Ekspansi Kerajaan Goa-Tallo dalam persektif maritim (XVI-XVII)

11 November 2014 09:05:57 Dibaca : 1516

Nama : ikram junaid
Kelas : A
Nim : 231413027

Artikel Ilmiah
Ekspansi Kerajaan Goa-Tallo dalam Persektif Kerajaan Maritim
(abad ke XVI-XVII)

Abstrak

Pemahaman kita tentang maritim merupakan segala aktivitas pelayaran dan perniagaan/perdagangan yang berhubungan dengan kelautan atau disebut pelayaran niaga, sehingga dapat disimpulkan bahwa maritim berkenaan dengan laut, berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut. Sehubungan dengan itu Kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir pantai/laut sangat di penggaruhi oleh kegiatan-kegiatan Pelayaran kelautan. Di indonesia sendiri Di kenal sebagai negeri Kepulauan karena setenggah wilayahnya adalah lautan. Sejak dahulu kala Negeri kita dikenal dengan orang-orang pelayaran yang hebat terutama orang Bugis yang mendiami daerah Sulawesi Selatan atau yang kita kenal dengan Makassar (negeri para Daeng). Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di jalur pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan daerah Makasar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik yang berasal dari Indonesia bagian Timur maupun yang berasal dari Indonesia bagian Barat. Dengan posisi strategis tersebut maka kerajaan Makasar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.

PENDAHULUAN
Jauh sebelum masa kemerdekaan, Indonesia ternyata sudah dikenal dunia sebagai sebagai Bangsa yang memiliki Peradaban maritim maju. Bahkan, bangsa ini pernah mengalami masa keemasan pada awal abad ke-9 Masehi. Sejarah mencatat bangsa Indonesia telah berlayar jauh dengan kapal bercadik. Dengan alat navigasi seadanya, mereka telah mamapu berlayar ke utara, lalu ke barat memotong lautan Hindia hingga Madagaskar dan berlanjut ke timur hingga Pulau Paskah. Dengan kian ramainya arus pengangkutan komoditas perdagangan melalui laut, mendorong munculnya kerajaan-kerajaan di Nusantara yang bercorak maritim dan memiliki armada laut yang besar.
Sumber asing terulis pertama dari Barat berasal dari catatan Tome Pires. Dia menyebutkan tentang bagaimana kemapuan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang Makassar. Dalam buku Islamisasi kerajaan Gowa, Prof. DR. Ahmad M. Swang, M.A ( 2005; 72) Tome Pires dalam perjalanannya dari Malaka ke Laut Jawa pada tahun 1513 telah menemukan orang-orang Makassar sebagai pelaut ulung. Keterangan ini dianggap keterangan tertulis Barat yang tertua. Pires menyebutkan: “Orang-orang Makassar telah berdagang sampai ke Malaka, Jawa, Borneo, Negeri Siam dan juga semua tempat yang terdapat antara Pahang dan Siam,
Sumber berita dari catatan Tome Pires mungkin lebih menitikberatkan kepada sebuah kerajaan di Sulawesi belum resmi memeluk agama Islam, karena secara resmi kedua raja dari Gowa dan Tallo memeluk agama Islam pada tanggal 22 September 1605 M. Negeri tersebut kaya akan beras putih dan juga bahan-bahan makanan lainnya, banyak daging dan juga banyak kapur barus hitam. Mereka memasok barang dagangan dari luar, antara lain jenis pakaian dari Cambay, Bengal, dan Keling. Mengingat jaringan perdagangan dari Cina sudah lama, barang-barang berupa keramik juga diimpor dan hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya temuan keramik dari masa Dinasti Sung dan Ming dari daerah Sulawesi Selatan.

PEMBAHASAN
Awal munculnya kerajaan Makassar
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang mendahului datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan saudaranya.
Sebelum kerajaan Makassar ini berasal dari dua kerajaan yaitu kerajaan Gowa dan Tallo yang memutuskan untuk membentuk persekutuan pada tahun 1528, Diangkatnya Raja Goa menjadi Raja di kerajaan Makassar yang bergelar Sultan Auludin. Adapun pusat kerajaan makassar adalah di Somboapu, yang letaknya sangat strategis di jalur perdagangan rempah-rempah dari maluku ke malaka.
Oleh karena itulah kerajaan makassar cepat berkembang menjadi besar dan juga menjadi salah satu pelabuhan transit perdagangan yang penting di indonesia. Makassar memiliki pengaruh sampai ke Nusa ternggara dan sebagian Maluku.

