Adab Berbicara

03 April 2013 11:53:36 Dibaca : 1159

“Lidah memang tidak bertulang”, itulah ungkapan yang sudah tidak asing lagi di telinga setiap kita. Ungkapan tersebut menunjukkan betapa lidah dapat digerakkan ke segala arah dengan mudah. Ia dapat diluruskan, dibengkokkan ke atas, ke bawah, ke kanan maupun ke kiri. Lidah pun dapat dilipat horizontal maupun vertikal. Begitulah lidah.

Gambaran mengenai lidah yang dapat digerakkan kesegala arah dengan mudah tersebut menyiratkan arti bahwa lidah dapat dengan mudah mengucapkan segala kata. Ia dapat mengucapkan perkataan yang lurus berupa kebenaran, maupun perkataan perkataan bengkok yang menyimpang dari kebenaran, seperti dusta, ghibah, fitnah, dan lain-lain.

Dalam ungkapan yang lain juga dikatakan bahwa, “Lidah itul lebih tajam dari sebilah pedang”. Benarkah bahwa lidah yang lembek itu lebih tajam dari sebilah pedang?

Coba kita renungkan sejenak…
Dengan menggunakan sebilah pedang yang tajam, bahkan yang paling tajam sekalipun seseorang hanya dapat membunuh seorang manusia lainnya hanya sekali saja. Setelah manusia itu mati, maka tidak mungkin dengan pedang itu ia dapat membunuhnya kembali untuk yang kedua kalinya. Namun, dengan lidah seseorang dapat membunuh seorang manusia lainnya setiap hari. Bahkan dalam sehari, seorang manusia dapat terbunuh berkali-kali oleh ganasnya lidah. Lidah dapat membunuh seseorang berkali-kali dengan cara memfitnah. Itulah mengapa akhirnya timbul istilah, “Sesungguhnya fitnah itu adalah lebih kejam daripada pembunuhan”.

Fitnah akan menghancurkan kehidupan seseorang. Fitnah merobek-robek harga diri seseorang. Fitnah menginjak-injak kehormatan seseorang. Fitnah menghancurkan segala sesuatu yang ada pada seseorang. Dan fitnah membuat seseorang hidup dalam kematian.

Itulah salah satu bahaya lidah yang tidak terkontrol dengan baik. Lidah yang tidak dikontrol dengan baik akan melontarkan kata-kata negatif yang tidak akan pernah diketahui seberapa besar efeknya terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri kelak. Demikian pula dengan lidah yang terkontrol dengan baik, yang selalu melontarkan kata-kata ma’ruf. Tidak akan pernah diketahui pula seberapa besar efek positif dari ucapan tersebut akan dapat mempengaruhi orang lain, dan seberapa besar pula balasan yang akan kita terima kelak. Hal ini senanda dengan sabda Rasulullah saw yang berbunyi:

“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai Allah swt yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh Allah swt keridhoan-Nya bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah swt yang tidak dikiranya akan demikian, maka Allah swt mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.” (HR. Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

Untuk itu, sudah sepatutnyalah bagi setiap umat muslim yang beriman agar senantiasa menjaga lidahnya setiap saat. Berbicaralah dengan hati-hati, jangan sampai lepas kendali. Selalulah berupaya untuk senantiasa mengontrol lidah hanya untuk mengucapkan perkataan yang bernilai positif dan tidak menyinggung atau menyakiti. Karena, meskipun kita tidak pernah tahu mengenai apa dan seberapa besar balasan yang akan diberikan Allah swt kepada kita, namun kita harus yakin bahwa Allah swt selalu memberikan ganjaran yang setimpal. Tidak ada amalan sekecil apapun yang tidak akan mendapatkan balasan dari Allah swt, sebagaimana firman Allah swt dalam surat Al Zalzalah ayat 7-8, yang artinya:

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” (QS. Al Zalzalah : 7-8)

Dan hendaknya kita pun senantiasa mengingat akan satu firman Allah swt yang artinya:

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf : 18)

Dalam surat Qaaf tersebut jelas sekali bahwa setiap patah kata yang terucap dari mulut kita dicatat oleh malaikat Allah swt yang tidak pernah berdusta maupun korupsi untuk menyembunyikan keburukan maupun kebaikan perkataan seorang manusia dari Allah swt. Dan andaipun hal itu terjadi, maka sesungguhnya “inna robbakalbilmirshood”, “sesungguhnya Rabb-mu benar-benar mengawasimu”. Maka tidak akan ada sedikitpun kata yang akan terlewat dari pendengaran Allah swt.

Untuk itu, hendaknya kita mengetahui bagaimanakah Islam mengajarkan tata cara dalam berbicara yang baik, sehingga kita tidak akan terjerumus dalam limbah dosa yang disebabkan oleh lidah kita, baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Ingatlah bahwa segala sesuatu itu ada ilmunya, dan Islam adalah agama yang memiliki aturan atas setiap aktivitas kehidupan umatnya, dari masalah-masalah yang kecil hingga masalah-masalah yang besar. Maka sudah menjadi kewajiban umat muslimlah untuk terus menuntut dan memperdalam ilmu Islam agar tidak salah dalam melangkah, agar tidak salah dalam berucap.

Lidah adalah salah satu perangkat tubuh yang sangat vital bagi manusia, sekaligus salah satu perangkat tubuh yang juga dapat menjerumuskan seorang manusia dalam murka dan azab Allah swt yang sangat pedih. Maka dari itu kita harus mampu untuk mengontrol gerak lidah dengan baik. Untuk mengontrol lidah agar tidak berbicara dalam kemungkaran, Islam telah memberikan aturannya dengan jelas yang kemudian disebut dengan adab berbicara. Menurut kacamata Islam, adab berbicara memiliki beberapa poin yang jika direalisasikan insya Allah akan mengontrol lidah agar senantiasa berbicara dalam kebaikan dan menghindari ucapan-ucapan atau pembicaraan yang berbau maksiat, sebagaimana firman Allah swt yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al Ahzab : 70). Berikut adalah poin-poin yang terdapat di dalam adab berbicara tersebut:

1. Berpikir sebelum berbicara

Hendaknya, segala sesuatu yang kita ucapkan merupakan kalimat atau kata-kata yang merupakan hasil pemikiran dan renungan dari dalam hati nurani, bukan merupakan kata-kata yang terlontar sembarangan. Pikirkanlah apakah ucapan yang akan akan disampaikan merupakan sebuah kebenaran dan kebaikan atau bukan. Tanyakan terlebih dahulu pada hati nurani, apakah ucapan yang akan dilontarkan berbau maksiat atau tidak. Dan tentunya, pemikiran serta perenungan tersebut pun harus dilandaskan pada prinsip-prinsip Islam, amar ma’ruf dan nahi munkar. Hendaknya, kalimat atau kata yang kita ucapkan mengandung nilai-nilai kebaikan. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah saw berikut:

“Dalam Islam mengajak umat agar senantiasa menjaga lisan. Dengan begitu, lisan menjadi selalu digunakan untuk sesuatu yang baik, tidak bertentangan dengan kehendak Allah swt. Rasulullah SAW bersabda, “Lisan orang yang berakal muncul dari balik hati nuraninya. Maka ketika hendak berbicara, terlebih dahulu ia kembali pada nuraninya. Apabila ada manfaat baginya, ia berbicara dan apabila dapat berbahaya, maka ia menahan diri. Sementara hati orang yang bodoh berada di mulut, ia berbicara sesuai apa saja yang ia maui.” (HR. Bukhari-Muslim).

Berkata yang baik juga merupakan salah satu ciri orang yang beriman kepada Allah swt. Maka jika ada seseorang yang mengaku beriman kepada kepada Allah swt namun masih suka mengucapkan kata-kata kotor, dusta, masih gemar bergossip, suka memfitnah, serta perkataan-perkataan berbau maksiat dan kemungkaran yang lain, bisa dikatakan bahwa imannya masih pincang atau cacat.

Sekiranya kita tidak mampu untuk berbicara yang baik, atau kita merasa bibir ini gatal manakala mendengar orang bergossip, maka sebaiknya menjauhlah dari hal-hal tersebut. Jangan turut mendengarkan, yang akan memancing kita untuk turut serta. Rasulullah saw bersabda:

“Siapa yang beriman Kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam.” ( HR. Bukhari dan Muslim )

Inti pada poin pertama ini adalah, hendaknya pembicaraan selalu berada dalam lingkaran kebaikan, bukan merupakan pembicaraan yang mengandung kemaksiatan atau kemungkaran.

Mengenai perintah untuk selalu berbicara dalam kebaikan ini, Allah swt juga telah menegaskan melalui firman-Nya di dalam Al Quran, yang artinya:

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,” (QS. Al Mu’minun : 1-3)

Di dalam surat yang lain, Allah swt juga berfirman:

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia.” (QS. An Nisa : 114)

2. Berbicara dengan jelas dan tidak bertele-tele

Islam menganjurkan umatnya untuk selalu berbicara dengan jelas sehingga dapat dipahami dengan baik oleh semua yang mendengarkan. Hindari kebiasaan berbicara bertele-tele yang dapat menyebabkan pendengar justru menjadi tidak mengerti maksud yang akan disampaikan. Selain itu, pembicaraan yang bertele-tele juga akan menimbulkan kejenuhan dan rasa tidak nyaman kepada pendengar, dan akhirnya pembicaraan itu dapat menghilangkan keihklasan dari pendengar. Dalam hal ini Rasulullah saw telah bersabda:

“Bahwasanya perkataan Rasulullah saw itu selalu jelas sehingga bias dipahami oleh semua yang mendengar.” (HR. Abu Daud)

Dalam hadist lain, Rasulullah saw juga telah berkata, “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak omong dan berlagak dalam berbicara.” Maka dikatakan: Wahai Rasulullah kami telah mengetahui arti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun? Maka jawab nabi saw: “Orang-orang yang sombong.” (HR. Tirmidzi dan dihasankannya)

Ucapan yang jelas dan tidak bertele-tele akan meminimalisir terjadinya kesalah pengertian pihak pendengar dalam menangkap dan mengartikan maksud dari si pembicara. Ucapan yang jelas di sini tentunya juga mengandung pengertian tidak terlalu cepat, sehinga kata perkata dapat terdengar dengan baik oleh pendengar.

3. Tidak mengucapkan kebathilan

Salah satu yang juga termasuk di dalam adab berbicara adalah menghindarkan diri dari perkataan yang bathil, yaitu membicarakan kebathilan tanpa tujuan yang dibenarkan syariat.

Banyak sekali manusia yang terjerumus dalam perkara yang satu ini. Dan sebagian besar penyebabnya adalah karena mereka menganggap sepele terhadap apa yang akan dan telah mereka ucapkan. Ketika mereka mengucapkan satu kebathilan, sebenarnya hati kecil mereka mengerti bahwa ucapan tersebut tidak baik. Namun, seolah ada bisikan kecil yang menyusup ke dalam hati, kemudian berkata lirih namun begitu dahsyat pengaruhnya, “Halah…Cuma gitu aja!”, “Itu mah masalah sepele…!”, “Halah…Cuma bercanda kok!”, dan sebagainya. Bisikan-bisikan semacam itulah yang akhirnya membuat seseorang dengan PD-nya (Percaya Diri), tanpa rasa bersalah maupun berdosa mengucapkan kebathilan tersebut.

Sungguh, merugilah orang-orang yang sampai saat ini masih mempertahankan dan mengikuti bisikan-bisikan semacam itu. Apakah mereka berpikir bahwa Allah swt memiliki pemikiran yang sama dengan dirinya yang dhoif itu? TIDAK! Allah swt adalah Zat yang Maha Tinggi dan Maha Sempurna, mustahil bagi-Nya disamai oleh makhluk-Nya dalam hal apapun.

Ketahuilah, bahwa bisa jadi Allah swt menganggap sepele terhadap sesuatu yang kita anggap besar. Dan sebaliknya, bisa jadi Allah swt menganggap besar terhadap sesuatu yang kita anggap sepele. Karena hanya Dia-lah yang Maha Tahu atas segala sesuatu, hanya Dia-lah yang Maha Benar. Dalam hal ini Rasulullah saw telah bersabda:

“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai Allah swt yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh Allah swt keridhoan-Nya bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah swt yang tidak dikiranya akan demikian, maka Allah swt mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.” (HR. Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

Cobalah renungkan sejenak sabda Rasulullah saw diatas, betapa perkataan yang dianggap sepele tersebut ternyata dapat menjerumuskan seseorang ke dalam murka Allah sw hingga datangnya hari kiamat kelak.

