RUANG LINGKUP MANAJEMEN HUBUNGAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT

04 June 2021 14:12:59 Dibaca : 3100

2.1  Pengertian Manajemen

Definisi manajemen menurut James A.F. Stoner dalam bukunya yang berjudul Management adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

2.2  Pengertian Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat

Secara etimologis, hubungan sekolah dan masyarakat diterjemahkan dari perkataan bahasa inggris “Public School Relation”  yang berarti hubungan sekolah dan masyarakat adalah sebagai hubungan timbale balik antara organisasi (sekolah) dengan masyarakat/lingkungan yang terkait.

Hubungan sekolah dan masyarakat didefinisikan sebagai proses komunikasi antara sekolah masyarakat untuk berusaha menanamkan pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan karya pendidikan serta pendorong minat dan tanggung jawab masyarakat dalam usaha memajukan sekolah.

 

2.3  Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat (Husemas)

Tujuan husemas dimaksudkan untuk menciptakan hubungan seklah secara harmonis, meningkatkan kemajuan pendidikan disekolah dan memberi manfaat masyarakat akan kemajuan sekolah.

Menurut Elsbree seperti yang dikutip Tim  jurusan Administrasi Pendidikan (2003:52) mengemukakan tujuan-tujuan husemas yaitu sebagai berikut, yaitu :

1.      Meningkatkan kualitas belajar dan pertumbuhan anak

Makin maju konsep-konsep pendidikan menunjukkan kepada para pendidik, terutama guru-guru disekolah, agar pendidikan dan pengajaran tidak lagi subject matter centered, tetapi hendaknya community life centered, tidak lagi berpusat pada buku tetapi berorientasi pada kebutuhan kehidupan dimasyarakat. Konsep  pendidikan yang demikian mengandung implikasi yang berhubungan dengan masyarakat, seperti :

a.      Personel sekolah, terutama guru , perlu mengetahui benar-benar masyarakat lingkungan hidup anak-anak sangat penting bagi program pendidikan.

b.      Kepala sekolah dan guru hendaknya selalu berusaha untuk bekerjasama dan memanfaatkan sumber-sumber di masyarakat yang diperlukan untuk memperkaya program sekolah.

c.       Sekolah hendaknya dapat bekerjasama dengan instansi-instansi lain dimasyarakat yang mempunyai tugas dan kepentingan yang sama terhadap pendidikan.

d.     Guru-guru hendaknya selalu mengikuti perkembangan masyarakat dan selalu siap memahami dan mengkaji sumber-sumber masyarakat  yang dapat dimasukan kedalam rencana pengembangan pendidikan.

2.      Meningkatkan  pemahaman masyarakat akan pentingnya pendidikan dan meningkatkan kualitas  kehidupan masyarakat. Didalam masyarakat yang demokratis, seyogyanya dapat menjadikan dirinya sebagai pelopor dan pusat perkembangan bagi perubahan masyarakat disemua bidang kehidupan masyarakat

3.      Mengembangkan antusiasme/semangat saling bantu antara sekolah dengan masyarakat demi kemajuan keduabelah pihak.

4.    Meningkatkan kualitas pembeljaran dan pertumbuhan peserta didik.

5.    Berperan dalam memahami kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

6.    Mengembangkan program-program sekolah ke arah yang lebih maju.

7.    Mampu menumbuhkan kreatifitas serta dinamika kedua belah  pihak,sehingga hubungan dapat bersifat aktif dan dinamis.

 

2.4 Prinsip-prinsip Hubungan Sekolah dan Masyarakat

       Ada  sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan dalam rangka mengembangkan program hubungan sekolah dan masyarakat yaitu :

1.    Keterpaduan (intergrating), yaitu keterkaitan antara kepala sekolah, masyarakat dan keluarga yang merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dengan yang lain.

2.    Berkesinambungan (contiinuiting), yaitu suatu proses yang berkembang terus-menerus. Sekolah seharusnya memberi informasi terus-menerus, dan sebaliknya, masyarakat ikut membantu sekolah melalui pembentukan public-opinion agar image masyarakat tetap baik terhadap sekolah.

3.    Menyeluruh (coverage), yaitu bahwa penyajian fakta-fakta kepada masyarakat itu menyeluruh seluruh aspek. Jadi, semua aspek hidup sekolah diperhatikan mulai dari kehidupan keagamaan sampai pada kehidupan ekonomi. Untuk itu, setiap kegiatan sekolah dapat dijelaskan melalui media massa, surat kabar sekolah, laporan berkala dan sebagainya.

4.    Sederhana (symplicity), yaitu bahwa informasi yang diberikan secara sederhana. Informasi itu dengan kata-kata yang mudah dimengerti dan dengan rasa persahabatan. Jadi, yang penting ialah jelas, menimbulkan rasa suka, mudah dimengerti.

5.    Konstruktif (constructiveness), yaitu bahwa informasi itu dapat membentuk pendapat umum yang positif terhadap sekolah.

6.    Kesesuaian (adaptability), yaitu hendaknya program sekolah itu memperhatikan dan menyesuaikan dengan masyarakat sekitarnya.

7.    Luwes (flexibility), yaitu program yang sewaktu-waktu mampu menerima perubahan yang terjadi. (Sahertian, 1994: 237-238).

Mengingat humas dalam manajemen LPI ini harus dilandasi dengan nilai-nilai keislaman, maka ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, di samping yang sudah dijelaskan di atas, yaitu:

1.         Prinsip kemanfaatan, yaitu informasi yang diberikan LPI seharusnya yang mengandung nilai manfaat, bukan sekedar propaganda.

2.         Prinsip kejujuran, yang dimaksud dengan kejujuran adalah informasi yang diberikan LPI kepada masyarakat seharusnya apa adanya tidak mengandung unsur kebohongan yang dibungkus dalam wujud promosi atau propaganda.

3.         Prinsip kehalalan/keridhaan. Bahwa informasi yang disampaikan LPI kepada masyarakat tidak ada unsur memaksa atau merugikan di antara salah satu pihak.                                                             

 

2.4 Teknik Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Fachrudi menjelaskan  teknik hubungan sekolah dengan masyarakat yaitu :

a)       Laporan kepada orang tua.

Teknik ini maksudnya adalah pihak sekolah memberikan laporan pada orang tua murid tentang kemajuan-kemajuan, prestasi dan kelemahan anak didik pada orangtuanya. Dengan teknik ini orangtua akan memperoleh penilaian terhadap hasil pekerjaan anaknya, juga terhadap pekerjaan guru-guru di sekolah.

b)        Majalah sekolah.

Majalah sekolah ini diushakan oleh orang tua dan guru-guru di sekolah yang diterbitksan setiap bulan sekali. Majalah ini dipimpin oleh, orang tua dan murid-murid bahkan alumni termasuk pula dewan redaksi. Isi majalah ini menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan sekolah, karangan guru-guru, orangtua dan murid-murid, pengumuman-pengumuman dan sebgainya.

c)         Surat kabar sekolah.

Kalau sekolah itu mampu dapat menerbitka surat kabar sekolah, maka ini berarti bahwa sekolah dapat memberikan informasi yang lebih luas kepada orang tua atau masyarakat daerah sekitarnya.

d)          Pameran sekolah.

Suatu tehnik yang efektif untuk memberi informasi tentang hasil kegiatan dan keadaan sekolah pada masyarakat, ialah penyelenggaraan pameran sekolah. Ada bermacam-macam cara untuk mengadakan pameran sekolah itu. Sekolah mengadakan pameran dengan membuata atau mengatur hasil pekerjaan murid-murid itu di luar sekolah atau di sekolah. Pameran sekolah akan menjadi lebih efektif lagi, kalau kegiatan-kegiatan itu disiarkan melalui siaran-siaran pers dan radio di tempat itu sehingga dapat menarik banyak orang dalam masyarakat.

e)   “Open house”

“Open house” adalah tehnik untuk mempersilahkan masyarakat yang berminat untuk meninjau sekolah serta mengobservasi kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil pekerjaan murid di sekolah, yang diadakan pada waktu-waktu tertentu, misalnya sekali setahun pada penutupan tahun pengajaran. Ada tiga langkah dalam pelaksanaan “open house” ini:

o   Pengunjung dibawa ke dalam kelas atau auditorium sekolah untuk diberi penjelasan tentang open house itu.

o   Pengunjung diantar ke tempat-tempat yang telah disediakan akan hal-hal yang perlu dilihat.

o    Pengunjung diajak kembali ke kelas atau auditorium untuk berdiskusi dan menilai open house.

6.      Kunjungan ke sekolah.oleh orang tua murid yang dilakukan pada pelajaran di berikan.

Kepada orang tua itu diberi kesempatan untuk melihat anak-anak mereka yang belajar di dalam kelas, juga untuk melihat kegiatan-kegiatan di laboratorium, perlengkapan-perlengkapan, gambar-gambar dan sebagainya, sehingga mereke memperoleh gambaran yang jelas tentang kehidupan di sekolah itu. Setelah selesai melihat-lihat, orang tua diajak berdiskusi dan mengadakan penilaian.

7.      Kunjungan ke rumah murid.

Kunjungan ke rumah orangtua murid ini merupakan teknik yang sangat efektif dalam mengadakan hubungan dengan orang tua di rumah agar supaya dapat mengetahui latar belakang hidup anak-anak. Banyak masalah yang dapat dipecahkan dengan teknik ini antara lain, masalah kesehatan murid, ketidak hadiran murid, pekerjaan rumah, masalah kurangnya pengertian orang tua tentang sekolah dan sebagainya.

8.      Melalui penjelasan yang di berikan oleh personel sekolah.

Kepala sekolah hendaknya berusaha agar, semua personil sekolah mempunyai pengertian yang jelas tentang kebijakan sekolah, organisasi sekolah dan semua kegiatan pendidikan dan pengajaran serta usaha-usaha lainnya. Pada mereka harus ditanamkan sikap loyalitasnya, rasa kekeluargaan.

9.      Gambaran sekolah melalui murid-murid.

Informasi tentang keadaan sekolah dengan perantaraan murid-murid itu diberikan melalui perencanaan sesuatu kegiatan yang wajar, antara lain kalau sekolah itu terdapat di kota besar, maka gambaran itu diberikan melalui program siaran pemancar radio untuk menyiarkan sesuatu percakapan antara murid-murid atau antara murid dan guru, misalnya tentang cara makan dan makanan sehat.

10.  Laporan tahunan

Laporan tahunan ini dibuat oleh kepala sekolah dan laporan ini diberikan kepada aparat pendidikan yang lebih atas. Laporan ini berisi masalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sekolah termasuk kurikulum, personalia, anggaran, biaya dan sebagainya. Selanjutnya aparat tersebut memberikan laporan pada masyarakat.

11.  Organisasi perkumpulan alumni sekolah.

Organisasi perkumpulan alumni sekolah adalah suatu alat yang sangat baik untuk dimanfaatkan dalam memelihara serta meningkatkan hubungan antara sekolah dan masyarakat. Murid-murid yang sudah tamat sekolah biasanya mempunyai kenangan–kenangan dari sekolahnya dan mereka merasa berkewajiban moral untuk membantu sekolahnya baik berupa materiil maupun secara moril.