Ekspansi Kerajaan Goa Sejak Tahun 1600

Antara kedudukan Kerajaan Kembar Goa dan Tallo selaku pusat perdagangan politik dan peranan Makassar sebagai pusat perdagangan ada saling ketergantungan perdamaian dan keamanaan yang ada di sulawesi selatan di bawah hegemoni Goa dan Tallo memungkinkan perkembangan perdagangan di makassar, dan sebaliknya perdagangan internasional yang tertarik ke sana dan membawa banyak kekayaan. Kedudukannya sebagai pelabuhan transito atau Entrepot sangat tergantung pada aliran rempah-rempah dari maluku, Seram, Dan Ambon dan pada produksi beras dan bahan makanan lainnya yang dibutuhkan untuk bekal pelayaran, maka dari itu Politik ekspansi Goa-Tallo dan sejarah perkembangan kawasan indonesia timur sangat di tetukan oleh kedua faktor tersebut.
Karena perdagangan rempah-rempah sangat vital bagi Makassar maka setiap usaha menguasai daerah penghasil bahan-bahan itu mengancam kepentingannya, sehingga tidak dapat diletakkan adanya konflik pada satu pihat Ternate dan VOC pada pihak lainnya. Dipandang dari pihak VOC kekuasaan Goa-Tallo mengancam kepentingan VOC yang sedang berusaha keras memonopoli perdagangan rempah-rempah, maka suatu konfrontasi tidak dapat terelakan. Oleh karena hubungan makassar dan malaka merupakan garis hidup perdagangan makassar, suatu pukulan terhadap makassar maka akan sangat melemahkan kedudukan pelabuhan itu.
Faktor intern Sulawesi telah Terintegrasikan di bawah Hegemoni Goa-Tallo ternyata akan turut menentukan kesudahan konfrontasi makassar dengan VOC, tidak lain karena Kerajaan Bone ada unsur yang kunjung padam melakukan oposisi terhadap dominasi Kerajaan Goa-Tallo itu. Rivalitas kuno antara Goa dan Bone akhirnya mengakibatkan kemerosotan Makassar dan dengan demikian Jatuhnya Kerajaan Goa-Tallo.
Sejak kurang lebih 1600 perkembangan politik sulawesi selatan dengan perang antara kerajaan memperoleh dimensi berkonfrantasi yaitu di tambah faktor agama Islam maka konflik semakin Meningkat. Setelah Karaeng Matoaya mengikuti jejak sultan alaudin memeluk agama islam maka goa selaku perintis berusaha mengintroduksi agama islam di kerajaan-kerajaan lain, kecuali Luwu yang telah masuk Islam terlebih dahulu, bila perlu dengan memeranginya . Perlawanan dari pihak Tellumpoco-Bone, Wajo dan soppeng membangkitkan perang yang dalam bahasa Bugis ‘Musu asellennge dan di makassar bundu’ dalam mana Goa dapat dikalahkan. Akan tetapi Goa pantang mundur dan menyerang terus, akhirnya sidenreng takluk pada tahun 1609, soppeng meyusul pada tahun itu juga wajo tahun 1610 dan akhrnya bone tahun 1611. Dalam hal ini ada petunjuk bahwa proses islamisasi meningkat disebabkan oleh semangat sufisme yang berpengaruh di Goa.
Dalam posisi kuat Goa berusaha memperlemah aliansi tiga kerajaan-Tellumpoco-serta mengusahakan konsesi agar goa diberi wewenang menangani semua permasalahan sulawesi selatan dengan pihak luar. Dan dengan diplomasinya yang cakap Goa berhasil mendapat pengakuan suzerinitasnya di sulawesi selatan tanpa membangkitkan banyak perlawanan dari Tellumpoco.
Situasi intern Sulawesi selatan kemudian memberi kebebasan kepada goa untuk ekpedisi ke beberapa arah.
Meskipun kebanyakan daerah di kepulauan Nusa Tenggara telah masuk suasana pengaruh Makassar, namun Sultan Alaudin dalam menangapi ekspansi VOC mengirim ekspedisi ke Buton, Solor, Sumbawa, Endem Bima pada tahun 1626. Pada tahun berikutnya 1627 Limboto yang diangap sebagai daerah ternate, taklukan oleh ekspedisi dari goa pada tahun 1628 diseranglah sula dan kepulauan Banggai yang selalu menjadi perebutan antara makassar dan ternate ialah kerajaan buton, maka sesudah ekspedisi lagi pada tahun 1632 dan 1634. Ternate berusaha mencari bantuan VOC untuk menahan serangan makassar itu. Armada makassar yang terdiri dari 400 perahu menjelajahi wilayah indonesia timur, kecuali menjalankan ekspedisi-ekspedisi tersebut di atas juga melindungi para “penyelundup” rempah-rempah dari maluku, Seram, dan Ambon. Lagi pula mendukung perlawanan penduduk di daerah itu dalam menghadapi gerak-hongi VOC.
Kekuatan armadanya memungkinkan makassar untuk kemudian memberi bantuan kepada sultan Mindanao dan Sulu dalam perlawanan mereka terhadap penetrasi Spanyol. Sebagai pembawa Hubungan perdagangannya Goa memiliki hubungan diplomasi dengan banjarmasin, banten, aceh dan Mataram. Hubungan dengan kerajaan terakhir diperkuat dengan adanya perkawinan raja Goa dengan seorang putri sunan Mataram. Untuk menambah kewibawaannya diadakan hubungan diplomasi pula dengan raja Rum (Turki) dan raja mongol di india. Selanjutnya sistem perdagangan yang terbuka memberi kesempatan pedagang-pedagang portugis, prancis, denmark, dan belanda.
