"Ruang lingkup seni"

25 February 2013 08:45:59 Dibaca : 6507

Seni adalah segala sesuatu atau suatu aktivitas yang berbaur dari segala keindahan.

#unsur-unsur dari seni:

- seni tari

- seni musik

- seni lukis

- seni teater

- seni rupa

* Seni musik adalah ungkapan atau gagasan yang dilakukan melalui alat musik.

* Seni tari adalah ungkapan atau gagasan yang eksotik yang dilakukan melalui gerak tubuh.

* seni drama adalah ungkapan atau gagasan yang eksotik yang dilakukan melalui aktris.

#Tujuan dari seni adalah untuk mempertunjukan atau mempertotonkan sesuatu.

# Manfaat seni

- menyembuhkan orang sakit

- menghibur orang stres

- sebagai hiburan

- media terapi

- media ritual (upacara)

"KARAKTERISTIK INDIVUDU"

25 February 2013 08:20:51 Dibaca : 814

karakteristik di mana setiap individu bisa merencanakan, mengatur dan juga bisa memanage waktu dalam kehidupan kita sehari-hari. seseorang tidak akan bisa sukses jika kita tidak bisa mengatur waktu dalam kehidupan kita dengan sebaik-baiknya dan kita juga tidak akan pernah sukses. apabila sesuatu hal yang akan kita kerjakan paastikan kita harus merencanakan terlebih dahulu apa yang akan kita lakukan atau yang kita kerjakan.

dalam diri kiita juga , kita harus memiliki sikap yang sabar dalam menyikapi sesuatu hal. kalau kita bisa menyikapinya maka kita akan bisa mencapai apa yang kita inginkan dan juga kita bisa sukses. memang menjadi orang sabar dan jujur itu sangatlah sussah, tetapi apabila kita mempunyai sebuah tekat yang baik pasti kita bisa.

apabila kita ingin sukses dan apa yang kita inginkan bisa tercapai maka kita harus pintar-pintar bisa memanage waktu,harus sabar,tidak sombong,saling berbagi,dan kita juga harus memiliki keinginan yang baik dan tidak lupa juga agama dan keyakinan kita masing-masing.

Asal muasal gunung Tangkuban perahu dan Sangkuriang adalah cerita rakyat dari nenek moyang, yang turun temurun hingga sekarang dan menjadi cerita rakyat yang cukup menarik. Cerita rakyat Sangkuriang dan gunung Tangkuban perahu berawal dari seorang raja bernama Sungging Perbangkara yang tengah pergi berburu ke di hutan. Ketika tengah berburu, Raja Sungging Perbangkara merasa ingin buang air kecil. Sang rajapun pergi kesemak-semak dan buang air kecil, dimana air seninya tertampung di selembar daun keladi. Alkisah, saat itu ada seekor babi betina yang tengah bertapa karena ingin menjadi manusia, ia bernama Wayung. Tanpa sengaja air seni raja Sungging Perbangkara diminum oleh Wayung yang pada akhirnya menyebabkan babi betina itu hamil karenanya. Hingga suatu ketika tiba saatnya Wayung melahirkan. Lahir seorang anak wanita yang cantik yang kelak bernama Dayang Sumbi atau Rarasati.

Cerita Rakyat Sangkuriang berawal dari Dayang Sumbi yang kian beranjak dewasa, kecantikan Dayang Sumbi semakin terlihat dan mulai menjadi rebutan di antara para raja kala itu. Karena Dayang Sumbi selalu menjadi rebutan, ia menjadi terganggu dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke hutan bersama seekor anjing peliharaannya yang bernama Tumang. Suatu ketika, diceritakan Dayang Sumbi tengah menjahit dan tanpa sengaja gulungan benang yang ia gunakan tiba-tiba terjatuh. Dayang Sumbi pun merasa malas mengambilnya, dan entah kenapa ia berucap bagi siapa yang dapat mengambilkan gulungan benang, jika ia laki-laki, maka ia akan dijadikan suaminya. Ternyata si Tumang, anjing peliharaannyalah yang akhirnya mengambilkan gulungan benang itu yang akhirnya menjadi suami Dayang Sumbi.