4. Tidak berkata keji dan mencela

Rasulullah saw bersabda, “Bukanlah seorang mukmin jika suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji.” (HR. Tirmidzi dengan sanad shahih)

Dengan kata lain, hadits di atas mengatakan bahwa orang-orang yang beriman adalah orang-oran yang selalu berbicara dalam kebaikan. Atau dapat juga dikatakan bahwa orang-orang yang suka berkata keji itu bukanlah termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beriman. Untuk itu, jika seseorang mengaku bahwa dirinya telah beriman kepada Allah swt maka tidak ada lagi kata-kata keji yang akan terlontar dari mulutnya.

Seseorang yang beriman akan selalu berusaha dengan keras untuk menahan nafsu yang selalu mengajaknya untuk emosi dan akhirnya mengeluarkan kata-kata yang keji atau kotor, menjauhi kebiasaan mencela yang dapat menyakiti hati orang lain.

5. Tidak sombong dan banyak berbicara

Hindarilah kebiasaan terlalu banyak bicara, karena hal ini dapat menimbulkan kejenuhan bagi pendengarnya. Keingingan kita untuk menyampaikan sesuatu hendaknya dikemas dengan bahasa yang mudah dipahami dan tidak terlalu bertele-tele. Pendengar yang sudah dikuasai oleh kejenuhan dapat kehilangan konsentrasi yang akhirnya tidak dapat menyerap isi dari perkataan si pembicara.

“Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari kami setiap hari Kamis, maka berkata seorang lelaki: Wahai abu Abdurrahman (gelar Ibnu Mas’ud)! Seandainya anda mau mengajari kami setiap hari? Maka jawab Ibnu Mas’ud : Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku kuatir membosankan kalian, karena akupun pernah meminta yang demikian pada nabi saw dan beliau menjawab kuatir membosankan kami .“ (HR. Muttafaq ‘alaih)

Janganlah bersikap sok pintar yang seolah-olah mengerti akan banyak hal. Sikap sok pintar dan ingin dipuji sebagai orang yang pandai atau memiliki banyak ilmu pengetahuan akan membuat seseorang menjadi terlalu banyak berbicara. Dan hal ini justru tidak akan menimbulkan pujian dari pendengar, melainkan akan menimbulkan rasa bosan dan kesal kepada si pendengar. Sikap sok pintar merupakan salah satu sifat yang paling dibenci oleh Rasulullah saw, sebagaimana dinyatakan di dalam hadits Jabir ra:

“Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun”. Para shahabat bertanya: Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab: “Orang-orang yang sombong”. (HR. At-Turmudzi, dinilai hasan oleh Al-Albani)

 

MENJADIKAN SABAR DAN SHALAT SEBAGAI PENOLONG

03 April 2013 11:51:22 Dibaca : 1706

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'” (al-Baqarah: 45)

Bila kita mencermati ayat 45 dari surat al-Baqarah di atas, ada hal menarik yang patut kita perhatikan, begitu dahsyatnya perintah untuk besabar sehingga diletakkan mendahului perintah shalat. Bukan secara kebetulan Allah SWT meletakkan kata biss-sabri di sana, jika kita lihat di akhir ayat tersebut, ternyata ada sebuah alasan nyata bahwa sabar memang bukan sebuah pebuatan yang mudah.

Begitu juga dengan shalat, perintah ini juga bukan hal yang ringan untuk dikerjakan. Maka, fiman Allah SWT dalam ayat di atas benar-benar nyata, bahwa kedua perbuatan ini memang berat dilakukan kecuali oleh orang-orang yang khusyu’.

Manusia hidup di dunia ini dibekali dengan hawa nafsu. Tidak semua nafsu yang dibekalkan oleh Allah SWT kepada manusia adalah buruk karena memang Allah SWT memberikan dua buah nafsu. Yang pertama adalah nafsu yang mendorong manusia untuk terus melakukan amal shaleh dan sebaliknya, nafsu yang cenderung mendorong manusia untuk berbuat kerusakan di muka bumi.