Prinsip sistem terbuka yang dianut makassar dalam menjalankan politik perdagangan pada umumnya dan diplomasi terhadap VOC khususnya tampak jelas dalam pokok-pokok peryataan yang diajukan kepada VOC untuk mengadakan perjajian dengan VOC pada tahun 1659 di tegaskan antara lain bahwa ‘Tuhan menciptakan bumi agar semua manusia dapat menikmatinya’ dan ditambahkan peryataan ‘ apakah tuan berpendapa bahwa Tuhan telah menyediakan untuk bangsa tuan yang tinggal sangat jauh dari pulau-pulau itu ?.
Politik dengan prinsip sistem terbuka itu berdasarkan teori laut bebas teori ini di anut oleh raja-raja Goa dan sesuai benar dengan politik Goa-Tallo serta pelabuhan makassar pada masa itu. Dengan kekuatan politik yang ada pada Goa kebebasan berdagang di wilayahnya lebih menguntungkan dari pada merugikan. Lagi pula pedagang-pedagang asing dapat menjaminn bagi usaha mereka sehingga perdagangan internasional dapat meghidupi makassar dengan segala keuntungan daripadanya. Rupanya perkembangan perdagangan indonesia sebelumkedatangan bangsa barat mempunyai pola berdasarkan sistem terbuka itu. Kalau semula hendak menguasai perdagangan itu, kemudian portugis melepaskan maksud tersebut dan mengikuti sistem yang berlaku. Politik VOC ternyata berdikeras menjalankan politik monopoli, sesuatu yang sebenarnya bertentangan dengan apa yang telah di konsepsikan oleh Christiaan Huygens mengenai hukum internasonal dengan prinsip mare Liberumnya.konfrontasi antara VOC dan Makassar berlangsung lama dan baru diselesaikan dengan perjanjian Bonggaya (1667).
Kesultanan Goa di sulawesi selatan kesultanan ini mempunyai kekuatan militer yang besar yang harus di perhatikan VOC secara lebih serius dari pada musuh-musuh yang ada di maluku selatan yang pada dasarnya dulu menjadi semakin sulit di kalahkan karena adanya dukungan dari pihak makassar. Goa masih tetap merukan suatu pusat yang penting dari pada yang dianggap pihak belanda sebagai perdagangan gelap rempah-rempah. Orang –orang portugis khususnya aktif disana sejak mereka kehilangan malaka pada tahun 1641. Bagaimanapun juga, telah terjadi peristiwa-peristiwa di sulawesi selatan sendiri yang memungkinkan ditaklukanya Goa. Seperti yang selalu terjadi dalam peperangan-peperangan VOC apabila yang menjadi sasarannya adalah sebuah negara yang kuat maka VOC baru dapat menang jika suatu kelompok yang cukup berpengaruh di negara itu menjalin persekutuan dengan pihaknya. Dalam hal ini pihak belanda menjalin hubungan persekutuan dengan seorang pangeran bugis, La Tenritta To Unru (1634-1696) yang biasa dikenal dengan arung Palakka.
Kekuasaan Goa atas negara-negara di sulawesi selatan lainnya memang masih memberikan kepada negara-negara tersebut otonomi yag sangat luas meskipun demikan , penguasaan Goa telah menimbulkan perasaan benci di kalangan Negara-negara tersebut. Telah terjadi banyak pertempuran antara Goa dan negara bugis, bone.
Konflik-konflik antara VOC dan Goa berlangsung terus menerus hampir tak ada putusnya sejak tahun 1615. Sebuah armada VOC yang besar yang terdiri dari 30 buah kapal menyerang Goa pada tahun 1660, menghancurkan kapal-kapal portugis yang berada di pelabuhan dan memaksa sultan Hasanudin (1653-1669) menerima persetujuan perdamaian Agustus-Desember 1660. Akan tetapi persetujuan tersebut tidak berhasil mengahiri permusuhan. Pada bulan desember 1666 Gubernur Jendral Maetsuycker dan dewan hindia belanda belanda akhirnya mengambil keputusan untuk menghadapi goa. Dihimpun suatu pasukan ekpedisi yang terdiri atas 21 kapal yang mengangkut 600 orang tentara berkebangsaan eropa. VOC yang dibantu oleh Arung Palakka menghancurkan Goa. Pada bulan desember armada belanda yang mengangkut pasukan tersebut tiba di makassar. Perang melawan kerajaan Goa meliputi pertempuran sengit di darat dan juga laut yang memakan waktu hampir setahun lamanya. Akhirnya VOC dan sekutunya Bugis di bawah pimpinan Arung palakka keluar sebagai pemenang. Sultan hasanudin dipaksa menandatangani perjanjian bongaya yang sangat merugikan masyarakat makassar isi perjanjian tersebut ialah :
1. Wilayah Makassar terbatas pada Goa, Wilayah Bone dikembalikan kepada Arung Palaka.
2. Kapal Makassar dilarang berlyar tanpa seizin VOC.
3. Makassar tertutup untuk semua bangsa, kecuali VOC dengan ha monopilanya.
4. Semua benteng harus di hancurka.
5. Makassar harus menganti kerugian perang sebesar 250 ringgit.
Kini kekuasaan Goa runtuh dan bone muncul mengantikan kedudukannya sebagai negara terbesar yang ada di sulawesi selatan. Hak kekuasaan makassar atas daerah-daerah sekitarnya minahasa, butung, dan sumbawa. Arung palaka kini menjadi orang paling terkuat di sulawesi selatan dan tetap bertahan sampai ia meninggal pada tahu 1696. Dia diberi penghargaan khusus oleh sekutunya VOC.
Pada tahun 1670-an VOC telah berhasil mengkonsolidasikan kedudukannya di indonesia timur. Pihak belanda berhasil menghadapi persekong-kolan dan perlawanan, tetapi tak ada satu pun kekuatan besar di indonesia yang menentang mereka di kawasan ini. Ternate, Tidore, dan Goa tidak lagi menjadi penguasa dengan kekuatan militer yang besar.

Kehidupan Ekonomi
Seperti yang telah Anda ketahui bahwa kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor seperti letak yang strategis, memiliki pelabuhan yang baik serta didukung oleh jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang-pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.
Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.
Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE (ket : artinya apa), sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang pesat. Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.

Kehidupan Sosial Budaya
Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.
Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang sudah menerima Islam dari Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini. Setahun kemudian hampir seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal yang berasal dari Minangkabau.
Raja Gowa Tallo sangat besar perannya dalam menyebarkan Islam, sehingga bukan rakyat saja yang memeluk Islam tapi kerajaan-kerajaan disekitarnya juga menerima Islam, seperti Luwu, Wajo, Soppeg, dan Bone. Wajo menerima Islam tahun 1610 M. Raja Bone pertama yang menerima Islam bergelar Sultan Adam. Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-norma tersebut.
Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara.
KESIMPULAN
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang sudah menerima Islam dari Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini
Kesultanan Goa di sulawesi selatan kesultanan ini mempunyai kekuatan militer yang besar yang harus di perhatikan VOC secara lebih serius dari pada musuh-musuh yang ada di maluku selatan yang pada dasarnya dulu menjadi semakin sulit di kalahkan karena adanya dukungan dari pihak makassar. Runtuhnya kerajaan Goa-Tallo karena VOC bersekutu dengan salah satu Pangeran Di kerajaan Bone (Bugis), kemenangan VOC atas Goa-Tallo memberikan pengaruh besar kepada Hak Monopoli VOC.

