Senyumnya adalah Motivasiku :)

15 November 2013 12:40:13 Dibaca : 1369

SENYUMNYA ADALAH MOTIVASIKU

Oleh Israfany L Lagili

Hamparan sawah hijau terpantul dari bola mataku. Embun pagi yang dingin tetapi menyegarkan bagaikan permata dalam balutan zamrud hijau nan apik. Aku duduk dengan nyaman dalam bangku terempuk dan tertinggi. Menyaksikan sirkus alami dari alam pedesaan. Capung, burung, kupu - kupu dan makhluk sawah lain bagaikan para aktor dan artis terhebat dalam sirkus ini. Terbang kesana kemari, hinggap pada kembang - kembang sawah yang berwarna - warni, bersiul saling menyapa, bertukar kabar dengan kepakan sayapnya. Selalu begitu.
Aku mengingatnya kembali. Kupejamkan mata, menahan tangisku.
Langkah kakinya terhenti. Aku hanya diam saat kedua tangan kekar tapi lembut itu menurunkan tubuhku dari bahunya. Apakah badanku sangat berat, sehingga ia lelah. Dia menggandeng tangan kananku. Aku merengek sebal. Namun, dia hanya merekahkan senyum. Kami berdua berjalan. Dia dengan sabar berusaha menyamakan langkahnya dengan langkah kecilku. Saat aku mulai merengek kembali karena telah lelah berjalan, maka saat itulah dia akan mengeluarkan 1001 cerita islami yang menarik tentang perjuangan para nabi dan rosul Allah dalam mempetahankan Sang Raja Jagad Raya yang Esa, Sang Pencipta tanpa cela yaitu Allah SWT. Dengan suaranya yang berat, semangat serta gaya berceritanya yang bagaikan pendongeng sejati itu membuatku terpesona dan tersenyum senang. Sehingga aku lupa dengan rasa lelahku. Selalu rasa ingin tahu dan penasaran mendorongku untuk meminta akhir dari cerita, padahal hal - hal menakjubkan masih akan berlanjut sebelum sampai pada akhir ceritanya. Dahinya yang mulai berkeringat itu berkerut mendengar pertanyaan kecilku, dia hanya tersenyum kemudian menghentikan ceritanya tanpa memberikan jawaban atas pertanyaanku. Meninggalkanku dengan rasa penasaran yang membuatku tidak dapat tidur malam harinya. Selalu begitu.
Aku mengingatnya kembali. Butiran bola - bola kecil nan bening telah sampai pada ujung mataku.
Saat itu aku tarbangun dari mimpi burukku. Adzan subuh berkumandang merdu di surau depan rumahku. Aku mencari - cari sosoknya dalam keremangan lampu kamar. Namun, dia tak ada. Aku pun mulai menangis. Ibuku datang tergopoh - gopoh dari dapur. Kaget. Berjalan mendekatiku dan mencoba menenangkanku tapi sia - sia. Aku berlari menuju pintu depan. Membuka pintu dan duduk menangis sangat keras menenggelamkan suara kodok, jangkrik serta ayam. Membangunkan para tetanggaku. Membuat ibuku malu atas kelakuanku. Para tetanggaku datang silih berganti. Mulai, dari ibu - ibu rumah tangga yang masih membawa centong nasi, kepala - kepala penasaran yang mengintip dari balik jendela kaca mencari sosok yang telah menghentikan mimpi mereka sampai para jamaah sholat subuh bersarung yang setia, mereka semua mencoba menenangkanku meskipun ada juga yang merengut sebal berdoa mengharap keributan itu cepat berakhir. Seperti ibuku, itu hanyalah sia - sia. Selalu begitu.
Aku mengingatnya kembali. Bola - bola bening itu sudah mulai menggelinding walau sangat pelan meninggalkan ujung mataku.
Hingga akhirnya sosok itu muncul di sela - sela para tetanggaku. Mulut kecilku terdiam. Gerakan kakiku berhenti. Terikan nafasku masih tersengal - sengal tetapi mulai teratur. Rongga dadaku mulai melonggar. Hidungku kembang kempis. Namun, air mataku tetap mengalir walaupun sudah tak ada ringikan dari mulutku. Dia mengulurkan kedua tangannya padaku. Tersenyum. Dia membawaku dalam gendongannya dan di sisi lain suara - suara helaian nafas lega terdengar sayup - sayup dari belakang punggungnya. Seringaian nakal kecil terlukis dari bibirku. Puas membuat semuanya panik. Dia mendudukanku di sudut surau. Tak lupa dia menggelarkan sajadahnya untuk alas dudukku. Lalu mengumandangkan iqomat. Aku hanya terdiam menunggu. Hingga akhirnya mataku terpejam. Aku tertidur nyenyak. Sangat nyenyak sehingga tak merasakan tempat tidurku berpindah ketangannya. Air liurku menetes membasahi tangannya. Dia hanya tersenyum. Selalu begitu.
Aku mengingatnya kembali. Satu tetes sudah air mata membasah pipiku.
Aku duduk mengantuk di depan buku tugasku. Pensil yang kupegang telah merosot dari jari - jariku. Di sisi lain dalam kamar dengan penerangan lampu 5 watt itu, tergantung satu stel baju seragam merah putihku. Sudah larut malam memang saat itu tetapi aku tetap berusaha menahan kantukku. Dia selalu membantuku dalam aku mengerjakan tugas - tugasku, bahkan pernah teman - teman sekolahku datang ke rumahku hanya untuk memintanya mengajari tugas matematika mereka dan hasilnya selalu memuaskan.. Selalu begitu.
Aku mengingatnya kembali. Telah berpuluh - puluh bola kecil nan bening itu membasahi pipiku.
"...sholehah, hanya status itu yang aku ingikan darinya...
...senyum, hanya itu yang ingin aku lihat dari bibirnya...
Senyum kebahagian mendapat cinta kasih - Mu
Ya... Robbku...
Lindungi dia selalu dalam selimut kasih - Mu...
Amien...
Air mataku benar - benar tak dapat aku hentikan. Ringikan doa dengan air mata itu membuatku tahu...
Kini.
Kini aku benar - benar menangis melihat dia, "Ayahku", tertidur untuk selama - lamanya. Ayahku yang menjadi kekuatanku. Ayahku yang selalu kutunggu senyumannya untuk memotivasiku. Ayahku yang selalu kuingat saat aku tidur. Ayahku yang selalu aku tegaskan pada diriku sendiri sabagai "Sang Idola" perjalanan hidupku kelak. Senyum ayahku adalah motivasiku.
Aku akan tersenyum seperti dalam doanya. Aku berjanji akan menggapai cita - citaku agar ayah dapat bangga dan tersenyum untukku dari surga- Nya.

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong