Artikel Psikologi Umum

04 December 2014 11:07:47 Dibaca : 6149

Artikel Psikologi Umum
Judul : Mengenal Psikologi Manusia Secara Umum
Oleh : Ahmad Sapriyanto D. Manangin
Nim : 111414070
Kelas : I B
Jurusan : Bimbingan Dan Konseling

Pendahuluan
Salah satu naluri diri manusia,adalah rasa ingi tahu. Manusia didalam perjalanan hidupnya selelalu mencoba dan berusaha mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya,orang-orang disekitarnya serta benda-benda yang ada disekelilingnya dan adanya hubungan antara sesuatu situasi dengan situasi yang lain, antara peristiwa satu dengan peristiwa lainnya, dan sebagainya.
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya(Sarlito,1976).pengertian ini nampaknya sesuai dengan pengertian yang dinyatakan oleh wonderworth(1957).
Sebagai ilmu pngetahuan yang bersifat empiris, psikologi usianya masih muda. Psikologi dapat juga dianggap sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan pemahaman dari kehidupanorganism (Crow and Crow, 1963).
Di dalam psikologi juga ada beberapa yang harus kita pelajari dan pahami agar kita lebih bisa menguasai tentang Psikologi, diantara lain yaitu, dasar-dasar Biologis perilaku,perkembangan individu,Persepsi,emosi,berpikir,belajar,Intelegensi dan kepribadian. Ini sangat penting dalam mempelajari psikologi, karena ini semua menyangkut tentang manusia dan bagaimana manusia itu bisa mempelajari tentang dirinya sendiri, karena manusia itu adalah seperti misteri,karena semakin dipelajari maka semakin mengundang kinginan-keinginan yang menggebu,dan semakin banyak sisi gelap tak terungkapkan. Karena manusia sifatnya ingin mencari tahu.

Pembahasan
DASAR-DASAR BIOLOGIS PERILAKU
Tinjauan terhadap perilaku
Pada umumnya, perilaku dapat ditinjau secara sosial, yaitu pengaruh hubungan antara organisme dengan lingkungannya terhadap perilaku; intrapsikis, yaitu proses dan dinamika mental/ psikologis yang mendasari prilaku; serta biologis yaitu proses-proses dan dinamika yang syaraf faali ( neural-fisiologis ) yang ada dibalik suatu prilaku. Ketiga tinjauan ini sama pentingnya dan mendapat perhatian yang sama besarnya.
Sistem Saraf
Setiap implus saraf akan berhubungan dengan sistem saraf, yang terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar. Sistem saraf sadar, yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang dilakukan secara sadar atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak. Sistem saraf tak sadar, berdasarkan sifat kerjanya saraf tak sadar dibedakan menjadi dua, yaitu:saraf simpatik dan parasimpatik
Beberapa urat saraf dari saraf tepi bersatu membentuk jaring-jaring urat saraf atau pleksus. Macam pleksus cervicalis (di leher, memperngaruhi bagian leher,bahu,dan diagfragma),pleksus brachialis (mempengaruhi tangan), pleksus jumbo sakralis (mempengaruhi pinggul dan kaki). Saraf cranial kebanyakan saraf sadar,kecuali nervus vagus yang merupakan saraf otonom. Saraf otonom berasal dari otak ataupun sumsum tulang belakang menuju ke arah organ tertentu.
PERKEMBANGAN INDIVIDU
Perkembangan Kognitif,Psikososial,dan moral
Perkembangan Kognitif oleh Piaget dibagi menjadi empat fase,yaitu:
a. Fase sensorimotor (0-2 tahun). Pada fase ini anak memperoleh pengetahuan melalui aktivitas motorik (memegang,meraba,merasakan). Anak membangun pemahaman terhadap lingkungannya dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris(missal melihat,mendengar) dengan gerakan (motorik).
b. Fase Pre-Operational (2 tahun-6 tahun). Pada fase ini anak belum mampu melakukan “operasi” untuk menggambarkan tindakan mental misal menjelaskan dengan kata-kata atau gambar. Anak juga masih berpikir didasarkan pada persepsinya dan cara berpikir anak masih egosentris,selain itu anak belum mengenal konsep Invariance benda (invariance=sesuatu yang tetap) dan belum mampu melakukan penalaran secara rasional.
c. Fase Concrete Operational ( 7 tahun-11 tahun). Pada fase ini anak dapat melakukan “operasi” dan penalaran yang logis menggantikan pikiran intutif asalkan penalaran dapat diterapkan pada contoh yang konkret. Pada tahap ini, pemikiran anak ditandai dengan prinsip konservasi; suatu benda tetap sama meskipun ditransformasikan dengan cara yang berbeda.
d. Fase Formal Operasional (12 tahun-dan seterusnya). Cirri-ciri fase ini adalah anak sudah bisa berpikir secara abstrak tanpa melihat situasi konkret. Anak mampu menghadapi persoalan-persoalan yang sifatnya hipotetis. Anak sudah dapat membuat dugaan-dugaan penyebab suatu kejadian.

Perkembangan psikososial

Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama teman-teman sebayanya. Aktivitas bermain bagi sesorang anak memiliki peranan yang cukup besar dalam mengembangkan kecakapan sosialnya sebelum anak mulai bermain.

Perkembangan Moral

Tahap perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya morel seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moral yang diungkapkan. Teori perkembangan moral (Kohlberg) berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif.

PERSEPSI,EMOSI,BERPIKIR DAN BELAJAR
Emosi
Motif dan emosi sering dibicarakan terpisah, namun sebenarnya motif dan emosi erat kaitannya dan satu nama lain. Suatu tingkah laku yang bermotif, sedikit banyak akan disertai emosi. Segala sesuatu yang dilakukan seseorang hampir selalu disertai emosi. Sebaliknya emosi yang diharapkan dapat pula menimbulkan motif. Perasaan senang didapat karena makan, dapat mendorong individu untuk mencari makanan, sungguhpun ia tidak lapar.
Berfikir
Salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan mahkluk lain, ialah keunggulan dalam berfikir. Berfikir merupakan fungsi jiwa yang sudah aktif, kalau fungsi ini baru siap aktif atau masih pasif biasanya disebut pemikiran. Menurut psikologis, pemikiran merupakan salah satu fungsi jiwa ketinggian fungsi atau kemampuan mental inilah sehingga manusia dapat mencapai kebudayaan yang tinggi pula, selalu berkembang dan tumbuh dalam proses kemajuannya.
Belajar
Istilah belajar digunakan oleh para pasikolog sebagai kata yang menunjukan adanya beberapa perubahan dalam tingkah laku yang dihasilkan oleh latihan atau beberapa macam pengalaman atau interaksi dengan lingkungannya.
Belajar menurut Sarwono (1976), adalah suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atau situasi (atau rangsangan) yang terjadi. Maka kalau disimpulkan belajar itu, menurut pendapat Suryabrata(1970), mempunyai cirri-ciri sebgai berikut:
a. Belajar adalah suatu proses aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri pelajar
b. Perubahan itu pada pokoknya didapatkannya pengetahuan dan atau keterampilan baru.
c. Perubahan itu tejadi karena adanya usaha yang disengaja.
d. Perubahan itu mempunyai sifat relatif konstan (tetap).
Morgan, dkk (1984) memberikan definisi mengenai belajar “Learning can be defined as any relatively permanent change in behavior which occurs as a result of practice or experience”. Hal yang muncul dalam definisi ini ialah bahwa perubahan perilaku atau performance itu relatif permanen. di samping itu juga dikemukakan bahwa perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan(Practice) atau karena pengaaman (experience).
Teori-teori Emosi
• Teori James-Lange
Emosi yang dirasakan adalah persepsi tentang perubahan tubuh. Salah satu dari teori paling awal dalam emosi dengan ringkas dinyatakan oleh Psikolog Amerika William James: “Kita merasa sedih karena kita menangis, marah karena kita menyerang, takut karena kita gemetar”.
Teori ini dinyatakan di akhir abad ke-19 oleh James dan psikolog Eropa yaitu Carl Lange, yang membelokkan gagasan umum tentang emosi dari dalam ke luar. Diusulkan serangkaian kejadian dalam keadaan emosi:
1. kita menerima situasi yang akan menghasilkan emosi,
2. kita bereaksi ke situasi tersebut,
3. kita memperhatikan reaksi kita.
Persepsi kita terhadap reaksi itu adalah dasar untuk emosi yang kita alami. Sehingga pengalaman emosi – emosi yang dirasakan – terjadi setelah perubahan tubuh; perubahan tubuh (perubahan internal dalam sistem syaraf otomatis atau gerakan dari tubuh) memunculkan pengalaman emosional.
Agar teori ini berfungsi, harus ada suatu perbedaan antara perubahan internal dan eksternal tubuh untuk setiap emosi, dan individu harus dapat menerima mereka. Di samping ada bukti perbedaan pola respon tubuh dalam emosi tertentu, khususnya dalam emosi yang lebih halus dan kurang intens, persepsi kita terhadap perubahan internal tidak terlalu teliti.
• Teori Cannon-Bard
Emosi yang dirasakan dan respon tubuh adalah kejadian yang berdiri sendiri-sendiri. Di tahun I920-an, teori lain tentang hubungan antara keadaan tubuh dan emosi yang dirasakan diajukan oleh Walter Cannon, berdasarkan pendekatan pada riset emosi yang dilakukan oleh Philip Bard. Teori Cannon-Bard menyatakan bahwa emosi yang dirasakan dan reaksi tubuh dalam emosi tidak tergantung satu sarna lain, keduanya dicetuskan secara bergantian. Menurut teori ini, kita pertama kali menerima emosi potensial yang dihasilkan dari dunia luar; kemudian daerah otak yang lebih rendah, seperti hipothalamus diaktifkan. Otak yang lebih rendah ini kemudian mengirim output dalam dua arah:
1. ke organ-organ tubuh dalam dan otot-otot eksternal untuk menghasilkan ekspresi emosi tubuh,
2. ke korteks cerebral, dimana pola buangan dari daerah otak lebih rendah diterima sebagai emosi yang dirasakan.
Kebalikan dengan teori James-Lange, teori ini menyatakan bahwa reaksi tubuh dan emosi yang dirasakan berdiri sendiri-sendiri dalam arti reaksi tubuh tidak berdasarkan pada emosi yang dirasakan karena meskipun kita tahu bahwa hipothalamus dan daerah otak di bagian lebih bawah terlibat dalam ekspresi emosi, tetapi kita tetap masih tidak yakin apakah persepsi tentang kegiatan otak lebih bawah ini adalah dasar dari emosi yang dirasakan.
• Teori Kognitif tentang Emosi
Teori ini memandang bahwa emosi merupakan interpretasi kognitif dari rangsangan emosional (baik dari luar atau dalam tubuh). Teori ini dikembangkan oleh Magda Arnold (1960), Albert Ellis (1962), dan Stanley Schachter dan Jerome Singer (1962). Berdasarkan teori ini, proses interpretasi kognitif dalam emosi terbagi dalam dua langkah:
I. Interpretasi stimuli dari lingkungan
Interpretasi pada stimulus, bukan stimulus itu sendiri, menyebabkan reaksi emosional. Contohnya, jika suatu hari kamu menerima kado dari Wini dimana Wini adalah musuh besarmu, maka kamu akan merasa takut atau bisa mengganggap bahwa kado tersebut berbahaya. Tetapi akan berbeda ceritanya bila Wini adalah seorang teman karibmu, maka kamu akan dengan senang hati menerima dan membuka kado tersebut tanpa curiga. Jadi dalam teori kognitifpada emosi, informasi dari stimulus berangkat pertama kali ke cerebral cortex, dimana akan diinterpretasi pada pengalaman masa kini dan lamapau. Lalu pesan tersebut dikirim ke limbyc system dan sistem saraf otonom yang kemudian akan menghasilkan arousl secara fisiologis.
II. Interpretasi stimuli dari tubuh yang dihasilkan dari arousal saraf otonom
Langkah kedua dalam teori kognitif pada emosi yaitu interpretasi stimulus dari dalam tubuh yang merupakan hasil dari arousal otonom. Teori kognitif menyerupai teori James-Lange teori menekankan pentingnya stimuli internal tubuh dalam mengalami emosi, tetapi sebenarnya itu berlanjut ke interpretasi kognitif dari stimuli, dimana hal tersebut lebih penting dari pada stimuli internal itu sendiri.

INTELIGENSI
Definisi Inteligensi
Berbicara tentang inteligensi biasanya memang dikaitkan dengan kemampuan untuk pemecahan masalah, kemampuan untuk belajar, ataupun kemampuan untuk berpikir abstrak. Perkataan Inteligensi dari kata Intellegere yang berarti mengorganisirkan, meghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lain (to organize, to relate, to bind together). Istilah inteligensi kadang-kadang atau justru sering memberikan pengertian yang salah, yang memandang inteligensi sebagai kemampuan yang mengandung kemampaun tunggal, padahal menurut para ahli inteligensi mengandung bermacam-macam kemampuan.
Inteligensi lebih bersangkutan dengan kemampuan potensial daripada kemampuan akutil. Inteligensi bukan kepandaian, karena kepandaian mengandung arti juga kesempatan untuk mendapat latihan-latihan. Inteligensi juga bukan pengetahuan. Walaupun demikian, inteligensi sedikit banyak juga tergantung pada ilmu pengetahuan.
Jadi istilah inteligensi menurut para ahli diantaranya menurut Wachseler(1985) merumuskan inteligensi sebagai “keseluruhan kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif.
KEPRIBADIAN
Pengertian Kepribadian
Di dalam psikologi persoalan kepribadian terlepas dari persoalan-persoalan norma-norma/nilai dalam masyarakat. Psikologi tidak menilai tingkah laku baik atau buruk, atau buruk, atau salah satu benar dalam kaitannya dengan norma masyarakat. Psikologi mempelajari tingkah laku sebagaimana apa adanya. Sering pula terdengar disebut-sebutnya istilah ‘Kepribadian Nasional’ yang kurang lebih artinya, ialah sifat-sifat khas yang baik yang ada pada bangsa tertentu. Terlepas dari persoalan dapat tidaknya kepribadian nasional itu ditentuka, sebenarnya psikologi itu sendiri tidak banyak mempersoalkannya, karena :
1. Kepribadian Nasional menyangkut norma nilai masyarakat.
2. Pusat perhatian psikologi terutama mempelajari individu sebagai kebulatan.
Berdasarkan para pakar psikologi, tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan tentang kepribadian. Dalam suatu penulisan kepustakaan yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan suatu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap.
IMPLEMENTASI TERHADAP PELAYANAN BIBINGAN DAN KONSELING
Impelemntasinya terhadap pelayanan bimbingan dan konseling sangat berpengaruh karena psikologi secara umum sangat banyak mempelajari tentang manusia, bgaimana manusia itu berkembang secara fisik maupun psikis. Di psikologi banyak cara mengetahui kepribadian seseorang, emosi, dll, dan itu sangat berpengaruh terhadap pelayanan Bimbingan dan Konseling. Karena dalam melakukan pelayanan bimbingan dan konseling, kita sebagai konselor atau guru BK harus bisa mengatasi masalah yang dialami oleh Klien Atau Siswa, dengan mempelajari Psikologi kita juga bisa mengetahui apa yang sedang dialami Klien Atau Siswa yaitu tentang tingkah laku dari Klien/siswa tersebut. Hal ini sangat penting karena bidang garapan Konseling adalah tingkah laku klien atau siswa,yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan apabila ia hendak mengatasi masaah-masalah yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya.
Untuk keperluan konseling sejumlah bidang kajian dalam psikologi perlu dikuasai, yaitu seperti motif dan motivasi,pembawaan dasar dan lingkungan,perkembangan individu,belajar,balikan dan penguatan dan kepribadian.
PENUTUP
Kesimpulan
Psikologi adalah ilmu tentang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubunganya dengan lingkungannya. Psikologi sebagai Ilmu yang erat sekali hubunganya dengan kehidupan manusia, semakin punya andil, peran dan perlu selalu diperkenalkan,dikembangkan,disebarluaskan,serta dipraktekan. Kemudian perkembangan adalah perubahan yang teratur,sistematis,dan terorganisir yang mempunyai tujuan tertentu.
Pelayanan terhadap pelayanan bimbingan dan konseling dalam bidang psikologi harus dikuasai, seperti : motif dan motivasi,pembawaan dasar dan lingkungan,perkembangan individu,belajar,balikan dan penguatan dan kepribadian.

DAFTAR PUSTAKA
Hebb,Donald Olding, 1968. Psikologi Surabaya-Indonesia: Usana Offset Printing.
Khairani,Makmun,2013. Psikologi umum. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Prayitno. 2004. Buku seri layanan Konseling. Padang. Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan
Sumanto,2014. Psikologi umum Yogyakarta: PT. Buku Seru.
Yusuf Syamsu dan M.Sugandhi Nani,2012 – 2013. Perkembangan peserta didik. Jakarta :PT.RajaGrafindo persada.
Sumber Lain :
http://bahruelz.blogspot.sg/2012/05/dasar-dasar-biologis-perilaku.html
Www.Google.com

 

Hati-hati ada akun pejabat yang di hack

04 December 2014 11:05:13 Dibaca : 93

Kotamobagu, BT – Warga Kotambagu khususnya yang memiliki akun facebook, dan mempunyai pertemanan di social media itu, dengan beberapa pejabat, rupanya harus hati-hati. Pasalnya, ada beberapa akun facebook pejabat itu, yang belakangan di hack (diambil alih/diblokir) oleh oknum tidak bertanggung jawab, dan kemudian digunakan untuk melakukan hal-hal yang negate.

Rabu (03/12/2014) sore tadi, salah satu akun facebook yang diketahui merupakan mantan pejabat di Kotamobagu, disinyalir kuat telah diblokir, dan digunakan oleh orang tak bertanggung jawab.

Kru redaksi beritatotabuan.com, nyaris jadi korban. Hal itu menyusul percakapan yang dilakukan aleh akun facebook milik pejabat itu, yang secara tiba-tiba, masuk ke inbox pesan, seraya meminta tolong.

“Bisa minta tolong?,” ujar akun facebook itu.

Menariknya, setelah ditanya apa yang bisa dibantu, diluar dugaan, akun facebook tersebut meminta untuk dikirimkan pulsa.

“Bisa belikan aku pulsa, nanti aku ganti uangnya,” tambah akun dengan inisial AZM itu.

Sayangnya, saat ditanya soal berapa besaran pulsa yang diminta, serta di nomor mana akan dikirimkan pulsa tersebut, akun facebook itu hingga berita ini diturunkan belum juga menjawab. (jun)