Untuk membendung nafsu yang mendorong manusia melakukan kehinaan itulah, Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong. Sabar dan shalat sangat dekat dengan keimanan. Maka, apabila seseorang memiliki keimanan maka bisa dipastikan dia bisa bersabar dan shalat dalam menghadapi setiap cobaan hidupnya. Dengan menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong, niscaya manusia akan selamat dari kekangan hawa nafsu syaithoniyyah.

Dalam tafsir Jalalain karangan Jalaluddin al-Mahaly dan Jalaluddin as-Suyuthy dijelaskan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW hatinya risau disebabkan suatu masalah, maka beliau segera melakukan shalat. Maksudnya, ketika seseorang sudah berada di jalan buntu dalam menghadapi suatu masalah, maka tiada penolong lain selain Allah SWT. Maka, shalat dengan ikhlas hanya mengharap bantuan-Nya akan membuka jalan keluar dari setiap permasalahan.

Dunia adalah tempatnya cobaan dan ujian. Dalam surat al-Baqarah: 155 Allah SWT akan berikan cobaan kepada manusia dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dari ujian itu akan didapat siapa yang sabar dan siapa yang tidak sabar. Bagi yang sabar, kebahagiaan hidup akan menanti. Sebaliknya, bagi yang tidak sabar, kesengsaraan akan pula diperoleh.

Dalam surat al-Baqarah: 214, Allah SWT menjelaskan bahwa seseorang tidak akan masuk surge sebelum diuji dengan malapetaka, kesengasaraan dan digoncangkan dengan berbagai cobaan. Hanya dengan kesabaran lah itu semua bisa teratasi.

Dalam hal apa saja seseorang harus bersabar :

1. Ketika ditimpa penyakit
Tentu kita ingat dengan kisah Nabi Ayyub AS yang diberikan oleh Allah SWT cobaan berupa penyakit kulit yang sangat menjijikkan. Harta yang melimpah sedikit demi sedikit habis. Anak-anak dan istri satu persatu meninggalkannya. Cobaan itu bukan membuat Nabi Ayyub AS semakin jauh dengan Allah SWT, sebaliknya, beliau semakin meningkatkan ketaqwaan kepada-Nya. Nabi Ayyub AS merupakan contoh bagaimana kita harus besabar dalam menghadapi penyakit.

2. Ketika menghadapi apa yang kita benci
Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS mencontohkan kepada kita bagaimana seorang hamba harus bersabar dengan perintah yang didapatkan dari Tuhannya walaupun perintah itu sangatlah berat. Sudah lama nabi Ibrahim AS mendambakan seorang anak, setelah lahir dan menginjak dewasa, Allah SWT menguji Nabi Ibrahim AS dengan perintah untuk menyembelih anaknya. Dengan penuh kesadaran karena itu adalah perintah Allah SWT, nabi Ismail AS berkata kepada ayahnya, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan oleh Tuhanmu, niscaya engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

3. Ketika dalam berperang di jalan Allah
Sebelum hijrah ke Madinah, selama berdakwah di Makkah kurang lebih 10 tahun, Nabi Muhammad SAW belum diperintahkan untuk melawan kaum yang memusuhi Islam. Pada waktu itu jelas, Nabi Muhammad SAW harus mempunyai kesabaran yang lebih dalam menghadapi para pembenci-pembenci Islam. Ketika sudah berada di Madinah, ketika perintah untuk memerangi apabila diganggu sudah turun, ada ujian kesabaran lain yang harus dilakukan ketika sedang berperang. Hendaknya kaum muslimin ketika itu tidak semena-mena dengan musuh-musuh Islam dan sebagainya.

Bagaimana seseorang harus besabar
Orang sabar sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 156 adalah orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mengucapkan kalimat tersebut berarti sebuah kesadaran bahwa apapun adalah milik Allah SWT dan suatu saat pasti akan kembali kepada-Nya. Dengan demikian seorang hamba benar-benar ikhlas dan pasrah dengan ketentuan Tuhannya.

Ganjaran bagi orang-orang yang sabar
1. Allah akan memberikan berita gembira
Allah telah menjamin, seorang hamba yang bersabar akan diberikan berita gembira berupa kebekatan yang sempurna dan rahmat Allah SWT. Dalam surat al-Baqarah: 157 Allah juga menyebut orang-orang yang sabar sebagai orang-orang yang mendapatkan petunjuk.

2. Allah akan besama orang-orang yang sabar
Dalam surat al-Baqarah: 153 Allah SWT juga berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. Orang-orang yang sabar adalah orang-orang yang dekat dengan Allah SWT. Apabila seorang hamba sudah dekat dengan Tuhannya, maka tidak akan ia temukan kesusahan dan kesedihan.

3. Mendapatkan martabat yang tinggi di surga
Dalam surat al-Furqan: 75, Allah SWT juga menjanjikan matabat yang tinggi bagi orang-orang yang sabar di surge kelak. Juga, kesabaran mereka akan disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalam surga.
Masih banyak keutamaan atau ganjaran bagi orang-orang yang sabar yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam al-Qu’an. Semoga kita bisa termasuk orang-orang yang bisa menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong dalam menghadapi ujian dan cobaan sehingga selalu mendapatkan keutamaan-keutamaan dari Allah SWT. Wallahu a’lam bisshawab.

TANDA-TANDA CINTA SEJATI

03 April 2013 11:42:26 Dibaca : 891

Orang yang mencintai kamu tidak pernah bisa memberikan alasan kenapa ia mencintai kamu, yang ia tahu dimatanya hanya ada kamu satu-satunya.

Orang yang mencintai kamu selalu menerima kamu apa adanya,dimatanya kamu selalu yang tercantik/tertampan dan paling baik walaupun kamu merasakan diri mu biasa2 saja.

Dan jika kamu menghindarinya atau memberi reaksi penolakan, ia akan menyadarinya dan menghilang dari kehidupanmu walaupun hal itu membunuh hatinya. Karena yang ia inginkan hanyalah kebahagiaanmu.

Jika suatu saat kamu merindukannya dan ingin memberinya kesempatan ia akan ada disana menunggumu karena ia tak pernah mencari orang lain. Ya???? ia selalu menunggumu...dia selalu ada untukmu ..silakan berbagi ya sahabat semua..^_^

PERAN UTAMA AKUNTANSI MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK

03 April 2013 11:38:18 Dibaca : 1282

Peran utama akuntansi manajemen sektor publik adalah menyediakan informasi akuntansi yang akan digunakan oleh manajer sektor publik dalam melakukan fungsi perencanaan dan pengendalian organisasi. Informasi akuntansi diberikan sebagai alat atau sarana untuk membantu manajer menjalankan fungsi-fungsi manajemen sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

Akuntansi manajemen merupakan bagian dari suatu sistem pengendalian manajemen yang integral. Institute of Management Accountants (1981) mendefinisikan akuntansi manajemen sebagai suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pengakumulasian, penganalisaan, penyiapan, pengintepretasian, dan pengkomunikasian informasi finansial yang digunakan oleh manajemen perencanaan, evaluasi, dan pengendalian organisasi serta untuk menjamin bahwa sumber daya digunakan secara tepat dan akuntabel.

Statements on Management Accounting 1A tentang definisi akuntansi manajemen, dipaparkan sebagai berikut:

“The Process of identification, measurement, accumulation, analysis, preparation, interpretation, and communication of financial information used by management to plan, evaluate, and control within an organization and to assure appropriate use of and accountability for its resources.”

Chartered Institute of Management Accountants (1994) dalam Jones dan Pandlebury (1996) membuat definisi yang lebih luas daripada definisi yang dikeluarkan oleh Institute of Management Accountants, terutama dalam hal luas informasi yang diberikan. Chartered Institute of Management Accountantsmendefinisikan akuntansi manajemen sebagai suatu bagian integral dari manajemen yang terkait dengan pengidentifikasian, penyajian, dan pengintepretasian informasi yang digunakan untuk:

Perumusan strategiPerencanaan dan pengendalian aktivitasPengambilan keputusanPengoptimalan penggunaan sumber dayaPengungkapan (disclosure) kepada shareholders dan pihak luar organisasiPengungkapan kepada karyawanPerlindungan aset

Pada dasarnya prinsip akuntansi manajemen sektor publik tidak banyak berbeda dengan prinsip akuntansi manajemen yang diterapkan pada sektor swasta. Akan tetapi, harus diingat bahwa sektor publik memiliki perbedaan sifat dan karakterisitik dengan sektor swasta, sehingga penerapan teknik akuntansi manajemen sektor swasta tidak dapat diadopsi secara langsung tanpa modifikasi.