Dayang Sumbi menepati janjinya dan bersuamikan seekor anjing. Kemudian lahirlah Sangkuriang, anak Dayang Sumbi dan Tumang. Hari berganti hari Sangkuriang mulai tumbuh jadi anak lelaki yang pemberani. Setiap hari ia berburu binatang di hutan dan Sangkuriang selalu mengajak Tumang, anjing yang juga bapaknya itu. Ketika itu, Sangkuriang ingin berburu babi, dan kebetulan yang diburu adalah babi betina Wayung, yang tak lain ibunda Dayang Sumbi. Tumang pun menolak untuk mengejar babi itu, sehingga Sangkuriang menjadi marah. Dalam kemarahannya Sangkuriang langsung membunuh Tumang, anjing yang juga ayahnya sendiri. Hati si Tumang ia ambil dan ia serahkan pada ibunya untuk dimasak.

Dalam hati, Dayang Sumbi merasa aneh karena seharian tidak melihat Tumang yang tidak kunjung pulang. Ia bertanya kepada Sangkuriang dimana si Tumang, dan betapa kagetnya Dayang Sumbi ketika mendengar jawaban Sangkuriang, bahwa ia telah membunuh Tumang. Dayang Sumbi menjadi sangat marah dan dalam kemarahannya kepala Sangkuriang dipukul menggunakan centong nasi, hingga meninggalkan bekas luka di kepala Sangkuriang. Sangkuriang merasa kecewa dengan perlakuan ibunya hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah. Sangkuriang bersikukuh untuk pergi jauh dan tidak akan pernah kembali.

Waktu terus berjalan, hingga Sangkuriang kini tumbuh menjadi lelaki yang gagah dan tampan. Dalam kesendiriannya, Dayang Sumbi sangat mengharapkan Sangkuriang akan pulang kembali. Iapun mulai bertapa dan memohon kepada Dewa, ia ingin tetap cantik dan selalu muda hingga nanti. Suatu ketika saat Sangkuriang kembali ia masih mengenali Dayang Sumbi sebagai ibunya. Dewapun mengabulkan do'a Dayang Sumbi, walaupun usianya sudah tidak muda lagi, Dayang Sumbi masih terlihat cantik. Hingga suatu ketika, Sangkuriang bertemu dengan Dayang Sumbi, namun ia sudah tidak mengenali Dayang Sumbi sebagai ibunya, bahkan jatuh hati kepada Dayang Sumbi. Begitupun Dayang Sumbi, ia tak tahu bahwa lelaki tampan itu adalah Sangkuriang, mereka menjalin kasih. Ceritapun berlanjut, suatu hari Dayang Sumbi tengah membelai kepala Sangkuriang, dari situlah ia menemukan bekas luka karena pukulan yang dilakukan pada Sangkuriang beberapa tahun yang lalu. Akhirnya Dayang Sumbi pun tahu bahwa ia adalah Sangkuriang anak kandungnya.

Sangkuriang telah melamar Dayang Sumbi, hingga Dayang Sumbi bingung mencari cara agar pernikahan dengan Sangkuriang tak akan terjadi. Akhirnya, Dayang Sumbi mengajukan beberapa persyaratan yakni Sangkuriang harus mampu membuat danau dan perahu serta membendung sungai Citarum dalam waktu satu malam. Sangkuriang menyanggupi persyaratan ini, karena ia telah berguru dan menjadi remaja yang sakti mandraguna. Alhasil, Sangkuriang ternyata mampu memenuhi persyaratan yang diberikan Dayang Sumbi kepadanya. Saat semua pekerjaan hampir selesai, Dayang Sumbi bingung dan meminta petunjuk Dewa. Sang Dewa-pun memerintahkan agar Dayang Sumbi mengibaskan selendang yang dimilikinya dan secara ghaib matahari muncul di ufuk timur tanda pagi telah datang. Sangkuriang marah dan ia merasa gagal. Ia menendang perahu yang setengah jadi dengan sekuat tenaga dan terguling dalam keadaan tertelungkup hingga akhirnya muncul sebutan Tangkuban Parahu.

 

 

Sumber : Google.com_Cerita rakyat

"Legenda Asal Usul Padi"

20 February 2013 14:16:09 Dibaca : 2044

Nenek moyang kita dari daerah Jawa mempunyai legenda asal-usul padi Jawa yang unik. Kata yang empunya cerita, Dahulu kala di Kahyangan, Batara Guru yang menjadi penguasa tertinggi kerajaan langit, memerintahkan segenap dewa dan dewi untuk bergotong-royong, menyumbangkan tenaga untuk membangun istana baru di kahyangan. Siapapun yang tidak menaati perintah ini dianggap pemalas, dan akan dipotong tangan dan kakinya. Mendengar titah Batara Guru, Antaboga (Anta) sang dewa ular sangat cemas. Betapa tidak, ia samasekali tidak memiliki tangan dan kaki untuk bekerja. Jika harus dihukum pun, tinggal lehernyalah yang dapat dipotong, dan itu berarti kematian. Anta sangat ketakutan, kemudian ia meminta nasihat Batara Narada, saudara Batara Guru, mengenai masalah yang dihadapinya. Tetapi sayang sekali, Batara Narada pun bingung dan tak dapat menemukan cara untuk membantu sang dewa ular. Putus asa, Dewa Anta pun menangis terdesu-sedu meratapi betapa buruk nasibnya.

Akan tetapi ketika tetes air mata Anta jatuh ke tanah, dengan ajaib tiga tetes air mata berubah menjadi mustika yang berkilau-kilau bagai permata. Butiran itu sesungguhnya adalah telur yang memiliki cangkang yang indah. Barata Narada menyarankan agar butiran mustika itu dipersembahkan kepada Batara Guru sebagai bentuk permohonan agar beliau memahami dan mengampuni kekurangan Anta yang tidak dapat ikut bekerja membangun istana.

Dengan mengulum tiga butir telur mustika dalam mulutnya, Anta pun berangkat menuju istana Batara Guru. Di tengah perjalanan Anta bertemu dengan seekor burung gagak yang kemudian menyapa Anta dan menanyakan kemana ia hendak pergi. Karena mulutnya penuh berisi telur Anta hanya diam tak dapat menjawab pertanyaan si burung gagak. Sang gagak mengira Anta sombong sehingga ia amat tersinggung dan marah. Burung hitam itu pun menyerang Anta yang panik, ketakutan, dan kebingungan. Akibatnya sebutir telur mustika itu pecah. Anta segera bersembunyi di balik semak-semak menunggu gagak pergi. Tetapi sang gagak tetap menunggu hingga Anta keluar dari rerumputan dan kembali mencakar Anta. Telur kedua pun pecah, Anta segera melata beringsut lari ketakutan menyelamatkan diri, kini hanya tersisa sebutir telur mustika yang selamat, utuh dan tidak pecah.

Akhirnya Anta tiba di istana Batara Guru dan segera mempersembahkan telur mustika itu kepada sang penguasa kahyangan. Batara Guru dengan senang hati menerima persembahan mustika itu. Akan tetapi setelah mengetahui mustika itu adalah telur ajaib, Batara Guru memerintahkan Anta untuk mengerami telur itu hingga menetas. Setelah sekian lama Anta mengerami telur itu, maka telur itu pun menetas. Akan tetapi secara ajaib yang keluar dari telur itu adalah seorang bayi perempuan yang sangat cantik, lucu, dan menggemaskan. Bayi perempuan itu segera diangkat anak oleh Batara Guru dan permaisurinya.

Nyi Pohaci Sanghyang Sri adalah nama yang diberikan kepada putri itu. Seiring waktu berlalu, Nyi Pohaci tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik luar biasa. Seorang putri yang baik hati, lemah lembut, halus tutur kata, luhur budi bahasa, memikat semua insan. Setiap mata yang memandangnya, dewa maupun manusia, segera jatuh hati pada sang dewi. Akibat kecantikan yang mengalahkan semua bidadari dan para dewi khayangan, Batara Guru sendiri pun terpikat kepada anak angkatnya itu. Diam-diam Batara guru menyimpan hasrat untuk mempersunting Nyi Pohaci. Melihat gelagat Batara Guru itu, para dewa menjadi khawatir jika dibiarkan maka skandal ini akan merusak keselarasan di kahyangan. Maka para dewa pun berunding mengatur siasat untuk memisahkan Batara Guru dan Nyi Pohaci Sanghyang Sri.

Untuk melindungi kesucian Nyi Pohaci, sekaligus menjaga keselarasan rumah tangga sang penguasa kahyangan, para dewata sepakat bahwa tak ada jalan lain selain harus membunuh Nyi Pohaci. Para dewa mengumpulkan segala macam racun berbisa paling mematikan dan segera membubuhkannya pada minuman sang putri. Nyi Pohaci segera mati keracunan, para dewa pun panik dan ketakutan karena telah melakukan dosa besar membunuh gadis suci tak berdosa. Segera jenazah sang dewi dibawa turun ke bumi dan dikuburkan ditempat yang jauh dan tersembunyi.

Lenyapnya Dewi Sri dari kahyangan membuat Batara Guru, Anta, dan segenap dewata pun berduka. Akan tetapi sesuatu yang ajaib terjadi, karena kesucian dan kebaikan budi sang dewi, maka dari dalam kuburannya muncul beraneka tumbuhan yang sangat berguna bagi umat manusia. Dari kepalanya muncul pohon kelapa; dari hidung, bibir, dan telinganya muncul berbagai tanaman rempah-rempah wangi dan sayur-mayur; dari rambutnya tumbuh rerumputan dan berbagai bunga yang cantik dan harum; dari payudaranya tumbuh buah buahan yang ranum dan manis; dari lengan dan tangannya tumbuh pohon jati, cendana, dan berbagai pohon kayu yang bermanfaat; dari alat kelaminnya muncul pohon aren atau enau bersadap nira manis; dari pahanya tumbuh berbagai jenis tanaman bambu, dan dari kakinya mucul berbagai tanaman umbi-umbian dan ketela; akhirnya dari pusaranya muncullah tanaman padi, bahan pangan yang paling berguna bagi manusia.

Versi lain menyebutkan padi berberas putih muncul dari mata kanannya, sedangkan padi berberas merah dari mata kirinya. Singkatnya, semua tanaman berguna bagi manusia berasal dari tubuh Dewi Sri Pohaci. Sejak saat itu umat manusia di pulau Jawa memuja, memuliakan, dan mencintai sang dewi baik hati, yang dengan pengorbanannya yang luhur telah memberikan berkah kebaikan alam, kesuburan, dan ketersediaan pangan bagi manusia. Pada sistem kepercayaan Kerajaan Sunda kuna, Nyi Pohaci Sanghyang Sri dianggap sebagai dewi tertinggi dan terpenting bagi masyarakat agraris.

Ritual dan Adat

Meskipun kini orang Indonesia kebanyakan adalah muslim atau beragama hindu, sifat dasarnya tetap bernuansa animisme dan dinamisme. Kepercayaan lokal seperti Kejawen dan Sunda Wiwitan tetap berakar kuat dan pemuliaan terhadap Dewi Sri terus berlangsung bersamaan dengan pengaruh Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen. Beberapa kraton di Indonesia, seperti kraton di Cirebon, Ubud, Surakarta, dan Yogyakarta tetap membudayakan tradisi ini. Sebagai contoh upacara slametan atau syukuran panen di Jawa disebut Sekaten atau Grebeg Mulud yang juga berbarengan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad.

 

 

Sumber : Google.com_cerita rakyat

"Tembang cinta yang tertunda"

20 February 2013 14:09:49 Dibaca : 921

Aku sudah menyiapkan cincin untukmu sembilan belas tahun yang lalu," gumam Tristan sambil menahan emosinya. "Setiap tahun selama empat tahun berturut-turut aku membawa cincin itu ke Zermatt. Ketika kamu tidak muncul juga, kutukar cincin itu dengan cincin kimpoi istriku. Tapi bahkan ketika sedang memakaikan cincin itu di jarinya, aku masih membayangkan dirimu."

Dua puluh tahun yang lalu, Valerina dan Tristan mengikrarkan janji untuk bertemu kembali setahun kemudian di Zermatt.Tetapi ketika kembali ke Jakarta, Valerina tidak dapat menepati janjinya. Dia malah menikah dengan Aryanto dan dikaruniai dua orang anak.

Dua puluh tahun kemudian, ketika suaminya mengkhianatinya, Valerina kembali ke Zermatt untuk menyembuhkan sakit hatinya. Di sana dia bertemu kembali dengan Tristan, yang berhasil mengembalikan kepercayaan dirinya. Dan mereka melanjutkan tembang mereka yang tertunda.Sayangnya, ketika kebahagiaan sudah mengintai di depan mata, sebuah bencana yang mengerikan menanti Valerina di Jakarta. Ternyata noda hitam dari masa lalunya masih meninggalkan bekas.

 

Oleh : Ary Nanda

Sumber : Google.com_Novel

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong