ARSIP BULANAN : December 2019

SEJARAH TINOMBO

25 December 2019 08:20:27 Dibaca : 1060

Tinombo, kota Tinombo sesunggguhya berasal dari kata tinombusul, berasal dari bahasa lauje yg berarti sudah di tebus. karena apabila orang2 yg akan mengambil obat dari pada akar2 kayu atau mengambil emas harus memberikan tebusan, berupa uang perak sebanyak satu tali.yg nilainya sebanyak 25 sen. Sesuai dengan pesan leluhur orang lauje dalam ungkapannya sebagai berikut : “pepeluma to Tinombo, nya masalah pikiranomo, tulaiu petu wogo.yg artinya: ku pesankan kepada anak Tinombo, jangan salah pemikiran anda, atau di bohongi. di laknat oleh tanah dan air.tempat tersebut letaknya di daerah pegunungan yg letaknya sekitar 7km, dari sebalah barat, desa lombok sekarang. disitulah tempatnya. dataran rendah tinombo di sebut siavu. yg artinya kabur.karena setiap orang menuju Tinombo dari kejauhan di tengah laut memandang ke hulu Tinombo di liputi kabut (awan). pula setelah menginjakan kaki di dataran rendah Tinombo, nampak sebelah selatan dan utara tumbuh menjulang pohon kapuk atau avu avu, dalam bahasa lauje siavu adalah pemukiman penduduk lauje yg di ketemukan oleh Suwalipu (Olongian meegang mata).Setelah lama tinggal di daerah pegunungan yg bernama Tinombo. tempat tersebut mulanya hutan belukar sekarang menjadi desa, tempat pemukiman penduduk.Keadaan Alam dan penduduk.Daerah Tinombo di antarai dua sungai yaitu sungai Palasa di sebelah utara dan sungai Bainaa di sebelah selatan. sedangkan pada bagian baratnya adalah kecamatan Damsol dan sebelah timur dengan teluk Tomini. wilayah ini mengenal dua musim yakni musim hujan dari bulan april sampai dengan bulan agustus. dan musim kemarau dari bulan september sampai dengan bulan maret secara teratur.penduduk Tinombo sebagian besar menggunakan bahasa lauje dan mata pencahariannya bertani. pada zaman sebelum kedatangan Belanda penduduk Tinombo hidupnya masih sederhana, pakaian mereka masih menggunakan bahan dari kulit kayu. selain usaha bertani penduduk juga menangkap ikan di laut. cara bertani penduduk masi berladang dan berpindah pindah, selain menggunakan waktunya mengambil damar, rotan, dan kayu hitam (Eboni), untuk di jual sebagai tambahan nafkah hidup.Sistem pemerintahan pada zaman kekuasaan Olongian di bagi bagi menjadi perkampungan. nama nama yg pernah menjadi kepala kampung:1. Djaudjali2. Lodji3. Dg Matjora dg Malino4. A Illimulah5. Dg Palalo Dg Malino6. Sukara7. Orbou8. S Lamane (3-2-1950 sd 30-4-1952)9. K Maraila (1956 sd 1959)10. D.P Kambay (1960 sd 1968)11. Hani dg Malino12. A Illimulah (1971 sd 1972)13. Man Tjaolo (1973 sd 1980)14. Mudik dg Malondeng (1981 sd 1985)15. Pasil Madurika (1986 sd 1996)16. Andi Wala Tombolotutu (1997 sd 2000)17. Djamal T Salunggu (2001 sd 2006)18. Masudin (2007 sd Sekarang.Tinombo sebagai Ibu Kota Swapraja Moutong di perintah oleh raja2,1. Raja dg Malino2. Raja Borman3. Raja Saenso Lahiya4. Raja Hi Kuti Tombolotutu (1925 sd 1965)Tahun berdirinya Tinombo Oktober 1904.

Penulis, Hi Ali B Djupanda

Penyunting, Muhtar Djupanda, Abdul Muluk Buotil, Rizal.M.Tjaolo

https://muhtarsiavu.wordpress.com/2011/05/24/sejarah-berdirinya-desa-tinombo-2/