 

Sekian

Semoga Bermanfaat ^_^

17 HAL YANG HARUS KITA INGAT

02 April 2013 12:49:46 Dibaca : 1632

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... 1. Jika sudah terjadi masalah, tdk harus dihindari (bingung), tapi HARUS DIHADAPI dengan tenang (dipikirkan jalan keluarnya) dan pasti selesai / ada jalan keluarnya.

2. Menghadapi semua hal, tidak boleh berpikir negatif, seperti: "saya pasti tidak mampu", "saya tidak bisa", dan seterusnya. Tapi selalu berpikir positif, seperti: "saya bisa, pasti ada jalan keluarnya" dan lain lain.

3. Susah dan senang semuanya tergantung pikiran saja!! ( Pikiran adalah pelopor!!). Jadi jaga pikiran kita baik - baik. Jangan pikir yang jelek/negatif. Selalu berpikir yang positif (baik).

4. Segala kesulitan/kesusahan akan berakhir. sebesar apapun masalahnya akan selesai juga dengan berjalannya waktu. Seperti pepatah mengatakan : TIDAK ADA PESTA YANG TIDAK BERAKHIR.

5. Orang yg sukses 85% ditentukan dari sikap/prilaku, 15% baru ditentukan keterampilan. Jadi sikap kita dalam hidup ini sangat penting.

6. Segala sesuatu berubah (anicca). Kita tdk perlu susah. Misalnya : sekarang susahnya, selanjutnya pasti berubah menjadi senang. sekarang ada orang yang tidak senang pada kita, suatu saat nanti akan baik juga.

7. Hukum sebab akibat, berarti berbuat baik akan mendapat hasil baik dan sebaliknya, seperti tanam padi, pasti panen padi. Ingat!! Usahakan setiap saat selalu berbuat (tanam) kebaikan agar mendapatkan (panen) kebaikan. Jangan melakukan kejahatan. Dan jangan berharap mendapat balasan dari perbuatan baik kita!!!

8. Kesehatan adalah paling nomor satu (berhaga). Jaga kesehatan kita dengan olahraga, istirahat yang cukup dan jangan makan sembarangan.

9. Hidup ini penuh dengan masalah/persoalan/penderitaan. Jadi kita sudah tahu TIDAK MUNGKIN SELALU LANCAR/TENANG. Siapkan mental, tabah, sabar dan tenaga untuk menghadapinya. Itulah kenyataan hidup yang harus dihadapi oleh setiap manusia.

10. Masa depan seseorang sangat tergantung pada sikap dan buku buku yang dibaca. Jadi membaca sangat penting dan menentukan masa depan seseorang.

11. Jangan membicarakan kejelekan orang lain, karena kita akan dinilai jelek oleh orang yg mendengarkannya.

12. Pergaulan sangat penting dan merupakan salah satu kunci sukses. Boleh bergaul dengan orang jahat maupun baik asal kita HARUS TAHU DIRI/JANGAN TERPENGARUH LINGKUNGAN. Lebih baik lagi apabila kita bisa menuntun yang jahat ke jalan yang benar.

13. Budi orang tua, tidak dapat dibayar dengan apapun juga. begitu juga dengan budi orang-orang yang telah membantu kita.

14. Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Jadi jangan minder dengan kekurangan kita. dan jangan iri dengan kelebihan orang. HARGAILAH DIRIMU APA ADANYA!!!

15. JANGAN MEMPERTENTANGKAN (MEMPERDEBATKAN) hal hal kecil yang tidak berguna dengan siapapun juga.

16. Kunci sukses dlm hidup ini, selalu bersemangat, berusaha, disiplin, sabar, bekerja keras, rajin berdoa/shalat/dzikir, banyak berbuat baik serta tidak boleh berputus asa.

17. Jangan Menilai orang dari Harta(kekayaan), penampilan ataupun kondisi fisik. Semua orang itu SAMA!!!

.... Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah semua kebaikan ....

Barakallahufikum ....

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

 

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....

BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ....

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong