan, dengan kejamnya mereka sering memperkenalkan aku sebagai pembantu kampungan yang dititipkan familinya dari kampung, mendengar semua itu hatiku sakit, perasaanku miris, begitu kejamnya kedua orang tuaku memperlakukan aku seperti ini, hingga untuk mengakui aku sebagai anaknyapun mereka begitu sangat malu, mungkin benar anggapanku selama ini, bahwa inilah alasan mengapa sejak lahir aku hanya diasuh oleh nenekku dikampung, sementara kedua adikku begitu hidup dan diberikebahagiaan oleh kedua orang tuaku, memang, aku baru setahun aku tinggal bersama mereka setelah meninggalnya nenekku dikampung. Hanya neneklah yang begitu tulusnya memberikan kasih sayangnya padaku, hnaya neneklah yang selalu memberiku semangat dan dukungan dengan segala kekurangan yang aku miliki saat ini, bahkan karena bekliaulah aku menjadi lebih tegar menghadapi hari-hariku, meskikupn aku sering dijauhi oleh teman-teman sebayaku saat itu, kufikir, meskipun aku terlahir dalam keadaan cacat, namun kebahagiaan tak akan berkurang dari hidupku laykanyakasih sayang yang diberkan nenek selama ini padaku, tapi ternyata, aku harus diperhadapkan pada sebuah kenyataan,
bahwa kedua orang tuaku senddiri yang justru tidak pernah mengharapakan kehadirannku, dan untuk semua ini, aku selalu berihlas hati menerimanya, walau jauh dari lubuk hatiku, perasaan ini sangat sakit, pendengar nurani yang baik, oleh nenek aku hanya bisa disekolahkan sampai tamat smp, itupun dengan segala kesusah payahannya dalam menghidupiku dan seluruh biaya yang aku perlukana, dan kau baru tahu, bahwa ternyata selama ini kedua orang tuaku tak pernah mebiayai hidupku, ternyata selama ini neneklah yang bersusah payah berjuang matia-matian untuk membuatku tersenyum. Tetapi akhirnya, senyum itu harus pupus dari hariku tak kala sebuah kenyataan pahit yang berkata, bahwa nenekku telah dipanggil oleh allah swt…, pendengar nurani yang baik terlalu sedih masa-masa yang kulewati selama ini setelah kepergian nenek, dulu, ketiak masih bersama nenek, masih ada orang yang menawarkan obat ketika aku sakit, masih ada yang menawarkan makanan ketika aku kelaparan.., tapi kini, meskipun aku sakit dalam kondisi yang teramat payah, aku harus melewatinya dengan linangan air mata, digudang kecil yang selama ini aku tempati, bahkan aku harus tidur dengan menahan sakit perut karena serinbg tak diberikan jatah makan, aku hanya bisa pasrah kepada allah, aku hanya bisa berserah diri kepadanya.., mungkin ini adalah ujian bagiku…, jujur, pernah 2 kali ditengah malam buta saat aku tertidur, ayahku berusaha memperkosaku, berusha merenggut kesucianku, bahkan beliau tega menghajarku dengan tanpa belas kali saat hasratnya tak bisa terbendung padaku, namun allah selalu saja menolongku dan menyelamatkan aku dari usaha-usaha bejat ayah, pernah aku sampaikan hal tersebut pada ibuku, tapi aku malah dipukulinya karena memfitnah suaminya, ya allah, cobaan apa yang saat ini engkau timpakan padaku.., aku hanya bisa menangis dan berpasrah diri pada allah swt, dan memohon petunjuk agar aku dijaga dari orang-orang yang akan mencelakaiku, apalagi kebejatan ayahku, kepada siapa lagi aku mengadu saat ini, aku tak memiliki siapapun selain keluargaku sendiri, tapi aku tak bisa berbuat apapun karena ternyata kelurgaku sendiri justru membenciku, jujur, ini adalah pertama kalinya aku mengadukan hal ini. Dan berharap agar ada kemudhan setelah ini, paling tidak aku tidak pesimis dalam hidup ini…atau bahkan bisa terlepas dari belenggu ujian ini..
Wassalam

 ***********************************************************************************************
AKHWAT INI SUDAH MENINGGAL DUNIA SEPEKAN SETELAH SURATNYA MENGUDARA, INFORMASINYA DARI SAHABATNYA AKHWATSTIBA