Daftar Referensi
M.C. Ricklefs. 2010. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Pakaya, Yusni. 2012. Sejarah Indonesia s/d 1500 M.
Yogyakarta : InterPena.
Kartidirjo, Sartono. 1993. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

 

NAMA : IKRAM JUNAID
NIM : 231 413 027
TUGAS ASIA TENGGARA
Dinamika Persenjataan Asia Tenggara dan Pengaruh Terhadap Keamanan Indonesia

Sejak berakhirnya perang dunia II tahun 1945 hingga saat sekarang, geopolitik dan geostrategi sub wilayah Asia Tenggara telah mengalami perubahan peta dan konfigurasi keamanan regional yang satu sama lain, dilihat dari struktur dan aliansi hubungan internasional terlihat kontradiktif. Pertama, konfigurasi keamanan regional masa (era) perang dingin (cold war), dan kedua, konfigurasi keamanan regional pasca perang dingin (after cold war).

Pada masa Perang Dingin, konfigurasi keamanan regional Asia Tenggara sangat dipengaruhi oleh konstelasi persaingan konfrontatif global antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet (US) sebagai kelanjutan dari persaingan kedua negara adidaya tersebut di kancah Eropa dan belahan wilayah dunia lainnya. Secara garis besar negara-negara Asia Tenggara terpolarisasi ke dalam dua kubu tersebut, kecuali Myanmar (dahulu Burma). Negara-negara kawasan Indocina (Vietnam, Laos, dan Kamboja) teridentifikasi sebagai kubu US dengan Vietnam sebagai pemimpinnya. Sementara negara-negara yang tergabung dalam ASEAN (Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Singapura, serta Brunei Darussalam (selanjutnya disebut Brunei saja) teridentifikasi sebagai kubu AS. Sedangkan Myanmar --sejak kudeta militer oleh Jenderal Ne Win tahun 1962, mengisolasi diri dengan tidak terlibat jauh dalam urusan-urusan eksternal.

Dalam era ini masalah-masalah keamanan regional, menjadi tugas dan tanggungjawab kedua negara adidaya tersebut dengan jalan memberikan jaminan dan perlindungan keamanan (disebut model “payung keamanan”) kepada negara-negara sekutunya. AS menempatkan pasukannya di Filipina, yakni Clark Field (sebagai pangkalan Angkatan Udara) dan Teluk Subic (Subic Bay, sebagai pangkalan Angkatan Laut) dan US menempatkan kekuatan militernya di Vietnam, yaitu Teluk Cam Ranch (Cam Ranch Bay, sebagai pangkalan Angkatan Laut) dan Danang (sebagai pangkalan Angkatan Udara).4 Walaupun bahaya konfrontasi militer antara kedua adidaya senantiasa mengancam setiap saat, secara relatif model ini telah mengurangi kemungkinan mencuatnya konfilik-konflik intern intra-negara di kawasan ini. Dengan kata lain jaminan dan perlindungan keamanan tersebut mampu menciptakan “stabilitas” dan kepastian terhadap konstelasi dan hubungan “musuh dan kawan” dalam intra kawasan tersebut. Secara militer pun negara-negara Asia Tenggara terhindar dari keharusan pembangunan angkatan bersenjata yang berlebihan.

Dalam masa pasca Perang Dingin, berakhirnya Perang Dingin telah menghapus polarisasi dua blok di kawasan ini. Bahaya konfrontasi militer antara dua negara adidaya juga telah hilang seiring ditarik mundurnya kekuatan militer bekas US dari Vietnam dan ditarik mundurnya kekuatan militer AS di Filipina dan hanya menyisakan kekuatan militer di kawasan Asia Timur. Secara hubungan intra-regional, negara-negara Asia Tenggara tidak lagi secara kelompok atau secara individual saling berhadapan tetapi sudah mencair satu sama lain, dan puncaknya semua negara Asia Tenggara akhirnya tergabung dalam ASEAN, yang juga disebut ASEAN 10.

Akan tetapi, perubahan konfigurasi keamanan kawasan ini tidaklah serta merta mengurangi ketegangan dan potensi konflik di kawasan ini. Situasi keamanan di Asia Pasifik pasca Perang Dingin dianggap masih belum menentu dan penuh dengan ketidakpastian (uncertainty). Tidak seperti di Eropa --kancah utama Perang Dingin-- dimana berakhirnya Perang Dingin dibarengi dengan munculnya tekanan-tekanan tentang perlunya reduksi anggaran militer dan tuntutan akan keuntungan dari suatu perdamaian (peace devidend), di Asia Tenggara dan umumnya di Asia-Pasifik terjadi perkembangan yang sebaliknya. Harian The Economist dalam edisi tanggal 20 Februari 1993 mencatat bahwa negara-negara Asia kini sedang terlibat dalam proses pembangunan kekuatan militer (military arms build-up). Analis militer Michael T. Klare, dalam pengamatannya yang diterbitkan Foreign Affairs edisi Summer 1993 telah memprediksi bahwa perlombaan senjata akan berlangsung secara intensif di Asia Pasifik. Demikian pula dalam laporan Institute for Defense and Strategic Analyses (IDSA, New Delhi) edisi tahun 1998-1999 anggaran pertahanan/belanja militer dan akuisisi.
Fenomena perlombaan senjata terkait erat dengan masalah keamanan nasional suatu negara. Dalam hal ini keamanan nasional dirumuskan sebagai kebebasan psikologis dari ketakutan, dimana dalam struktur sistem internasional dewasa ini sering merupakan pertimbangan nilai utama (supreme value). Tanpa kemampuan untuk menjamin keselamatan atau survival-nya, semua nilai dan tujuan lainnya menjadi terancam pula. Setiap negara hanya dapat merasa aman apabila dirinya kuat, dan untuk menjamin perlindungan diri itulah kemudian sebagian besar negara merasa perlu untuk mendapatkan kekuatan (akuisisi senjata) militer sebanyak yang bisa dijangkau oleh sumberdayanya.

Luas wilayah daratan kesepuluh negara ini adalah seluas 1.729.412 mil persegi (atau 4.479.229.5 kilometer persegi). Terbesar adalah Indonesia dengan 735.310 mil persegi (atau 1.904.443 kilometer persegi), disusul kemudian Myanmar (261.218/676.552), Thailand (198.115/513.115), Vietnam (127.844/331.114), Malaysia (127.320/329.758), Filipina (115.831/300.000), Laos (91.400/236.800), Kamboja (69.898/181.035), Brunei (2.226/5.765) dan terkecil Singapura (250.0/647.5). Kecuali Laos, negara-negara lain semuanya memiliki garis pantai (coastline) untuk akses ke lautan. Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 54,716 km, Filipina (36, 289 km), Malaysia (4,675 km), Thailand (3,219 km), Singapura (193 km), dan Brunei (161 km).

Penduduk Asia Tenggara pada tahun 2000 berjumlah 519.104.000 orang. Terbesar adalah Indonesia dengan 206.213.000 orang, disusul kemudian Vietnam (82.014.000), Filipina (77.268.000), Thailand (62.400.000), Myanmar (48.500.000), Malaysia (21.868.000), Kamboja (10.879.000), Laos (5.500.000), Singapura (4.130.000) dan terkecil Brunei (332.000).

Dengan permasalahan di atas Indonesia adalah Negara terluas, terbesar, di asia tenggara seringnya terjadi konflik di dalam dan diluar indonesia mengancam keamanan dan stabilitas Negara indonesia. Dengan keadaan ini Peningkatan Keamanan Negara Harus sangat di butuhkan. Melihat situasi Kondisi Indonesia yang kaya akan Sumber daya alam dan letaknya yang strategis membuat indonesia menjadi incaran negara lain.