12.  Melalui kegiatan ekstra kurikuler.

Apabila ada beberapa kegiatan ekstra kurikuler yang sudah dianggap matang untuk dipertunjukkan kepada orang tua murid dan masyarakat, seperti sepak bola, drama dan lain-lain, maka sangat tepat sekali kegiatan itu ditampilkan ke dalam masyarakat. Karena itu program ekstra kurikuler hendaknya di rencanakan dan diatur, agar dapat dimanfaatkan dalam kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat.

13.  Pendekatan secara akrab

Yaitu pendekatan antara murid dengan guru pengajar.

 

Adapun teknik operasional menurut De Roche adalah:

1.         Education weeks ( Minggu pengajaran)

Sebagai kegiatan proses belajar mengajar (kegiatan utama sekolah)

2.         Recognition days ( waktu ulangan )

Untuk alat evaluasi, dalam mengambil keputusan atau adanya data-data empirik yang tersedia sebagai alat analisa untuk pendidikan dan pengajaran.

3.         Home visits (Kunjungan rumah)

Dilakukan untuk konsultasi dalam memecahkan masalah anak didik.

4.         Teacher aids

Merupakan alat bantu pengajaran, sehingga dalam proses belajar mengajar, memudahkan guru untuk menyampaikan materi pelajaran dan sekaligus mempermudah peserta didik memahami pelajaran.

5.         Card (kartu)

Untuk keperluan tertentu, maka dapat digunakan kartu, contoh kartu konsultasi, kartu prestasi atau kartu hafalan surat-surat pendek.

6.         Parent-Teacher Conference (pertemuan orangtua dan guru)

Dakam rangka menjalin komunikasi antara orang tua siswa dan guru, maka perlu dilakukan kegiatan ini. Hasil antara yang diinginkan adalah adanya rasa pelibatan yang dimilik orangtua, sehingga mau turut serta dalam pengembangan pendidikan.

7.         Open House (silaturahmi)

Pada waktu-waktu tertentu, maka dapat diadakan silaturahmi, biasanya dalam hari raya contoh Idul Fitri.

8.         Speaker Beareu ( bagian kehumasan)

Secara khusus guru perlu memilih topik-topik yang berkenaan dengan pembicaraan di perkumpulan, kelompok, dan organisasi sekolah.

9.         Home Study ( pekerjaan rumah)

Kegiatan belajar siswa di kelas, akan lebih bagus lagi bila didukung adanya kelanjutan pengulangan pelajaran di rumah, ini bisa dilakukan dengan memberi pekerjaan rumah bagi siswa untuk memantapkan kemampuan yang telah diperoeh di kelas.

 

10.     School and Classroom News letter ( berita sekolah dan kelas)

Wahana komunikasi tertulis di sekolah dibutuhkan untuk mengabarkan berita-berita umum yang ada dilingkungan sekolah.

11.     Calendar (Kalender)

Kalender ini, bisa berfungsi sebagai prestise. Disamping itu juga bisa difungsikan untuk mengikat perhatian orangtua dan siswa beserta guru dalam waktu yang selalu terkait dengan perhatian kepada sekolah.

12.     Voting Reminder card ( kartu saran )

Bila sesuatu terjadi dan tidak dikehendaki oleh siapapun dan ini merupakan hal yang perlu disampaikan kepada pihak pengelola lembaga pendidikan, maka yang bersangkutan bisa menuliskannya melalui kartu saran.

13.     Success Card (piagam penghargaan)

Apabila ada siswa atau orangtua yang telah turut serta dan memberikan perhatian secara khusus kepada sekolah atau pemenang lomba yang diadakan oleh sekolah.

14.     Local Newspaper ( surat kabar lokal)

Berita-berita sekolah maupun berita dari rumah yang kira-kira akan bermanfaat bagi para warga sekolah jika mengetahuinya akan lebih bagus.

15.     Career specialities (spesialisasi karir)

Bimbingan karir akan sangat bermanfaat bagi siswa dalam menentukan peran masa depan.

16.     Slide Presentation (slaid presentasi)

Jika dalam memberikan presentasi kepada guru-guru atau siswa,akan lebih bagus bila menggunakan slaid presentasi.

17.     Coffee Hour (acara minum kopi)

Menjalin partisipasi antar sesama komponen dalam lembaga pendidikan sangat penting.

18.     Activity Display (pajangan kegiatan)

Dari kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan,sebaiknya dipajang di papan tersendiri untuk memberi sugesti kepada warga yang belum sempat ikut mempertimbangkan.

 

19.     Class Project in the community (bakti sosial masyarakat)

Siswa adalah bagian masyarakat,untuk itu akan lebih bermakna hidup bermasyarakat jika turut serta membantu sesama warga yang kurang beruntung.

20.     Letter to the editor (bakti sosial masyarakat)

Keluhan atau sumbang saran yang sifatnya umum dari orang tua siswa,maupun guru.

21.     Public Performances (pementasan/pertunjukan)

Apresiasi terhadap kreatifitas siswa dapat diwujudkan dalam pementasan berkala,di samping itu akan memberikan rasa percaya diri kepada siswa  dan kebanggan orang tua.

22.     Fairs and Tours (studi lapangan : wisata,komporatif,dll)

Wawasan atau pengetahuan tentang lingkungan,alam,kenyataan langsung,dll dapat dibina melalui kunjungan ke obyek langsung.

23.     Telephone Hotline (telepon konsultasi)

Adakalanya permasalahan yang dihadapi siswa atau masyarakat begitu berat dan susah untuk diungkapkan kepada orang lain.

24.     Srategy borrowing (strategi peminjaman)

Hal ini upaya saling meminjamkan fasilitas yang sekitarnya dimiliki orang tua atau sekolah.

25.     Suggestion boxes (kotak saran)

Kartu saran berfungsi sebagai tempat penampungan kartu-kartu saran tadi dan harus diambil diambil dan diperiksa secara berkala oleh pengelola.

 

2.6 Organisasi Hubungan Sekolah dan Masyarakat ( Komite Sekolah )

Menurut Djam’an Satori (2001) diperlukan adanya wadah untuk menampung dan menyalurkan aspirasi, harapan dan stakeholder sekolah. Wadah tersebut berfungsi sebagai forum dimana representasi para stakeholder sekolah terwakili secara proposional. Dalam berbagai dokemen yang ada dan konsensus yang telah muncul dalam berbagai forum, wadah ini diberi nama Komite Sekolah. Badan sejenis ini di Australia disebut “School Council”.

Dalam pengertian lain, Djam’an Satori menyebutkan bahwa komite sekolah merupakan suatu badan yang berfungsi sebagai forum resmi untuk mengakomodasikan dan membahas hal-hal yang menyangkut kepentingan kelembagaan sekolah. Hal-hal tersebut meliputi :

1.    Penyusunan perencanaan strategi sekolah, yaitu strategi pengembangan sekolah dalam perspektif 3-4 tahun mendatang. Dalam dokumen ini juga dibahas visi dan misi sekolah, analisis posisi untuk mengkaji kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapi, kajian isu-isu strategi sekolah, perumusan program-program, perumusan strategi pelaksanaan program, cara pengendalian  dan evaluasinya.

2.     Penyusunan perencanaan tahunan sekolah, yang merupakan  elaborasi dari perencanaan strategi sekolah. Dalam perencanaan tahunan ini yang dibahas adalah program-program operasional yang merupakan implementasi program prioritas yang dirumuskan dalam perencanaan strategi sekolah yang disertai perencanaan anggarannya.

3.    Mengadakan pertemuan untuk menampung dan membahas berbagai kebutuhan, masalah, aspirasi serta ide-ide yang disampaikan oleh anggota komite sekolah. Hal-hal tersebut merupakan refleksi kepeduliaan para stakeholder sekolah terhadap berbagai aspek kehidupan sekolah yang ditunjukkan pada upaya-upaya perbaikan, kemajuan dan pengembangan sekolah.

4.    Memikirkan upaya-upaya untuk memajukan sekolah, terutama yang menyangkut kelengkapan fasilitas sekolah, fasilitas pendidikan, pengadaan biaya pendidikan bagi pengembangan keunggulan kompetitif dan komparatif sekolah sesuai dengan aspirasi stakeholder sekolah. Perhatian terhadap masalah ini dimaksudkan agar sekolah setidak-tidaknya memenuhi standar pelayanan minimum.

5.    Mendorong sekolah untuk melakukan internal monitoring (school self-assesment) dan melaporkan hasilnya untuk dibahas dalam forum komite sekolah.

6.    Membahas hasil-hasil tes standar yang dilakukan oleh lembaga atau institusi eksternal dalam  menjaga jaminan mutu (quality assurance) serta memelihara kondisi pembelajaran sekolah sesuai dengan tuntutan standar minimum kompetensi siswa (basic minimum competency) seperti yang diatur dalam PP No.25 tahun 2000.

7.    Membahas laporan tahunan sekolah sehingga memperoleh penerimaan komite sekolah. Laporan tahuan sekolah tersebut selanjutnya disampaikan kepada Kantor Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten. Review sekolah merupakan kegiatan pentimg untuk mrngetahui keunggulan suatu sekolah disertai analisis kondisi-kon disi pendukungnya, atau sebaliknya untuk mengetahui kelemahan-kelemahan sekolah disertai analisi faktor-faktor penyebabnya. Review sekolah merupakan media untuk saling mengisi pengalaman sekaligus saling belajar antarsekolah dalam upaya meningkatkan kinerjanya masing-masing.

8.    Memantau kinerja sekolah, yang meliputi manajemen sekolah, kepemimpinan kepala sekolah, mutu belajar mengajar termasuk kinerja para guru, hasil belajar para siswa, disiplin dan tata tertib sekolah, baik dalam aspek intra maupun ekstrakulikuler.

Komite sekolah menurut Djam’an Satori (2001),berbeda dengan BP3.Dalam peran dan fungsinya yang berjalan sekarang,kemitraan BP3 terbatas pada aspek-aspek pemenuhan kebutuhan finansial,sarana-sarana sekolah dan fasilitas pendidikan. Dalam Kepmendiknas No.044/U/2002 tanggal 12 April 2002,disebutka bahwa komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,pemerataan,dan efisiensi pengelolahan pendidikan di satuan pendidikan,baik pada pendidikan sekolah,jalur sekolah,maupun jalur pendidikan luar sekolah.

Djam’an Satori (2001) menyebutkan,anggota komite ini terdiri dari: kepala sekolah, perwakilan guru, perwakilan murid,perwakilan orang tua murid,perwakilan tokoh masyarakat setempat yang menaruh kepedulian terhadap kemajuan pendidkan diwilayahnya,perwakilan dari unsur pengendalian mutu pendidikan yaitu pengawas sekolah.Struktur Komite Sekolah menggambarkan tugas-tugas menjadi kepedulian Komite Sekolah.Komite sekolah terdiri dari ketua,sekretaris,bendahara,dan kelompok anggota yang menangani urusan-urusan khusus.

Menurut Kepmendiknas RI No.044/U/2002 tanggal 2 April 2002,keanggotaan Komite Sekolah terdiri dari: (1) unsur masyarakat yang bisa saja berasal dari orang tua atau wali peserta didik,tokoh masyarakat,tokoh pendidikan,tokoh dunia usaha/industri,organisasi profesi, tenaga pendidikan,wakil alumni,wakil peseta didik,   (2) unsur dewan guru,yayasan atau lembaga penyelenggara pendidikan,Badan Pertimbangan Desa dapat pula dilibatkan sebagai anggota Komite Sekolah (maksimal 2 orang).Anggota komite sekolah sekurang-kurangnya terdiri atas ketua, sekertaris, bendahara.Pengurus dipilih dari anggota. Ketua bukan berasal dari kepala satuan pendidikan.

 

PENTINGNYA HUBUNGAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT

04 June 2021 14:08:52 Dibaca : 2064

 

 

PENTINGNYA HUBUNGAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT

Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan salah satu bidang garapan administrasi pendidikan. Oleh kerena itu, perlu untuk di uraikan secara lebih rinci. Untuk tidak menimbulkan salah pengertian, ada baiknya terlebih dahulu dijelaskan konsep tentang ”sekolah” dan “masyarakat”.

Istilah “sekolah” disini merupakan konsep yang luas, yang mencakup baik lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan nonformal. Sedangkan isilah “masyarakat” merupakan konsep yang mengacu kepada semua individu, kelompok, lembaga, atau organisasi yang berada di luar sekolah sebagai lembaga pendidikan.

Ada tiga hal pokok, yaitu pentingnya hubungan sekolah dan masyarakat, tujuan hubungan sekolah dan masyarakat, dan jenis-jenis hubungan sekolah dan masyarakat.

A. Pentingnya hubungan Masyarakat dengan Sekolah

Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisien.

a. Menurut pandangan ‘filosofis’ tentang hakikat sekolah itu sendiri dan hakikat masyarakat, diantaranya sebagai berikut:

1. Sekolah adalah bagian integral dari masyarakat; ia bukan merupakan lembaga yang terpisah dari masyarakat.

2. Sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani anggota-anggota masyarakat dalam bidang pendidikan.

3. Kemajuan sekolah dan masyarakat saling berkorelasi; keduanya saling membutuhkan.

b. Menurut pandangan ‘historis’ antara lain:

1. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang sehrusnya mendidik generasi muda untuk hidup di masyarakat.

2. Sekolah haruslah merupakan tempat pembinaan dan pengembangan pengetahuan sesuai dengan yang dikehendaki masyarakat setempat.

3. Sebaliknya, masyarakat harus membantu dan bekerja sama dengan sekolah, agar apa yang diolah dan dihasilkan sekolah sesuai dengan apa yang dikehendaki dan dibutuhkan oleh masyarakat.

4. Pentingnya hubungan sekolah dan masyarakat dapat pula dikaitkan dengan semakin banyaknya isyu yang berupa kritik-kritik dari masyarakat tentang tidak sesuainya produk sekolah dengan kebutuhan pembangunan. Dengan meningkatkan keefektifan hubungan sekolah dan masyarakat, beberapa masalah tersebut dapat dikurangi.

B. Jenis-jenis Hubungan Sekolah dan Masyarakat

1. Hubungan edukatif, merupakan hubungan kerjasama dalam hal mendidik, yaitu antara guru dan orang tua di dalam keluarga. Hubungan ini di maksutkan agar tidak terjadi perbedaan prinsip dan pertentangan yang dapat menggakibatkan keragu-raguan pada diri anak atau murid. Cara kerjasama tersebut dapat direalisaskan dengan mengadakan pertemuan yang direncanakan secara periodik antara guru-guru di sekolah dengan orang tua murid.

2. Hubungan kultural, ialah usaha kerjasama antara sekolah dengan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada. Untuk itu diperlukan adanya hubungan kerjasama yang fungsional antara kehidupan di sekolah dan kehidupan dalam masyarakat. Kegiatan kuikulum sekolah disesusikan dengan kebutuhan dan tuntunan perkembangan masyarakat.

3. Hubungan institusional, yakni hubungan kerjasama antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lain. Dengan adanya hubungan ini, sekolah dapat meminta bantuan dari lembaga lain, baik berupa tenaga pengajar, pemberi ceramah, dan pengembangan materi kurikulum, maupu bantuan yang berupa fasilitas.

C. Fungsi dan Tujuan Hubungan Sekolah dan Masyarakat

- Fungsi pokok dari keduanya adalah menarik simpati masyarakat dan publik, sehingga dapat meningkatkan relasi serta animo masyarakat terhadap sekolah tersebut yang mampu menambah “income” bagi sekolah yang bermanfaat terhadap tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

- Tujuan:

a. Meningkatkan popularitas sekolah dimata masyarakat, sehingga prestise sekolah dapat meningkat pula.

b. Memajukan kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak.

c. Memperkokoh tujuan serta meningkakan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat.

d. Menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubunggan dengan sekolah.

Untuk merealisasikan tujuan tersebut, banyak cara yang bisa dilakukan oleh sekolah antara lain dapat dilakukan dengan memberitahu masyarakat mengenai program-program sekolah, baik program yang telah dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan, maupun yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan.

D. Penggolongan Jenis-Jenis Kegiatan Humas di Sekolah

- Kegiatan Eksternal

Kegiatan ini selalu berhungan atau ditujukan kepada publik atau masyarakat di luar warga sekolah, bisa dilakukan secara langsung, seperti rapat bersama, kunjugan tamu, dan lain-lain, konsultasi dengan tokoh-tokoh masyarakat. Atau tidak langsung, seperti; informasi lewat TV, radio, media cetak, pameran sekolah, dan lain-lain.

- Kegiatan Internal

Kegiatan ini merupakan publisitas ke dalam sasarannya tidak lain adalah warga sekolah yang bersangkutan, yakni para guru, tenaga tata usaha, dan seluruh siswa. Kegiatan ini juga bisa dilakukan secara langsung seperti; rapat dewan guru, upacara sekolah, rekreasi bersama, dan lain-lain. Dan yang diakukan secara tidak lsngsung antara lain: menyampaikan informasi melalui surat edaran, papan pengumuman di sekolah, majalah dinding dan lain-lain

Pada prinsipnya, kegiatan Internal bertujuan untuk:

1. Memberi penjelasan tentang kebijaksanaan penyelenggaraan sekolah, situasi dan perkembangannya.

2. Menampung sarana dan pendapat dari warga sekolah.

3. Dapat memelihara hubungan yang harmonis dan terciptanya kerjasama.

Pada masyarakat yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan, sekolah dituntut lebih aktif dan kreatif untuk menciptakan hubungan kerja sama yang lebih harmonis. Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan baik dan tinggi.

Faktor pendukung kegiatan hubungan sekolah dan masyarakat

1. Adanya program dan perencanaan yang sistematis.

2. Tersedia basis dokumentasi yang lengkap.

3. Tersedia tenaga terampil, alat sarana dan dana yang memadai.

4. Kondisi organisasi sekolah yang memungkinkan untuk meningkatkan kegiatan ini.

Hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat akan membentuk:

1. Adanya saling pengertian antara organisasi/ instansi dengan pihak luar

2. Adanya kegiatan yang membantu karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing.

3. Adanya kerjasama yang erat dengan masing-masing pihak dan merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya usaha pihak yang lain.

Dengan hubungan yang harmonis tesebut diharapkan tercapai tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, dan efisien sehingga menghasilkan lulusan sekolah yang produktif dan berkualitas

 

AKSES MASYARAKAT DALAM DUNIA PENDIDIKAN

25 March 2021 23:31:22 Dibaca : 1284

Akses masyarakat terhadap dunia pendidikan adalah kemampuan semua orang untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam pendidikan, tanpa memandang kelas sosial, ras, jenis kelamin, seksualitas, latar belakang etnis, atau disabilitas fisik dan mental. Istilah ini digunakan baik dalam penerimaan perguruan tinggi untuk kelas menengah dan bawah, dan dalam teknologi bantuan untuk penyandang cacat. Beberapa kritikus merasa bahwa praktik di pendidikan tinggi ini, yang bertentangan dengan meritokrasi yang ketat, menyebabkan standar akademik yang lebih rendah. Untuk memfasilitasi akses pendidikan bagi semua, negara berhak atas pendidikan.

               Akses masyarakat ke pendidikan mendorong berbagai pendekatan pedagogis untuk mencapai penyebaran pengetahuan lintas keragaman latar belakang sosial, budaya, ekonomi, nasional dan biologis. Awalnya dikembangkan dengan tema akses kesempatan yang setara dan inklusi siswa dengan ketidakmampuan belajar atau fisik dan mental, tema yang mengatur akses umasyarakat ke pendidikan kini telah berkembang di semua bentuk kemampuan dan keberagaman. Namun, karena definisi keragaman dalam dirinya sendiri merupakan penggabungan yang luas, guru yang menerapkan akses universal akan terus menghadapi tantangan dan memasukkan penyesuaian dalam rencana pelajaran mereka untuk mendorong tema kesetaraan kesempatan pendidikan

               Karena akses masyarakat terus dimasukkan ke dalam sistem pendidikan profesor dan instruktur di tingkat perguruan tinggi diharuskan (dalam beberapa kasus oleh hukum) untuk memikirkan kembali metode memfasilitasi akses universal di ruang kelas mereka. Akses universal ke pendidikan perguruan tinggi mungkin melibatkan penyediaan berbagai metode penilaian pembelajaran dan retensi yang berbeda. Misalnya, untuk menentukan seberapa banyak materi yang dipelajari, seorang profesor dapat menggunakan berbagai metode penilaian. Metode penilaian dapat mencakup ujian komprehensif, ujian unit, portofolio, makalah penelitian, tinjauan pustaka, ujian lisan atau pekerjaan rumah. Menyediakan berbagai cara untuk menilai sejauh mana pembelajaran dan retensi tidak hanya akan mengidentifikasi kesenjangan dalam akses universal tetapi juga dapat menjelaskan cara untuk meningkatkan akses universal.

               Di Indonesia sendiri peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas merupakan mandat yang harus dilakukan bangsa Indonesia sesuai dengan tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Lebih lanjut dalam Batang Tubuh UUD 1945 diamanatkan pentingnya pendidikan bagi seluruh warga negara seperti yang tertuang dalam Pasal 28B Ayat (1) yaitu bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia, dan Pasal 31 Ayat (1) yang mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

             Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan kualitas manusia, bahkan kinerja pendidikan yaitu gabungan angka partisipasi kasar (APK) jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi dan angka melek aksara digunakan sebagai variabel dalam menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bersama-sama dengan variabel kesehatan dan ekonomi. Oleh karena itu pembangunan pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.

A. Problem atau permasalahan yang sering di hadapi oleh masyarakat dalam dunia pendidikan

            Pendidikan adalah hak universal, oleh karena itu berlaku untuk semua orang secara setara dan tanpa diskriminasi. Namun, sejumlah besar orang kehilangan pendidikan karena diskriminasi yang mencegah akses ke pendidikan.

            Diskriminasi terjadi paling jelas dalam hal mengakses pendidikan. Misalnya, anak perempuan dapat menghadapi hambatan berbasis gender seperti pernikahan anak, kehamilan, dan kekerasan berbasis gender yang seringkali membuat mereka tidak bisa bersekolah atau menyebabkan mereka putus sekolah. Penyandang disabilitas sering menghadapi masalah aksesibilitas literal.

            Di indonesia sendiri Berbagai upaya pembangunan pendidikan termasuk Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun yang dicanangkan pada tahun 1994 dilaksanakan untuk meningkatkan taraf pendidikan penduduk Indonesia. Namun demikian sampai saat ini tingkat pendidikan penduduk relatif masih rendah. 

            Sampai dengan tahun 2003 ratarata lama sekolah penduduk berusia 15 tahun ke atas baru mencapai 7,1 tahun dan proporsi penduduk berusia 10 tahun keatas yang berpendidikan sekolah menengah pertama (SMP) keatas masih sekitar 36,2 persen. Sementara itu angka buta aksara penduduk usia 15 tahun keatas masih sebesar 10,12 persen (SUSENAS 2003). Kondisi tersebut belum memadai untuk menghadapi persaingan global dan belum mencukupi pula sebagai landasan pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan SUSENAS 2003 menunjukkan bahwa Angka Partisipasi Sekolah (APS) – rasio penduduk yang bersekolah menurut kelompok usia sekolah – untuk penduduk usia 7-12 tahun sudah mencapai 96,4 persen, namun APS penduduk usia 13-15 tahun baru mencapai 81,0 persen, dan APS penduduk usia 16-18 tahun baru mencapai 51,0 persen. Data tersebut mengindikasikan bahwa masih terdapat sekitar 19,0 persen anak usia 13-15 tahun dan sekitar 49,0 persen anak usia 16-18 tahun yang tidak bersekolah baik karena belum/tidak pernah sekolah maupun karena putus sekolah atau tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

a. Hambatan Sikap Sosial terhadap Akses dan Kesempatan Pendidikan bagi Wanita

            Di sejumlah negara berkembang, perlakuan diskriminasi terhadap wanita dalam hal pemberian kesempatan pendidikan masih sangat tinggi kadarnya. Di Afghanistan, misalnya, akses ke pendidikan nyaris tertutup bagi wanita. Kita patut bersyukur bahwa di Indonesia, perubahan yang sangat besar telah terjadi sejak zaman Ibu Kartini dalam hal kesamaan kesempatan pendidikan bagi wanita. Tampaknya cita-cita Ibu Kartini tentang emansipasi wanita dalam bidang pendidikan telah terwujud. Di Amerika Serikat sendiri, negara yang terkenal dengan gerakan "women's lib"-nya, perbedaan perlakuan masih dapat dijumpai.

b. Hambatan Sikap Sosial terhadap Akses dan Kesempatan Pendidikan bagi Kelompok Etnik Minoritas

            Tampaknya merupakan gejala umum bahwa kelompok etnik minoritas sering disikapi secara purbasangka dan mendapatkan perlakuan diskriminatif. Selama masa Order Baru, etnik Cina di Indonesia dipersulit aksesnya ke sekolahsekolah negeri. Di Amerika Serikat, di mana warganya dibesarkan untuk meyakini bahwa mobilitas sosial, kesamaan akses ke pendidikan, dan satu pekerjaan bagi setiap orang merupakan landasan pembangunan nasionalnya, kelompok-kelompok etnik minoritasnya sering mengalami hambatan untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakannya (Henriksen, 1995).

            California adalah satu-satunya negara bagian di Amerika Serikat yang mayoritas penduduknya non-kulit putih. Akan tetapi, menurut Ochoa (1985), kualitas pendidikan bagi anak-anak non-kulit putih di sini sangat rendah. Misalnya, pada tahun 1981, 77% dari siswa-siswa Hispanic yang bersekolah di sekolah publik di California buruk prestasinya.

Dibandingkan dengan siswasiswa kulit putih, siswa-siswa Hispanic dua kali lebih besar kemungkinannya untuk mengulang kelas, drop out, dan kemampuan membacanya di bawah tingkat kelasnya. Mereka juga mendapatkan akses yang terbatas ke program-program kurikuler yang mempersiapkan siswa-siswa untuk memasuki perguruan tinggi.

c. Hambatan Sikap Sosial terhadap Akses dan Kesempatan Pendidikan bagi Penyandang Cacat

                Anak-anak penyandang cacat perlu diperlakukan sebagaimana layaknya anak lain, sepanjang hal itu memungkinkan. Tidak adil bagi anak-anak ini bila mereka tidak diberi kesempatan untuk berkompetisi. Anak-anak penyandang cacat perlu berlatih memenuhi standar "dunia normal" selama masa pertumbuhannya agar mereka dapat memperoleh rasa percaya diri dan kemandirian. Jika anda mempersepsi anak penyandang cacat sebagai seseorang yang harus dikasihani, seseorang yang tidak banyak dapat kita harapkan atau tuntut, mungkin hanya sedikit saja yang akan dapat mereka lakukan. Sebaliknya, jika anda mengharapkan anak itu untuk berhasil dan tumbuh, belajar bertindak mandiri, maka kemungkinan besar bahwa anak itu akan menjadi seorang individu yang berhasil, tumbuh, dan mandiri.

                Suatu kepuasan bagi para pendidik bila melihat anak penyandang cacat dapat melakukan hal yang sama sebagaimana dilakukan anak-anak lain. Akan tetapi, kita harus dapat membedakan antara pencapaian yang diperoleh dengan tingkat usaha yang sama yang dituntut dari kebanyakan anak, dengan pencapaian yang benar-benar merupakan tantangan bagi anak penyandang cacat itu. Jika orang bereaksi terhadap pencapaian yang biasa yang tidak begitu sulit untuk dicapai seolah-olah pencapaian itu luar biasa, anak itu dapat mengembangkan pandangan yang tidak realistis tentang dirinya -- baik pandangan yang berlebihan tentang kemampuan dan pencapaiannya, yang didasarkan atas kekaguman yang terus-menerus dari orang lain, maupun pandangan yang membuatnya kecewa, karena ekspektasi orang lain terhadap dirinya itu ternyata rendah. Di pihak lain, dorongan dan penguatan juga sepatutnya diberikan bila anak itu berhasil menyelesaikan tugas yang dipersulit oleh kecacatannya, misalnya keberhasilan berpakaian sendiri bagi anak penyandang cerebral palsy.

B. Perhatian pemerintah terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia

1. Program pendidikan anak usia dini

                Program ini bertujuan agar semua anak usia dini baik laki-laki maupun perempuan memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan tahaptahap perkembangan atau tingkat usia mereka dan merupakan persiapan untuk mengikuti pendidikan jenjang sekolah dasar. Secara lebih spesifik, program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan pendidikan melalui jalur formal seperti Taman Kanak-Kanak (TK),

 

2.Program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun

                Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan pendidikan dasar yang bermutu dan terjangkau, baik melalui jalur formal maupun non-formal yang mencakup SD termasuk SDLB, MI, dan Paket A serta SMP, MTs, dan Paket B, sehingga seluruh anak usia 7–15 tahun baik laki-laki maupun perempuan dapat memperoleh pendidikan, setidak-tidaknya sampai jenjang sekolah menengah pertama atau yang sederajat.

3. Program pendidikan menengah

                Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan pendidikan menengah yang bermutu dan terjangkau bagi penduduk laki-laki dan perempuan melalui jalur formal maupun non-formal, yang mencakup SMA, SMK, MA, dan Paket C. Program pendidikan menengah didorong untuk mengantisipasi meningkatnya lulusan sekolah menengah pertama secara signifikan sebagai dampak positif pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, serta penguatan pendidikan vokasional baik melalui sekolah/madrasah umum maupun kejuruan dan pendidikan non-formal guna mempersiapkan lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi untuk masuk ke dunia kerja.

 4. Program pendidikan tinggi

                Program ini ditujukan untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan pendidikan tinggi baik untuk penduduk laki-laki maupun perempuan yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas yang bermutu tinggi dan relevan terhadap kebutuhan pasar kerja, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dan seni sehingga dapat berkontribusi secara optimal pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa.

5. Program pendidikan non formal

                Program ini bertujuan untuk memberikan layanan pendidikan baik untuk laki-laki maupun perempuan sebagai pengganti, penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal guna mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan untuk penduduk dewasa, pendidikan keluarga, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik secara lebih luas dan bervariasi.

6. Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga pendidikan

                Program ini bertujuan untuk meningkatkan kecukupan jumlah, kualitas, kompetensi dan profesionalisme pendidik baik laki-laki maupun perempuan pada satuan pendidikan formal dan non formal, negeri maupun swasta, untuk dapat merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran dengan menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, menilai hasil pembelajaran, dan melakukan pembimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta mempunyai komitmen secara profesional dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, dan (2) meningkatkan kecukupan jumlah, kualitas, kompetensi dan profesionalisme tenaga kependidikan untuk mampu melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

7. Program pendidikan kedinasan 

                Program Pendidikan Kedinasan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan dan profesionalisme pegawai dan calon pegawai negeri departemen atau lembaga pemerintah non departemen dalam pelaksanaan tugas kedinasan yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan profesi.

8. Program pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakan 

                 Program ini bertujuan untuk mengembangkan budaya baca, bahasa, sastra Indonesia dan daerah dalam masyarakat termasuk peserta didik dan masyarakat umum guna membangun masyarakat berpengetahuan, berbudaya, maju dan mandiri.

9. Program penelitian dan pengembangan pendidikan

                Program ini bertujuan untuk meningkatkan intensitas dan kualitas penelitian dan pengembangan pendidikan guna mendukung perumusan kebijakan dalam memecahkan permasalahan/kendala pembangunan pendidikan nasional.

10. Program manajemen pelayanan pendidikan

               Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas lembaga-lembaga di pusat dan daerah, mengembangkan tata pemerintahan yang baik (good governance), meningkatkan koordinasi antartingkat pemerintahan, mengembangkan kebijakan, melakukan advokasi dan sosialisasi kebijakan pembangunan pendidikan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan. 

C, Kesimpulan

            Jadi Pendidikan memegang peranan penting dalam membentuk dan menciptakan masyarakat sesuai yang diharapkan. Dengan adanya pendidikan apa yang dicita-citakan masyarakat dapat diwujudkan melalui anak didik sebagai generasi masa depan. Salah satu peranan pendidikan dalam masyarakat adalah dalam fungsi sosial yakni sekolah merupakan salah satu sarana pendidikan yang diharapkan masyarakat.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong