“Hipotesis Theia” menyebutkan, dahulu ada sebuah planet seukuran Mars yang disebut planet Theia mengorbit di tata surya Bima sakti. Planet ini kemudian disebut Titan pada zaman Yunani kuno yang melahirkan Dewi bulan, Selene.

Hipotesis ini menceritakan tentang terbentuknya Bulan sekitar 4.5 milyar tahun lalu. Dalam dua studi yang saya menemukan teori bulan yang menyatakan bahwa Bulan memiliki komposisi yang mirip dengan Bumi, begitu juga hipotesis Paradox Lunar yang menjelaskan tentang akibat dan perhitungan kecepatan tabrakan antara planet Theia dan Bumi.

Planet Theia Penyebab Penciptaan Bulan

Planet Theia terbentuk di sekitar orbit yang sama dengan Bumi, tetapi sekitar 60 derajat ke depan atau belakang. Ketika protoplanet berkembang menjadi seukuran Mars, ukurannya justru membuat planet Theia terlalu berat agar mengorbit dan tetap stabil. Akibatnya jarak sudut Bumi semakin bervariasi hingga akhirnya menabrak Bumi.

Tabrakan ini diperkirakan terjadi sekitar 4.533 milyar tahun yang lalu ketika planet Theia menghantam Bumi pada sudut miring dan menghancurkan planet Theia selama proses tabrakan. Mantel planet Theia dan sebagian besar mantel silikat Bumi terdorong ke ruang angkasa, bagian kiri atas bahan planet Theia tercampur dengan bahan-bahan dari Bumi dan akhirnya membentuk Bulan.

Penelitian terakhir yang memvalidasi hipotesis ini menunjukkan bahwa inti planet Bumi dan inti Bulan mengandung bahan isotop silikon yang sama, yang mendukung bahwa keduanya berasal dari satu planet hingga bencana besar memisahkannya.

Para ilmuwan Universitas Oxford, Universitas California dan Swiss Federal Institute of Technology membandingkan isotop silikon dari batuan bumi, serta bahan-bahan lain dari sistem tata surya Bima Sakti seperti bahan dari meteorit.

Sekitar 2,900 kilometer ke dalam bumi (belum mencapai setengah jalan ke pusat Bumi) terdapat mantel dan kerak.

Sebagian besar terbentuk dari silikat, senyawa silikon, oksigen, dan elemen lainnya. Kemudian lebih dalam dari garis itu merupakan bahan besi padat logam yang membentuk inti bumi.

Tim ini menemukan bahwa isotop lebih berat dari sampel yang diambil dari silikat Bumi. Mereka menemukan bahwa Mars, asteroid Vesta dan berbagai chrondites atau meteorit primitif yang pernah dibentuk core ainner, tidak mengandung unsur tersebut meskipun mereka memiliki inti besi.

Bahan yang jauh lebih kecil daripada Bumi (sekitar seperdelapan) sehingga tidak memiliki cukup massa menghasilkan tekanan yang diperlukan untuk membentuk inti yang sama seperti yang ditemukan di planet Bumi.

Di sisi lain para peneliti menemukan bahwa Bulan menunjukkan komposisi yang sama dari komposisi isotop silikon berasal dari planet Bumi. Namun jauh lebih kecil daripada Bumi atau sekitar 1/50 dan sekitar satu persen dari massa bumi, bahkan cenderung mampu menghasilkan tekanan yang cukup untuk membentuk mirip besi inti Bumi.

Para peneliti berpendapat bahwa Bulan memang terbentuk saat bencana raksasa akibat planet Theia yang berukuran besar selama pengembangan awal terbentuknya Bumi. Dampaknya cukup besar terhadap bahan-bahan yang akhirnya membentuk Bulan tercampur dengan bahan-bahan dari bumi yang sudah memiliki komposisi silikon berat.

Dalam Jurnal Nature yang dirilis mereka, menyatakan bahwa komposisi isotop seperti silikat Bumi dan Bulan konsisten dengan usulan baru-baru ini, ada isotop skala besar selama dampak tabrakan.

Penelitian ini merupakan jenis yang pertama menggunakan isotop dan menawarkan wawasan menarik ke dalam penciptaan planet Mars, planet Bumi, dan Bulan. Hal ini juga dapat membantu menjelaskan bagaimana kehidupan berevolusi di Bumi, dan membuktikan apakah ada (atau tidak mungkin) peradaban masa lalu di Mars.

Hipotesis Paradox Lunar Libatkan Planet Theia

Sekelompok peneliti dari Universitas Bern-Swiss telah membuat terobosan signifikan dalam kisah pembentukan Bulan, menunjukkan jawaban tentang Paradox Lunar.

Mereka menjelajahi geometri yang berbeda dari simulasi tabrakan planet Theia sebelumnya dan mempertimbangkan konfigurasi baru tentang dampak tabrakan (dikenal ‘Hit and Run’) di mana sebagian besar bahan yang hilang ke ruang angkasa pada orbit terikat/tertarik ke Bumi.

Tidak ada simulasi yang disajikan dalam penelitian ini, mereka hanya menjelaskan sebab dan kendala dari sistem Bumi dan Bulan. Artikel planet Theia dan Bumi ‘A hit-and-run Giant Impact Scenario’ ditulis Andreas Reufer, Matthias MM Meier, Willy Benz, Rainer Wieler, yang diterbitkan Elsevier.

Andreas Reufer menyatakan bahwa model ini mempertimbangkan parameter dampak baru yang tidak pernah diuji sebelumnya. Selain implikasi sistem planet Bumi dan Bulan, kecepatan tabrakan planet Theia jauh lebih tinggi dan membuka kemungkinan baru tentang asal penabrak, dan pembentukan planet terestrial.

Nah begitulah sejarah Penciptaan bulan, semoga saja artikel yang berjudul Tabrakan Planet Theia Dengan Bumi Adalah Sejarah Terciptanya Bulan ini bisa menambah wawasan kita bersama ya

 

Bulan Pernah Dihuni Mahluk Hidup Cerdas ?

16 May 2013 19:50:42 Dibaca : 1095

Penemuan luar biasa bentuk segitiga sama sisi kawah Ukert di permukan bulan, membuat banyak ahli astronomi terkesan. Merekapun mulai mengadakan pengamatan lebih jauh guna mencari bukti atas anomali (keanehan) semacam itu. Bagi banyak orang, eksistensi bentuk segitiga itu sendiri sudah merupakan bukti akan adanya kehidupan pintar disana, dan jika ditemukan bukti lebih jauh lagi, mungkin akan dapat dibentuk suatu kasus untuk mencari adanya penghuni bulan. Dengan alasan tersebut, pengamatan terhadap permukaan bulan pun dilanjutkan.

Satu bagian bulan yang menyita banyak perhatian adalah tonjolan aneh yang dikenal dengan nama “Sinus Medii” (bahasa Latin yang artinya Teluk Pusat). Jika seseorang mengamati bulan purnama, tempat itu adalah wilayah diseputar lempengan yang terlihat. Dalam wilayah itu, para pengamat melihat suatu tunjolan aneh di permukaan bulan, mereka menyebutnya sebagai “shard”. Bentuk geologis ini menjadi luar biasa karena terproyeksi dari permukaan bulan ke suatu jarak hingga lebih dari 1 km dalam suatu wilayah yang datar dan menyebar.

Mungkin bentuk paling aneh yang dideteksi di permukaan bulan adalah bentuk seperti terlihat dalam salah satu foto yang diambil dari misi Apollo 10. Dalam satu bingkai bernomor 4822, dapat dilihat satu struktur yang mengapung beberapa kilometer dari permukaan bulan. Konfigurasi ini dikenal sebagai “The Tower” karena penampakannya mirip seperti menara dengan bentuk kotak dibagian atasnya.

Beberapa orang skeptis mengatakan bahwa ini pasti bagian dari rangkaian perlengkapan foto misi itu, karena benda semacam itu akan bertententangan dengan hukum fisika. Dilain pihak, para pakar lainnya lebih suka berpegang pada teori yang dianggap kurang konvensional. Mereka percaya bahwa struktur itu merupakan bukti kuat adanya kota di bulan.

Kelompok pengamat terakhir itulah yang menaruh minat pada beberapa foto lain dari NASA (National Aeronautics and Space Administration). Dalam foto-foto tersebut tampak adanya rekahan-rekahan besar di permukaan bulan yang dihubungkan dengan beberapa jembatan. Secara geologis ini merupakan suatu hal yang mustahil.

Kenyataan adanya jembatan-jembatan itulah yang kemudian membuat pengamat menyebut sabagai reruntuhan kota di bulan. Mereka lebih suka mengatakan bahwa jembatan seperti itu dipercaya sengaja dibangun untuk memudahkan transportasi daripada sekedar menjelaskan muncul dengan sendirinya akibat proses alamiah.

Pada foto lainnya, beberapa mengklaim bahwa mereka melihat reruntuhan sebuah bangunan yang sangat besar. Bangunan itu tampak memiliki pola sejenis batangan, seperti tanda bahwa pada satu waktu, mungkin di bulan pernah ada sebuah kota. Dengan menggunakan sistem ukur waktu berdasarkan pada jumlah beberapa kawah bekas hempasan yang baru terbentuk di wilayah itu, diperkirakan bahwa mungkin di wilayah itu pernah ada sebuah kota yang kemudian runtuh 500 juta tahun yang lalu.

Banyak orang percaya bahwa tingkat yang sebenarnya dari beberapa penemuan di permukaan bulan, dan juga bukti yang didapat dari permukaan Mars, selalu berusaha disembunyikan atau ditutupi oleh pemerintah dari perhatian publik. Mereka mengatakan bahwa banyak dari foto foto yang didapat diseleksi terlebih dulu sebelum diperlihatkan kepada publik. Akan tetapi pendapat semacam itu dibantah oleh NASA. Mengenai foto yang dipercaya para pengamat sebagai kota di bulan yang telah runtuh, NASA menyangkal dan mengatakan bahwa itu hanyalah berkaitan dengan keanehan geologi dan kelemahan fotografi.

Apapun argumen yang berkembang, sepertinya pendapat yang aman adalah, ketika tehnologi sudah semakin maju, tidak lama kemudian orang-orang dapat menggunakan teleskop mereka masing-masing dan melihat sendiri detail-detail yang lebih menakjubkan di planet-planet pada sistem tata surya kita, khususnya Bulan dan Mars yang notabene paling dekat dengan bumi.

 

Suku Maya Tak Pernah Ramalkan Dunia Berakhir Tahun 2012

16 May 2013 19:48:31 Dibaca : 1282

Jika anda termasuk orang yang khawatir bahwa dunia akan berakhir tahun depan berdasarkan kalender suku Maya, tenang-tenang saja lah: Akhir kehidupan di dunia masih jauh, koq!

Stidaknya itulah yang dikatakan oleh beberapa ahli mengenai suku Maya. Mereka ingin menepis setiap kepercayaan bahwa suku Maya kuno pernah meramalkan dunia akan kiamat tahun 2012.

Kalender suku Maya menandai akhir dari lingkaran tahun 5.126 ialah sekitar 12 Desember 2012, yang mestinya membawa kembali Bolon Yokte, dewa suku Maya yang berkaitan dengan perang dan penciptaan.

Penulis Jose Arguelles menyebut tanggal itu sebagai “akhir masa yang kita tahu” di dalam buku terbitan 1987 yang menelurkan setumpuk ahli teori mengenai suku Maya, yang berspekulasi mengenai akhir yang penuh bencana sudah dekat.

Namun, pertemuan para ahli di kota kuno suku Maya di Meksiko selatan, Palenque, mengatakan itu semata-mata menandai berakhirnya satu masa penciptaan dan awal dari penciptaan lain, demikian laporan wartawan Reuters Pepe Cortes.

“Kita harus jelas mengenai ini. Tak ada ramalan bagi 2012,” kata Erik Velsquez, ahli “etching” di National Autonomous University of Mexico (UNAM).

“Etching” adalah tindakan atau proses pembuatan rancangan atau gambar di lempengan logam, kaca dan lain-lain, dengan menggunakan korosif dari asam acid. “Itu adalah kekeliruan pemasaran.”

National Institue of Anthropological History di Meksiko telah berusaha meredam gelombang ramalan oleh para ahli ramal mengenai kiamat.

“Pemikiran kaum messiah Barat telah menyelewengkan pandangan dunia peradaban kuno seperti suku Maya,” kata lembaga tersebut di dalam satu pernyataan.

Di dalam kalender suku Maya, penghitungan panjang kalender dimulai pada 3.114 SM dan dibagi rata-rata jadi masa 394 tahun yang disebut Baktun. Suku Maya menganggap angka 13 itu suci dan Baktun Ke-13 berakhir tahun depan (2012).

Suku Maya adalah kelompok suku yang tinggal di semenanjung Yucatan, Amerika Tengah yang berbatasan dengan Samudera Pasifik di sebelah barat, dan Laut Karibia di sebelah timur.

Suku tersebut, yang pada zaman batu mencapai kejayaan di bidang teknologinya (250 M hingga 925 M), menghasilkan bentuk karya dan peradaban unik seperti bangunan (Chichen Itza), pertanian (kanal drainase), tanaman jagung dan latex, sumurnya yang disebut “cenotes”.

Cara mereka berkomunikasi dan mendokumentasikan tulisan: Tulisannya menggunakan gambar dan simbol, yang disebut “glyph”.

Ada dua macam glyph: yakni yang menampilkan gambar utuh dari benda yang dimaksudkan, dan tipe yang menggambarkan sesuatu sesuai dengan suku katanya.

Misalnya kata “balam: jaguar”, digambarkan dengan kepala binatang tersebut, atau dengan tiga suku kata “ba”-”la”-”ma”, yang terdiri dari atas tiga gambar sejenis mangkok/tempurung.

Sven Gronemeyer, seorang peneliti mengenai kode-kode di dalam suku Maya dari La Trobe University di Australia, mengatakan apa yang disebut akhir dunia mencerminkan peralihan dari satu era ke era berikutnya, saat Bolon Yokte kembali. Ia telah berusaha membaca sandi di dalam kalender tersebut.

“Karena Bolon Yokte sudah hadir pada hari penciptaan… tampaknya alamiah bagi suku Maya bahwa Bolon Yokte akan hadir lagi,” katanya.

Dari rata-rata 15.000 teks glyph yang terdaftar dan ditemukan di berbagai tempat berbeda mengenai apa yang saat itu menjadi kekaisaran suku Maya, hanya dua yang menyebut-nyebut 2012, kata Intitute itu.

“Suku Maya tak berfikir tentang kemanusiaan, pemanasan global atau meramalkan kedua kutub akan bersatu,” kata Alfonso Ladena, profesor dari Complutense University of Madrid. “Kita lah yang memproyeksikan kekhawatiran kita dengan menjadikan mereka sebagai landasan.” (C003/icc.wp.com)

***
NASA: Tak Ada Bukti Kiamat pada 2012

Semua klaim terbantahkan. “Semua orang bisa tidur nyenyak pada 21 Desember tahun depan.”

Bulan Desember 2011 tinggal 21 hari lagi, lalu warga Bumi akan merayakan kedatangan tahun 2012–tahun baru yang membangkitkan harapan baru sekaligus juga dibayang-bayangi isu kiamat.

Menyambut tahun baru, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) kembali menegaskan tak bakal ada kiamat di tahun depan. Apalagi, di tanggal 21 Desember 2012, yang disebut-sebut sebagian kalangan akan menjadi akhir dunia.

Yang benar, tanggal itu menandai winter soltice atau hari pertama musim dingin. Selain itu, tak ada yang istimewa. “Jadi, semua orang bisa tidur nyenyak pada 21 Desember tahun depan,” kata astronom NASA sekaligus manajer Program Objek Dekat Bumi di Laboratorium Jet Propulsion, Don Yeomans, seperti dimuat situs sains Space.com, Jumat kemarin, 9 Desember 2011.

“Apa yang istimewa dari tanggal 21 Desember 2012?” kata Yeomans. “Tak ada, meski banyak orang menduga itu adalah akhir dunia.”

Sejumlah alibi yang dipakai untuk menguatkan argumen kiamat itu pun dipatahkan NASA.

Ramalan Bangsa Maya
Salah satu yang diajukan sebagai bukti klaim “kiamat 2012″ adalah kalender Bangsa Maya yang berakhir 21 Desember 2011. Menurut Yeomans, kalender Maya tak ubahnya kalender modern yang panjangnya 365 hari. Bedanya, mereka mengukur waktu dalam periode lebih panjang, seperti dekade, abad, dan milenium–dalam versi modern. “Perhitungan pendek adalah 52 tahun, yang panjang 5.125 tahun yang berakhir 21 Desember 2012. Setelah itu akan dimulai kalender baru. Bangsa Mata tak pernah memprediksi tanggal itu adalah akhir dunia,” kata Yeomans.

Dia mengaku terkejut saat masuk ke mesin pencari Google dan mengetik kata kunci ‘bencana 2012′. “Hasilnya 35 juta lebih. Ternyata banyak orang khawatir dengan tanggal itu.”

Planet X atau Nibiru
Kekhawatiran lain adalah soal keberadaan Planet “Nibiru” atau “Planet X” yang diduga akan menabrak Bumi.

Yeomans mengatakan, adalah pecinta UFO Nancy Leider yang mengaku melakukan kontak dengan alien dari rasi bintang Zeta Reticuli. Leider kali pertama meramalkan Nibiru akan membawa bencana bagi dunia pada Mei 2003. Setelah tak terbukti, ia mengubah prediksinya menjadi 21 Desember 2011.

“Tak ada bukti tentang keberadaan Nibiru,” kata dia. Dugaan bahwa Nibiru bersembunyi di balik Matahari, juga disanggah. “Kalau benar ia tak bisa selamanya berada di balik Matahari, semestinya kita sudah melihatnya bertahun-tahun lalu.”

Bagaimana dengan tudingan bahwa NASA dan para astronom bersekongkol untuk menyembunyikan keberadaan Nibiru? “Tak ada satu cara pun di muka bumi ini untuk memaksa para astronom diam.”

Planet berjajar
Juga ada anggapan efek gravitasi dari planet yang saling berjajar satu sama lain akan membawa bencana bagi Bumi. “Tapi tak ada kesejajaran planet pada 21 Desember 2012,” kata Yeomans.

Kalaupun itu terjadi, tak bakal ada masalah. Satu-satunya yang punya efek gravitasi signifikan pada Bumi adalah Bulan dan Matahari, misalnya pasang surut–yang sudah berlangsung selama jutaan tahun.

Badai matahari
Kekhawatiran lain adalah badai matahari–lontaran partikel energi matahari. Ini secara rutin terjadi 11 tahun sekali. Saat badai matahari mencapai bumi, ia dapat menciptakan aurora, bisa merusak satelit dan listrik. “Namun tak ada kerusakan permanen yang ditimbulkan,” kata Yeomans.

Badai matahari super kuat tercatat pernah terjadi pada 1859. Saat itu kerusakan yang ditimbulkan relatif kecil, namun bisa berakibat fatal jika terjadi saat ini, di mana masyarakat sangat bergantung pada perangkat elektronik.

Meski demikian, masih kata Yeomans, “Tak ada bukti itu bakal terjadi pada 21 Desember 2012. Apalagi, badai matahari terkuat sekalipun tak akan menjadi penyebab kiamat, seperti yang dikhawatirkan sejumlah orang.”

Pergeseran kutub bumi
Bumi punya dua kutub geografis–selatan dan utara–yang menandai sumbu rotasi, yang terkait dengan medan magnet yang membuat jarum kompas selalu menunjuk ke arah utara.

Beberapa orang khawatir, dua kutub itu saling bertukar pada 2012. Menurut Yeomans, pergeseran memang dimungkinkan dalam skala waktu 500.000 tahun. Tak bisa serta merta. “Tak ada fakta yang mendukung itu akan terjadi 21 Desember 2012,” kata Yeomans. “Kalaupun itu terjadi, tak ada masalah berarti. Kita tinggal mengubah kompas, utara menjadi selatan. Dan sebaliknya.”

 

10 Teknologi yang Dapat Mencegah Kehancuran BUMI

16 May 2013 19:47:04 Dibaca : 1058

Ada anggapan dari kaum skeptis bahwa teknologi hanya merusak lingkungan. Anggapan ini menantang para ilmuwan untuk mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan.

PBB memperkirakan, hingga tahun 2030 kebutuhan energi akan melonjak sebesar 60 persen. Sebanyak 2,9 miliar manusia akan kekurangan pasokan air. Berikut 10 jenis teknologi yang tergolong dapat mencegah bumi dari kehancuran.

1. Menghilangkan garam dari air laut

PBB mencatat, suplai air bersih akan sangat terbatas bagi miliaran manusia pada pertengahan abad ini. Ada teknologi bernama desalinasi, yakni menghilangkan kadar garam dan mineral dari air laut sehingga layak diminum. Ini merupakan solusi yang bisa dilakukan untuk mencegah krisis air.

Masalahnya, teknologi ini masih terlalu mahal dan membutuhkan energi cukup besar. Kini para ilmuwan tengah mencari jalan agar desalinasi dapat berlangsung dengan energi lebih sedikit. Salah satu caranya adalah dengan melakukan evaporasi pada air sebelum masuk ke membran dengan pori-pori mikroskopis

2. Memproduksi minyak secara alami

Ada proses bernama thermo-depolymerization, suatu proses yang sama dengan bagaimana alam memproduksi minyak. Misalnya limbah berbasis karbon jika dipanaskan dan diberi tekanan tepat, mampu menghasilkan bahan minyak.

Secara alamiah proses ini menbutuhkan waktu jutaan tahun. Dari eksperiman yang sudah-sudah, kotoran ayam kalkun mampu memproduksi sekitar 600 pon petroleum.

3. Tenaga Hidrogen

Bahan bakar hidrogen dianggap sebagai bahan bakar alternatif bebas polusi. Energi dihasilkan dari perpaduan antara hidrogen dan oksigen. Problemnya adalah bagaimana hidrogen itu dihasilkan.

Molekul seperti air dan alkohol harus diproses dulu untuk mengekstraksi hidrogen sehingga menjadi sel bahan bakar. Proses ini juga membutuhkan energi besar. Namun setidaknya ilmuwan sudah mencoba membuat laptop serta peranti lain dengan tenaga fuel cell.

4. Tenaga surya

Energi surya yang sampai di bumi terbentuk dari photon, dapat dikonversikan menjadi listrik atau panas. Beberapa perusahaan dan perumahan sudah berhasil menggunakan aplikasi ini. Mereka memakai sel surya dan termal surya lain sebagai media pengumpul energi.

5. Konversi Panas Laut

Media pengumpul tenaga surya terbesar di bumi ini adalah air laut. Departemen Energi Amerika Serikat (AS) menyebut, laut mampu menyerap panas surya setara dengan energi yang dihasilkan 250 miliar barel minyal per hari.

Ada teknologi bernama OTEC yang mampu mengkonversikan energi termal laut menjadi listrik. Perbedaan suhu antar permukaan laut mampu menjalankan turbin dan menggerakan generator. Masalahnya, teknologi ini masih kurang efisien.

6. Energi gelombang laut

Laut melingkupi 70 persen permukaan bumi. Gelombangnya menyimpan energi besar yang dapat menggerakkan turbin-turbin sehingga mengasilkan listrik. Problemnya agak sulit memperkirakan kapan gelombang laut cukup besar sehingga memproduksi energi yang cukup.

Solusinya adalah dengan menyimpan sebagian energi ketika gelombang cukup besar. Sungai Timur kota New York saat ini sedang menjadi proyek percobaan dengan enam turbin bertenaga gelombanng air. Sedangkan Portugis justru sudah lebih dulu mempraktekkan teknologi ini dan sukses menerangi lebih dari 1500 rumah.

7. Menanami atap rumah

Konsep ini diilhami dari Taman Gantung Babilonia yang masuk dalam daftar Tujuh Keajaiban Dunia. Istana Babilonia terdiri atas atap yang ditanami aneka flora, juga balkon dan terasnya.

Taman atap ini mampu menyerap panas dan mengurangi karbon dioksida. Bayangkan jika burung-burung dan kupu-kupu beterbangan di sekitar rumah hijau kita.

8. Bioremediasi

Ada proses bernama bioremediasi, yakni memanfaatkan mikroba dan tanaman untuk membersihkan kontaminasi. Salah satunya adalah membersihkan kandungan nitrat dalam air dengan bantuan mikroba.

Atau memakai tanaman untuk menetralisir arsenik dari tanah. Beberapa tumbuhan asli ternyata punya faedah untuk membersihkan bumi kita dari aneka polusi.

9. Kubur barang-barang perusak

Karbon dioksida adalah faktor utama penyebab pemanasan global. Energy Information Administration (EIA) mencatat, tahun 2030 emisi karbon dioksida mencapai 8000 juta metrik ton.

Metode paling sederhana untuk menekan kandungan zat berbahaya itu adalah dengan menguburkan berbagai penghasil CO2 seperti aneka limbah elektronik berbahaya.

Namun ilmuwan masih belum yakin bahwa gas berbahaya akan tersimpan aman. Tetap saja kelak akan muncul imbas negatifnya bagi lingkungan.

10. Buku elektronik

Bayangkan, berapa ton kertas dan berapa banyak pohon harus ditebang bagi seantero dunia jika kita semua harus membeli koran, majalah, novel, buku pelajaran, buku tulis, kertas faks, sampai tisu toilet.

Buku elektronik atau surat elektronik yang lebih dikenal dengan e-book dan email memberi kontribusi sangat berarti pada kelangsungan hidup. Dengan teknologi itu, produksi kertas dapat ditekan, sehingga kita tak perlu menebang terlalu banyak pohon.

 

Jupiter, planet terbesar dalam tata surya manusia, akan mendekati Bumi malam ini, Senin (3/12). Jupiter akan berada dalam kondisi oposisi, di mana Bumi, Matahari, dan Jupiter dalam satu garis.

Tidak akan ada dampak apa pun bagi manusia penghuni Bumi atas kondisi ini. Kita malah akan bisa menyaksikan fenomena terangnya Jupiter. "Peristiwa ini terjadi sekitar lima tahun sekali, terakhir terjadi pada tahun 2007," ujar Taufik Hidayat, Ketua Program Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) pada National Geographic Indonesia, Senin (3/12).

Jupiter dalam kondisi terterangnya bisa disaksikan dari seluruh provinsi di Indonesia. Syaratnya hanya langit yang cerah. Namun, ditambahkan Taufik, kondisi oposisi ini relatif tidak terlalu langka.

Meski demikian, Jupiter merupakan objek menarik bagi ilmu astronomi karena memiliki empat satelit yang cukup besar: Io, Europa, Ganymede, dan Callisto. "Hanya dengan teleskop sederhana, pergerakan satelit-satelit dari Jupiter bisa terlihat. Jupiter juga memiliki aktivitas atmosfer yang dahsyat dan bisa berinteraksi dengan energi Matahari," kata Taufik.

Saat Bumi dan Jupiter dalam kondisi terdekatnya, mereka terpisah sejauh 628.743.036 juta kilometer. Sedangkan posisi terjauhnya terpisahkan 928.081.020 juta kilometer.

Jupiter kerap kali menjadi benda langit ketiga paling terang di langit malam setelah Bulan dan Venus. Ketika Bumi dan Jupiter dalam posisi terdekatnya, hanya Bulan-lah satu-satunya benda langit yang bisa mengalahkan sinaran Jupiter.

Besarnya ukuran Jupiter juga menimbulkan beberapa dampak di seluruh tata surya kita. Beberapa peneliti bahkan percaya efek pasang-surut Jupiter saat mencapai posisi perihelion -posisi terdekat dengan Matahari- bisa menyebabkan bintik di Matahari.

Massa dan beberapa aspek lain yang dimiliki Jupiter juga membuatnya memiliki gaya gravitasi yang cukup kuat. Membuatnya mempunyai banyak sekali satelit -saat ini Jupiter dipercaya memiliki 50 bulan. Mayoritas bulan ini merupakan asteroid yang tertarik gravitasi Jupiter.

 

Kategori

Blogroll

  • Masih Kosong