 

Nama : Ikram Junaid
Kelas : A
Tugas : Resensi
jurusan Pendidikan Sejarah
Judul Buku : mengasah CAKRAPIKIR merenda ZAMAN untuk MERAH MARUN (655-672).
Nama Penulis : Sutrisno

POTRET KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PEDAGANG KAKI LIMA
DI KABUPATEN BUOL (halaman 655-672)

IKTISAR (ISI BUKU)
Menurut karafir (1997:4) mengemukakan bahwa pedagang kaki lima adalah pedagang yang berjualan di suatu tempat umum seperti tepi jalan, taman-taman, emperemper toko dan pasar-pasar tanpa atau adanya izin usaha dari pemerintah.
Perkembagan pedagang kaki lima dari waktu ke waktu sangat pesat jumlahnya, karena pedagang kaki lima dapat lebih mudah di dapati konsumennya dari pada pedagang resmi yang kebanyakan bertempat tetap. Di satu sisi keberadaan pedagang kaki lima diakui sebagai potensi ekonomi yang tidak bisa di pandang sebelah mata. Pedagang kaki lima mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar serta menyediakan kebutuhan hidup masyarakat. Tetapi lain hal keberadaan pedagang kaki lima di anggap menganggu keindahan dan ketertiban kota. Inilah yang membuat pemerintah turun tangan dalam masalah ini.
Aktivitas ekonomi secara sosial disefinisikan sebagai aktivitas ekonomi yang dipengaruhi oleh interaksi sosial dan sebaliknya mereka mempengaruhinya. Menurut Soeratmo bahwa aspek kehidupan sosial ekonomi meliputi antara lain:
a. Aspek sosial demografi meliputi antara lain : pembaharuan sosial, tingkah laku, motivasi masyarakat, serta kependudukan dan migrasi.
b. Aspek ekonomi meliputi antara lain : kesempatan kerja, tingkat pendapatan dan pemilikan barang.
c. Aspek pelayanan sosial meliputi antara lain : sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana olahraga dan sarana trasportasi.
Sektor Informal Di Kabupaten Buol
Mayoritas penduduk kabupaten Buol bekerja pada sektor industri, perdagangan, jasa dan sektor-sektor informal lainnya. Forbes mengamati sektor informal di kabupaten buol dengan menitih beratkan kehidupan marginal pedagang kecil, hubungan sosial ekonomi antara punggawa yang menguasai bahan baku dan pemodalan pedagang kecil. Menurut Hasan Mangunrai pada umumnya pekerja laki-laki yang berstatus kawin dengan rata-rata umur produktif dan semangat kerja yang cukup tinggi, rata-rata pendidikan mereka adalah sekolah dasar, jenis usaha sekto informal di kabupaten buol adalah pejuang makanan ini berasal dari luar sulawesi tengah terutama dari pulau Jawa. Sedikit keterampilan atau sedikit bakat cenderung memilih lapangan pekerjaan di sektor industri pengelolahan sebagai tukang-tukang dan kebanyakan berstatus permanen dan sebaliknya yang datang tanpa keterampilan kebanyakan berstatus sementara memilih lapangan pekerjaan di bidang angkutan seperti penarik becak dan dibidang perdagangan produksi kecil-kecilan.
Pedagang kaki lima
Manning dan effendi mengolongkan para pedagang dalam tiga kategori yaitu:
a. Penjual borongan : punggawa
Istilah ini digunakan untuk mengambarkan para wiraswasta yang memodali dan mengoganisir sendiri distribusi barang-barang dagangannya.
b. Pengecer besar
Pengecer besar dibedakan dalam dua kelompok, yaitu pedagang besar termasuk pengusaha warung tepi jalan atau pojok depan sebuah halaman rumah, dan pedagang pasar yaitu mereka yang memiliki hak atas tempat yang tetap dalam jaringan pasar resmi.
c. Pengecer kecil
Pengecer kecil termasuk kategori pedagang kecil sektor informal mengcangkup pedagang pasar yang berjualan di pasar, di tepi jalan maupun kios-kios di pinggiran pasar yang besar.

KESIMPULAN RESENSI
Menurut saya kajian pembahasan di atas mengambarkan tentang keadaan pedagang kaki lima di kabupaten buol, kebanyakan diantara masyarakat kabupaten buol terpaksa memilih berdagang di pinggir jalan karena desakan ekonomi. Pengaruh perpindahan penduduk dari kota ke kabupaten memperburuk keadaan masyarakat.
Jika di tinjau dari sisi ekonominya bahwa keberadaan pedagang kaki lima ini sangat membantu para masyarakat ekonomi lemah, dan juga menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup banyak sekalipun menjadi pedagang kaki lima.

Peresensi

Ikram Junaid

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll