memperbaiki langkah produk ekspor pertanian indonesia

19 February 2013 14:56:09 Dibaca : 1092 Kategori : materi

           Dari sekian banyak produk primer hasil pertanian yang kita hasilkan, ternyata baru sedikit
saja yang kita olah. Dari data yang ada, kita dapat menyaksikan bahwa sebagian besar produk hasil pertanian kita masih diekspor dalam bentuk produk primer, seperti misalnya ubi kayu dalam bentuk gaplek, udang dan ikan segar, kopi biji, kakao biji, karet remah (crumb rubber), minyak sawit kasar (crude palm oil), mete glondong dan sebagainya. Padahal kita tahu bahwa kita dapat memperoleh nilai tambah dari produk tersebut bila kita olah menjadi produk hilir.

          Di samping itu, sebagaimana telah diungkapkan, harga riil produk olahan relatif lebih stabil dan bahkan cenderung meningkat. Oleh karena itu, product development adalah hal yang sangat penting guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian. Upaya pengembangan pasar ekspor untuk produk pertanian dan olahannya dengan adanya globalisasi yang membawa persaingan yang semakin ketat karena akan semakin banyak new players (pemain baru) yang muncul sebagai akibat dari meningkatnya peluang pasar dan akses pasar.

      Dengan demikian pada era globalisasi ini suatu bangsa yang maju dan berkembang tampaknya merupakan suatu bangsa yang memiliki daya adaptasi yang kuat terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi melalui suatu proses pembelajaran (learning), yaitu proses perubahan perilaku yang permanen, yang dilandasi oleh adopsi atau asimilasi pengetahuan baru yang terus berkembang dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Menurut Boulding bahwa kemajuan peradaban umat manusia sebagaimana kita saksikan hari ini adalah hasil dari revolusi noogenelik, yaitu replikasi informasi dan pengetahuan yang sangat cepat sebagai landasan proses pembelajaran individu atau kelompok dalam masyarakat.

          Apabila replikasi informasi dan proses learning itu sebagai landasan kemajuan suatu
bangsa, yang tentunya juga menimpakan landasan kemajuan pertanian, maka yang menjadi pertanyaan utama adalah institusi pertanian seperti apa yang akan menciptakan iklim yang kondusif untuk berlangsungnya proses kreativitas dan inovasi serta proses pembelajaran yang kuat di bidang pertanian, sehingga kualitas produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan negara lainnya.

         Menurut Elfian Hilmi sedikitnya ada tiga langkah besar untuk meningkatkan nilai tambah dan kualiatas daya saing produk ekspor pertanian Indonesia.

Pertama, meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dan kelembagaan petani. Hal ini mutlak dilakukan karena petani sangat rentan terkena dampak dari perdagangan bebas saat ini. Keterbukaan akses informasi, pengembangan inovasi dan IPTEK serta perluasan jaringan pemasaran untuk petani pun masih sangat diperlukan.

Kedua, memperbaiki kerangka hukum dan kerangka kebijakan. Sinkronisasi kebijakan ini dilakukan agar kementerian yang ada tidak berjalan sendiri-sendiri. Perlu ada sinkronisasi kebijakan pengembangan komoditas unggulan di bidang pertanian. Selain itu, juga perlu belajar
dan menimbang kebijaksanaan dari negara lain. Ketiga, perbaikan infrastruktur dan perbaikan rantai pasok (supply chain management). Sebab, hingga kini belum ada rantai pasok yang stabil dan bisa menjamin kepastian ketersediaan barang. Dengan demikian produk-produk pertanian
Indonesia diharapkan mampu bersaing dengan produk-produk dari negara lain.

         Dengan demikian kita harus belajar dari negara lain agar kualitas ekspor kita bisa bersaing di pasar internasional. Apa lagi negara kita memiliki produk-produk hortikultura dan
perkebunan dalam negeri tenyata memiliki potensi yang sangat besar, dan butuh penanganan yang serius dari segi kualitas mutu sehingga mampu bersaing di pasar dunia. Sudah banyak produk komoditi olahan pertanian yang beredar dari luar.

     Kita tidak perlu berkecil hati, dengan memanfaatkan produk hasil pertanian kita yang berlimpah menjadikannya sebagai product development, baik untuk konsumsi lokal maupun untuk pasar internasional. Bukan hal yang aneh dan baru jika saat ini kita belajar dari negara lain membuat apel, salak, pepaya atau nenas yang bisa diolah menjadi keripik. Bukan sesuatu yang mustahil jika kita belajar dari negara lain menjadikan mangga gedong, manggis mampu diekspor ke China. Dan bukan hal yang luar biasa, jika kopi Indonesia Gayo Arabica sangat fenomenal di pasar kopi dunia, bila semuanya dikemas dalam kemasan yang baik dan sesuai. Di sinilah peran semua pemangku kepentingan untuk menciptakan produk pertanian yang berkualitas ekspor dan daya saing tinggi.

by ;Dr.Ir saputra M.si