Pelatihan Jurnalistik Dasar

19 April 2016 09:59:48 Dibaca : 90


JURNALIS PROFESIONAL
Christopel Paino
(Mongabay Indonesia)

Pada dasarnya media massa saat ini telah menjadi kekuatan keempat (the fourth estate), di luar kekuasaan eksekutif, legislatif dan judikatif. Artinya media massa merupakan sarana utama penegakan demokrasi substansial. Fakta yang cukup mengejutkan adalah perubahan media menjadi mediacracy (mediakrasi), hal ini terjadi pada tahun 1998 atau setelah reformasi. Tak dapat kita pungkiri kehidupan manusia saat ini tidak terlepas dari pengaruh media massa khususnya televisi. Menurut Everett M. Rogers media massa berperan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses pengambilan keputusan mengenai perubahan. Media massa selalu menawarkan perubahan kepada masyarakat, namun pada posisi ini masyarakat juga menjadi bagian dari pengambil keputusan atas perubahan yang ditawarkan media massa.

Media massa juga dianggap memainkan peran penting dalam membentuk dan merefleksikan pendapat umum, yang menghubungkan dunia luar dengan individu, melalui reproduksi citra di dalam masyarakat. Dalam hal ini media massa mengungkapkan kenyataan dan sekaligus membuat makna dari fakta yang ada.
Ada beberapa jenis media yang kita kenal saat ini, yaitu :Media cetak (koran, majalah, tabloid); media elektronik (TV, radio); Web (Internet, Blog); Media Sosial (twitter, Facebook). Dari beberapa jenis media tersebut, kemungkinan besar ini akan terus berkembang dengan berbagai bentunya.

Bicara media massa kita tidak terlepas dari istilah jurnalis atau orang yang melakukan kerja jurnalistik. Jurnalis juga pada umumnya dikenal dengan istilah wartawan atau orang yang mewartawakan peristiwa dengan kerja jurnalistik. Dalam hal ini yang menjadi pekerjaan jurnalis ialah mencari informasi, memperoleh, memilih, menyimpan, mengolah serta menyunting. Kemudian hasilnya disampaikan dengan tulisan, gambar atau foto, suara dan gambar, data, grafik dan bentuk-bentuk lain. Baik menggunakan media cetak, elektronik, dan segala saluran yang dapat dimanfaatkan. Sehingganya untuk menjadi jurnalis yang professional, seharusnya seorang jurnalis harus membuka wawasan agar tidak berfikir secara sempit.
Berita merupakan peristiwa atau kejadian, kebijakan pemerintah dan pendapat/ penilaian ahli yang kompeten yang penting untuk segera diketahui masyarakat. Pada dasarnya berita harus aktual, menarik, mengandung kedekatan / proximity, memiliki konflik, terdapat dampak dan pengaruh serta perubahan.

Struktur penulisan berita yaitu piramida terbalik, Lead (semua informasi penting pada paragraf-paragraf awal, serta harus memenuhi prinsip 5W+1H). Tubuh berita (Eksplorasi ‘Why’ dan ‘How’). Akhiran (detil dan keterangan tambahan). Berita baru dapat ditulis apabila seorang wartawan telah mendapatkan fakta berita ( dari press release, jumpa pers, seminar, wawancara, atau peristiwa langsung di tempat kejadian). Akan tetapi tidak semua fakta lapangan bisa ditulis menjadi berita (fungsi self sensorship).

Diterbitkan pada 6 April 2016 oleh Van Robin
Pembongkaran halaman rudis Bupati Bonbol dengan mengambil kembali material Paving Block untuk diangkut ke truk. (Foto: Andi/Gorontalo Post/hargo

Hargo.co.id BONE BOLANGO – Rumah Dinas Bupati Bone Bolango Hamim Pou yang sejatinya telah ditempati sejak masa akhir jabatanya pada periode pertama yakni September 2015 silam.Namun, Selasa (5/4), sekitar pukul 15.30 wita, Rudis yang terletak di Desa Ulanta Kecamatan Suwawa, Bone Bolango itu kedatangan tamu tak diundang.


Pantauan Gorontalo Post(hargo.co.id), pembongkaran halaman rudis Bupati itu dilakukan tak lain untuk mengambil kembali material Paving Block yang sudah dipasang di halaman Rudis Bupati.Pembongkaran yang menggunakan alat berupa sekop dan linggis tersebut dimulai dari arah samping kanan Rudis kemudian diteruskan hingga dibagian depan.


Material Paving Block yang sudah dibongkar diangkut dengan menggunakan truk. Saat diwawancarai Gorontalo Post (hargo.co.id) Yuyun Lahay mengaku, alasan dirinya membongkar halaman Rudis Bupati Bone Bolango dan mengambil material Paving Block.Paving Block yang sudah terpasang di halaman tersebut karena ulah kontraktor yang tidak kunjung membayar material sebanyak 16 Ribu biji Paving Block tersebut senilai Rp 85 juta.

 

<

Ketergantungan Pada HandPhone

06 April 2016 17:33:17 Dibaca : 56

Teknologi informasi telah memberi pengaruh besar terhadap pola pikir hingga pada perubahan perilaku. Hand Phone (Hp) saat ini sudah menjadi bagian daripada kebutuhan manusia serta menjadi sesuatu yang tidak dapat lagi dipisahkan dari aktivitas sehari-hari. Dari kalangan anak-anak hingga dewasa sudah tersentuh oleh perkembangan teknologi informasi. Pada dasarnya Hp memiliki banyak manfaat dalam kehidupan tetapi juga mudaratnya sulit untuk kita kendalikan.

 

Nilai positif dari Hp tentunya kita sudah tahu, tetapi nilai negatifnya yang terkadang kita sering abaikan. Pengaruh besar Hp yaitu pada psikologis kita, saat ini dalam masyarakat kita telah banyak terjadi pergeseran nilai dan norma. Jika kita melihat orang-orang yang ada disekitar, sepertinya tak ada hari tanpa Hp. Banyak masyarakat sudah “bertuhan” kepada teknologi informasi saat ini.

 

Kasus yang sering terjadi, ketika telepon berdering nada panggilan masuk, kita dengan segera menjawabnya namun ketika orang tua kita memanggil sering kita mengabaikannya bahkan lebih ironisnya sampai membantahnya hanya karena kita merasa terganggu saat mengotak-atik HandPhone. Hal ini bukan hanya terjadi sekali duakali saja, ketergantungan pada Hp telah melahirkan berbagai macam kasus lainnya.

KONTROVERSI AKSES MENUJU MESJID KAMPUS

06 April 2016 17:31:14 Dibaca : 81

Sabtu, 2 April 2016, Mesjid Syabilurrasyad Universitas Negeri Gorontalo (UNG) telah diresmikan oleh Kementrian Riset, Teknologi dan pendidikan tinggi. Dengan demikian gedung budaya yang dijadikan mesjid sementara , yang sebelumnya terletak di dekat pintu gerbang kampus tidak digunakan lagi. Mesjid baru ini lebih luas dan mewah dibanding mesjid sebelumnya. Lokasinya tepat di depan toko mufida atau di mesjid kampus yang pertama kali.

 

Mesjid ini menjadi sebuah kebanggaan untuk masyarakat kampus dan warga sekitarnya, karena mesjid ini lebih menjamin kebersihan dan kesuciannya. Namun disisi lain, ada kontropersi yang terjadi terkait akses menuju mesjid. Dengan berlakunya aturan satu jalur kenderaan roda dua dan tiga menyulitkan masyarakat kampus menuju mesjid, terutama fakultas-fakultas yang jauh dari mesjid. Karena tidak ada akses kenderaan yang bisa langsung menuju mesjid kampus tersebut.

 

Untuk menuju mesjid, kenderaan hanya bisa sampai di lokasi parkiran tepat di gedung budaya, setelah itu harus melanjutkan dengan jalan kaki. Kondisi ini membuat banyak orang yang mengeluh terkait masalah tidak adanya akses langsung untuk pengguna kenderaan roda dua atau tiga untuk menuju masjid kampus. Hal ini seharusnya menjadi perhatian khusus bagi petinggi-petinggi kampus, agar bisa memberikan solusi yang tepat.

Tugas : Etika dan Filsafat Komunikasi

RESENSI BUKU

“FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI”

(BAB 4-9 / Hal. 75-198)

Nama : Rahmat A. Kaharu

Nim : 291413009

Jurusan Ilmu Komunikasi

Universitas Negeri Gorotalo

Fakultas Ilmu sosial

“FILSAFAT ILMU KOMUNIKASI”

Penulis : Elvinaro Ardianto & Bambang Q. Anees

Desainer Sampul : Djoko Kartiko

Layout : Pratama Setya Ilham

Diterbitkan Oleh

Simbiosa Rekatama Media

J.l Srikandi Raya No. 13 Bandung 40254

Telp.(022) 5204120-(022)70142959

Faks, (022) 5204120

J.l Ibu Inggit Garnasin No. 31 Bandung 40252

Telp. (022) 5208370-(022) 70142959

Faks. (022) 5208370

E-mail : sinarmedia@yahoo.com

Website : www.simbiosa-online.com

Cetakan pertama : Januari 2007

PENDAHULUAN

Filsafat komunikasi sangat penting kita dipahami, terutama dosen dan mahasiswa, terutama untuk kepentingan penelitian. Dalam buku ini mencoba menjelaskan apa yang mendasari konseptualisasi dan rekonseptualisasi suatu teori atau model. Namun dalam penulisan ini penulis telah menguraikan buku “Filsafat Komunikasi” dalam bentuk resensi. Yang dimuat dalam tulisan ini yaitu Perspektif Teori-Teori Komunikasi, Perspektif Positivisme, Perspektif Positivisme : Kritik Terhadap Positivisme, Perspektif Interpretif, Perspektif Konstruktivisme, Perspektif Teori Kritis.

Resensi ini mengulas secara singkat materi-materi yang disebutkan diatas, hal ini bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam memahami filsafat komunikasi.

BAB 4

PRESPEKTIF TEORI – TEORI KOMUNIKASI

A. Apa itu Prespektif

Pemahaman atas komunikasi manusia, merupakan masalah prespektif yang dipakai untuk memahaminya (Fisher, 1990 : 86) prespektif adalah sudut padang dan cara pandang kita terhadap sesuatu. Cara kita memandang atau pendekatan yang kita gunakan dalam mengamati kenyataan akan menetukan pengetahuan yang kita peroleh.

B. Prespektif – prespektif Ilmu KomunikasiRealisme

Realisme beranggapan bahwa benda – benda atau objek yang diamati sebagai apa adanya, telah berdiri disana secara benar, tanpa campur tangan ide dari pengamat. Paham ini mengarahkan cara pandang yang menafikan peran subjek pengamat dalam penelitian. Konsekuensinya, nilai, kepercayaan, emosi, dan apapun yang dimiliki oleh diri subjek pengamat dilarang untuk terlibat ketika mengamati sesuatu. Dengan cara ini penelitian bisa menghasilkan pengetahuan yang objektif (kebenaran sebagaimana adanya).

Nominalis

Nomalis menganggap bahwa dunia sosial adalah eksternal pada persepsi individu, tersusun tidak lebih dari sekedar nama, konsep dan label yang digunakan untuk membuat struktur realitas. “ jadi bagi seorang nominalis, tidak ada dunia “diluar sana” – hanya nama, label entitas yang dibuat oleh individu. Individu menjadi penentu ada atau tidaknya kenyataan.

Konstruksionis

Konstruktivisme mengatakan bahwa kita tidak dapat mengerti realitas yang sesungguhnya secara ontologis. Yang kita mengerti adalah struktur konstruksikita akan suatu objek. Konstruktivisme tidak bertujuan mengerti realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana kita menjadi tahu akan sesuatu.

BAB 5

PRESPEKTIF POSITIFISME

APA itu komunikasi? Paradigma positivisme mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses Linier atau proses sebab akibat,yang mencerminkan pengirim pesan (komunikator, endcoder) untuk mengubah pengetahuan (sikap atau perilaku) penerima pesan (komunikan / decoder) yang pasif (Mulyana, 2000:58).

A. Sejarah Positivisme

Positivisme dibidani oleh dua pemikir Prancis, Henry Sain Simon (1760 – 1825) dan muridnya Auguste Comte (1798 – 1857). Henry merupakan penggagas utama, sedang Comte adalah penerus dan pengembang gagasan ini. August Comte membangun suatu studi ilmiah terhadap masyarakat atau sosiologi yang berdasarkan prinsip studi ilmu – ilmu lain.

Gagasan dasar Comte dapat dikenali dari pemikirannya mengenai tiga tahap perkembangan sejarah manusia, yaitu teologis, metafisis, dan positivis. Pertama, tahap teologis. Manusia memahami gejala – gejala alam sebagai hasil campur tanganlangsung kekuatan Ilahi. Tahap ini dimulai dari animisme yang menganggap benda – benda berjiwa dan diperlakukan suci, kemudian berkembang menjadi politeisme dan monoteisme. Kedua, tahap metafisik. Pada tahap ini gejala alam diyakini berjalan berdasar prinsip – prinsip metafisik. Prinsip – prinsip ini dihasilkan melalui pemikiran spekulatif. Tahap ini disebut Comte sebagai tahap remaja. Ketiga, tahap positis ilmiah yaitu cara memahami kehidupan dan semesta dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada tahun 1920-an kemudian berkembang satu lagi paham positivisme di Austria, yaitu positivism logis atau lingkaran Wina (der Wiener Kries). Tokoh – tokoh positivisme logis adalah Rudolp Carnapp, Alfred ayer, CL Stevenson, Gibert Ryle, Susan Stebbing, John Wisdom, Bertrand Russel, dan Wittgenstein.

Positivisme logis adalah aliran positivisme yang lebih memfokuskan diri pada logika dan bahasa ilmiah. Salah satu prinsip yang diyakini kaum positivisme logis adalah prinsip isomorfi yaitu adanya hubungan mutlak antara bahasa dan dunia nyata. Bahasa adalah gambar dari kenyataan, lalu karena bahasa sehari – hari tidak bisa menggambarkan kenyataan secara benar dikembangkannlah bahasa logis dengan kecermatan matematis yang akurat.

B. Gagasan Postivisme

Positif berarti “ apa yang berdasarkan fakta objektif “. Secara tegas, yang “positif” berarti yang nyata, yang pasti, yang tepat, yang berguna, serta yang mengklaim memiliki kesahihan. Kebalikan dari yang positif adalah yang khayal (Chirnrique) yang meragukan (indecision), yang kabur (vaque), yang sia – sia (oiseux), dan yang mengklaim memiliki kesahihan relative. Perbedaan ini harus dibacadalam kerangka biner, bahwa yang satu lebih benardan yang lainnya adalah salah.

Posivisme adalah aliran filsafat ilmu yang didasarkan atas keyakinan atau asumsi – asumsi dasar : (1) Ontology : Realisme, (2) Epistomologi : Dualisme, (3) Metologi : Eksperimental. Doktrin pertama positivisme adalah kesatuan ilmu. Doktrin ini menyatakan bahwa keabsahan ilmu harus disandarkan pada kesatuan meode dan bahasa. Setelah pengenalan prinsip positivisme, berikut ini akan dikemukakan beberapa cirri positivisme (Gahral Adian, 2002 :68), yaitu bebas nilai, fenomenalisme, nominalisme, reduksionisme, dan mekanisme.

C. Positivisme Logis

Patut ditegaskan bahwa positivisme Comte menyakini bahwa pengetahuan kita tentang dunia hanya dimungkinkan melalui pengalaman indrawi. Kita tahu tentang langit, karena indra kita mengalami langit itu sebagaimana adanya. Prinsip in diubah oleh kaum positivisme logis, bahwa pengetahuan kita tentang dunia hanya dimungkinkan melalui bahasa.

Positivisme logis memiliki pengaruh yang cukup penting pada perkembangan ilmu komunikasi. Menurut Bertens (1983 :133), ada tiga tahap perkembangan positivisme : 1900-1930, 1930-1945, dan 1945. Positivisme logis awal dapay dirunut pada pemikiran George Moore, Bertrand Russel, dan Ludwig Wittgeinstein I. George Moore memulai pemikirannya dengan menyerang pendirian kaum indealisme yang mencari kebenaran melalui refleksi terhadap ide – ide dalam diri.

BAB 6

PERSPEKTIF POST POSITISME : KRITIK TERHADAP POSITIVISME

A. Post-Positivisme

Pada tahun 1970/1980 muncullah gugatan-gutan mengenai kebenaran positivisme, pemikirannya dinamai post-positivisme. post-positivisme merupakan pemikiran yang menggugat asumsi dan kebenaran positivisme. Asumsi dasar post-positivisme yaitu, pertama fakta tidak bebas melainkan bermuatan teori. Kedua falibilitas teori. Tidak satu teoripun yang dapat sepenunya dijelaskan dengan bukti-bukti empiris. Ketiga fakta tidak bebas melainkan penuh dengan nilai. Keempat interaksi antara subjek dan objek penelitian.

Karl R Popper salah satu tokoh pemikir tesebut, karena Popper mengkritik objektivisme yang dianut Comte, namun pada pemikiranya yang lain ia masi mengikuti prinsip-prinsip positivisme.

B. Post-PositivismeOntologi Post-Positivisme

Secara ontologis, Post-Positivisme bersifat critical realism yaitu memandang bahwa realitas memang ada pada kenyataan sesuai dengan hukum alam, akan tetapi suatu hal yang mustahil bila peneliti dapat melihat realitastersebut secara benar/ apa adanya, seperti apa yang diyakini positivisme.

Epistomologi dan Aksiologi

Sebagaimana mereka menjalankan asumsi – asumsi ontologism realisme kritis, kebanyakan kalangan sarjana komunikasi post-positivis mengaju pada prinsip – prinsip epistomologis dan aksiologis yang diistilahkan oleh Guba (1990)objektivisme yang dimodifikasi. Kalangan teoritisi post-positivis secara umum mengaju pada asumsi objektivisme positivisme. Ada dua asumsi objektivisme. Pertama, pencarian atas pengetahuan dilakukan dengan bersandar pada penjelasan kausal dan bergantung pada keteraturan yang ditemukan dalam dunia fisik dan sosial. Kedua, adanya pemisahan antara obyek yang diamati dengan subjek yang mengamati.

C. Struktur dan Fungsi Teori dalam Perspektif Post-PositivismeStruktur Teori Perspektif Post-Positivisme

Struktur teori dalam tradisi post-positivisme mensyaratkan bahwa teori – teori yang ada mesti menyediakan penjelasan abstrak fenomena empiris dalam bentuk konsep – konsep spesifik ataupun definisi – definisi, relasi – relasi spesifik (yang sering kali bersifat kausal) antara konsep – konsep tersebut, serta hubungan eksplisit antara konsep – konsep abstrak dan observasi empiric suatu fenomena. Struktur seperti ini menekankan pendekatan deduktif dalam teori dimana abstraksi tentang dunia diolah untuk kemudian diuji melalui observasi dalam dunia sosial.

Fungsi teori prespektif post-positivisme

Fungsi teori dalam kebanyakan pemikiran kalangan post-positivisme adalah untuk menentukan beberapa keteaturan atas pengalaman yang tak teratur. (Dubin, 1978). Pada level yang lebih spesifik, ada tiga fungsi taori yang paling sering diyakini kaum post-positivis, yakni ; fungsi – fungsi yang saling terkait antara penjelasan ( explanation), prediksi (prediction), dan kontrol (control).

kriteria evaluasi dan perbandinga teori

Ada beberapa cara umum untuk mengevaluasi kualitas sebuah teori, termasuk tingkatkesuksesan sebuah teori dalam memecahkan persoalan empiris, konseptual dan praktis; atau untuk mengontrol sejauh mana solusi sebuah teori lebih memadai daripada solusi teori yang lainnya, dan sejauh mana teori tersebut dapat memajukan sebuah cara dalam memecahkan masalah baru. Thomas Khun, (dalam Miller. 2002:43-44) mengusulkan suatu set criteria evaluasi dan perbandingan teori :

Sebuah teori harus akuratSebuah teori harus konsistenSebuah teori harus punya ruang lingkup yang lausSebuah teori harus sederhanaSebuah teori harus menghasilkan (be fruitful)

Proses perkembangan teori

Faktor utama dalam pengembangan teori dan pertumbuhan ilmu pengetahuan dalam tradisi post-positivisme adalah keterusterangan. Kalangan post-positivisme mengembangkan teori dan mengakumulasi pengetahuan tentang dunia lewat proses pengujian teori secara empirik.

BAB 7

PERSPEKTIF INTERPRETIF

A. Sejarah Perspektif Interpretif

Pemetaan akar sejarah dapat dirujuk pada sejumlah gagasan abad pencerahan, khususnya posisi filosofis Rene Descrates ( 1596-1650). Pada 1644, Descrates mempublikasikan buku The Principles Of Fhilosopy. Ia berpendapat bahwa semua penjelasan dapat disandarkan pada observasi terhadap benda dan gerak ( Descrates 1963).

Pada pertengahan abad 18, sudah timbul beberapa keberatan terhadap objektivas, rasionalitas dan pondasi penegetahuan yang mendasari observasi eksternal. Yang paling berpengaruh pada periode ini adalah Immanuel Kant (1724-1803). Ia berpendapat bahwa manusia memiliki pengetahuan yang apriori yang bersifat independen dari dunia luar. Dan hal ini berlawanan dengan prisip-prinsip Cartesian, Idialisme Jerman yang berpendapat bahwa kondisi manusia mesti dimulai dengan pertimbangan akan semangat subjektif dan intuisi yang menuntutnya.

B. Pandangan Dasar Perspektif InterpretifPenomenologi

Dunia kehidupan adalah unsur sehari-hari yang membentuk kenyataan kita, unsur-unsur dunia sehari-hari yang kita libati dan hadapi sebelum kita menerikan atau mereflesikannya secara filosofis. Penomenologi transendental dan penomenologi sosial menegaskan pentingnya kehidupan sehari-hari sebagai sebuah objek studi.

Hermeuneutika

Kontribusi pemikiran hermenueutika untuk teori kontemporer dalam komunikasi dapat diringkas dalam beberapa gagasan sentral.

Pertama, hermenueutika menegaskan pentingnya sebuah pemahaman sebagai sebuah oposisi dari penjelasan, prediksi dan control, sebagai tujuan dan analisis sosial. Kedua, hermenueutika menekankan konsep sentral teks dan berusaha meyakinkan bahwa berbagai perilaku dan objek yang terbentuk dalam kehidupan sosial dapat dimaknai sebagai sebuah teks. Ketiga, hermenueutika menunjukkan para ilmuan pada pentingnya teks-teks dalam dunia sosial dan pada metode analisis yang menekankan keterhubungan pengaruh antara teks, pengarang, konteks dan kalangan teorisi.

Interaksionisme Simbolik

Teori interaksionisme simbolik berorientasi pada prinsip bahwa orang-orang merespons makna yang mereka bangun sejauh mereka berinteraksi satu sama lain. Setiap individu merupakan agen aktif dalam dunia sosial, yang tentu saja dipengaruhi oleh budaya dan organisasi sosial, bahkan ia juga menjadi instrument penting dalam produksi budaya, masyarakat, dan hubungan yang bermakna yang mempengaruhi mereka (miller.2002:51).

C. Teori Interpretif dalam Komunikasi

Prinsip-prinsip dasar teori ini adalah pengalaman subjektif, kreasi intersubjektif dalam makna pemahaman, pemahaman sebagai tujuan akhir dari riset sosial dan ketidakterpisahan anatara “yang tahu” dan “yang diketahui”.

Ontology Teori Interpretif

Pandangan ontologis dari kebanyakan teoretisis interpretif dalam ilmu komunikasi menganggap “realitas sosial hadir dalam beragam bentuk kontruksi mental, berdasar pada situasi sosial dan pengalamannya, bersifat local dan spesifik, kemudian bentuk dan formatnya bergantung pada orang yang menjalaninya.(Guba, 1990a:27).

Epistemologi Teori Interpretif

Dasar epistemologis dari riset interpretif berdasarkan pada keyakinan tentang realitas (ontology kalangan nominalis dan konstruksionis sosial) dan pada kekurangan yang dirasa pada metode riset yang sudah mendominasi riset sosial pada abad ke-20.

Teoretisi interpretif menolak pendapat post-positivisme ini, dengan alas an bahwa sifat dasar observasi membuat investigasi yang objektif tidak akan mungkin. Hasilnya teoretisi interpretif mengajukan epistemology yang subjektif.

Aksiologi Teori Interpretif

Dalam pembahasan kita tentang fenomenologi, kita telah mempertimbangkan konsep bracketing suatu gagasan bahwa seorang peneliti sosial mesti mengesampingkan prasangka dari nilai – nilai ketika meneliti sebuah kehidupan sosial (epoche). Konsep ini menyatakan bahwa para pakar interpretif harus mencoba memperkecil pengaruh nilai – nilai dalam proses penelitian. Pendekatan mengenai peran nilai dalam pengembangan teori ini bahwa nilai – nilai ini harus ditangguhkan dahulu demi kajian yang lebih objektif, tidak dipakai oleh kebanyakan teoretisi intrpretif konteporer.

D. Struktur dan Fungsi Teori InterpretifTeori interpretif umum ( General interpretive theories )

Inti dari ontology interpretif adalah kepercayaan bahwa kita mengontruksi dunia kita secara sosial lewat interaksi komunikatif ( yaitu tindakan untuk mencapai pemahaman timbale balik ).

Ground Theory

Penafsiran ilmiah menolak keunggulan dari struktur sosal yang terdahulu dan percaya bahwa makna yang sebenarnya muncul dari interaksi.

kriteria Untuk Evaluasi

Pendekatan pada teori ini sangat memperhatikan proses atau cara-cara penelitian dan perkembangannya.

E. Komunikasi dalam Perspektif InterpretifEtnografi Komunikasi

Garry Philipsen berpendapat bahwa ada empat asumsi komunikasi etnografi. Pertama, parstisipan dalam sebuah komunikasi, budaya local menciptakan pengertian bersama dengan yang dipahaminya. Kedua, para komunikator dalam kelompok budaya haru berada dalam suatu sitem komunikasi. Ketiga, penegertian dan tindakan sifatnya khusus bagi masing-masing kelompok budaya. Keempat, setiap kelompok dianggap memiliki cara-cara sendiri untuk memahami kode dan tindakan tertentu.

Dramatisme dan Narasi

Teori ini memusatkan diri pada peristiwa penggunaan symbol komunikasi. Dramatisme dan narasi tak dapat dipisahkan karena memainkan adegan berarti menceritak kisah secara berurut, sebaliknya menceritakan kisah secara berut berarti sedang menampilkan adegan dari actor tertentu.

BAB 8

PERSPEKTIF KONSTRUKTIVISME

KONSTRUKTIVISME menolak pandangan positivisme yang memisahkan subjek dan objek komunikasi. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan.

A. Sejarah prespektif konstruktivisme

Positivisme menyakini bahwa pengetahuan harus merupakan representasi (gambaran atau ungkapan)dari kenyataan dunia yang terlepas dari pengamat (objektivisme). Pengetahuan dianggap sebagai kumpulan fakta. Konstruktivisme menegaskan bahwa pengetahuan tidak lepas dari subjek yang sedang belajar mengerti. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Von Glaserfeld dalam Bettencourt, 1989 dan Matthwes, 1994).

B. Konstruktivisme dalam Ilmu Komunikasi

Teori kontruktivis atau kontruktivisme adalah pendekatan secara teoretis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia dan rekan-rekan sejawatnya 9 Miller, 2002). Kontrutivisme ini lebih berkaitan dengan program penelitian dalam komunikasi antarpersonal.

Komunikasi berbasis “Diri”

Prinsip dasar kontruktivisme adalah bahwa tindakan ditentukan oleh kontruk diri sekaligus juga konstruk lingkungan luar dari diri. Pada tindakan komunikasi, diri seperti sedang menawarkan siapa dirinya dan apa kepentingannya pada orang lain

Konstruk hubungan dalam komunikasi

Secara khusus, individu dengan konstruk sistem yang berbeda akan membuat definisi yang kompleks tentang situasi antarpersona dan akan, sebagai hasil, memproduksi hasil, memproduksi pesan yang lebih bersifat kompleks serta lebih terpusat pada diri.

Model desain pesan

Logika desain pesan ini menyatakan bahwa setiap orang mempunyai alur fikiran berbeda yang digunakan dalam mengurus tujuan-tujuan yang saling bertentangan.

BAB 9

PERSPEKTIF TEORI KRITIS

Aliran teori kritis disebut ideologically oriented inquiry, yaitu suatu wacana atau cara pandang terhadap realitas yang mempunyai orientasi ideology terhadap paham tertentu.

A. Sejarah Perspektif Kritis

Teori ini dikembangkan oleh Mazhab Frankfurt. Konsep yang dipergunakannya memiliki kaitan sejarah dengan konsep kritik yang dikembangkan pada masa-masa setelah Renaissance

Pengaruh Marxisme

Karl Marx (1818-1883) merupakan filsuf yang memiliki pengaru yang mendalam dalam perkembangan ilmu pengetahuan sosial. Secara keilmuan, Marx menjadi dasar bagi ilmu yang meyakini bahwa sruktur sosial yang timpang dan menciptakan alienasi tidak dapat dipertahankan dan membutuhkan kritik sehingga struktur tersebut menampakkan kebenaran-kebenaran dasar kondisi kemanusiaan sebagai dasar pengembangan masyarakat.

Majhab Frankfurt

Tujuan majhab ini adalah pembebasan manusia dari perbudakan, membangun masyarakat atas dasar hubungan antarpribadi yang mereka, dan pemulihan kedudukan manusia sebagai subjek yang mengelola sendiri kenyataan sosialnya. (Hardiman, 1990: 58).

B. Pendekatan Teori Kritis pada KomunikasiCultural studies ( studi-studi budaya )

Istilah Cultural Studies berasal dari Center for Contemporary Cultural Studies (CCCS)di Universitas Birmingham, yang didirikan pada tahun 1964. Awal kemunculannya didasari oleh beberapa karya tulis para penggas pertama, yaitu Richard Hoggart, Raymond Williams, EP Thompson, dan Stuart Hall. Pada tahun 1972, dengan tujuan meletakkan Cultural Studies dalam wacana intelektual Inggris, CCCS menerbitkan edisi perdana Working Papers in Cultura Studies.

Secara lebih jelas Cultural Studies mengemukakan definisi budaya sebagai berikut : pertama, budaya adalah “pemikiran – pemikiran yang sama yang menjadi sandaran atau rujukan masyarakat, atau cara – cara kolektif dalam memahami pengalaman kehidupannya”. Kedua, budaya adalah “prektik – praktik cara hidup dari satu kelompok, atau apa yang dilakukan secara materil oleh individu dari hari ke hari”.

Studi – studi Feminis

Feminism berasal dari kata latin femina yang berarti memiliki sifat keperempuanan. Menurut Aida Fitalaya S. Hubies “feminisme diawali oleh persepsi tentang ketimpangan posisi perempuan disbanding dengan laki – laki di masyarakat “ (dalam Anshori, 1998:5). Akibat persepsi ini, timbul berbagai upaya untuk mengkaji penyebab ketimpangan tersebut dalam mengeliminasi dan menemukan formula penyetaraan hak perempuan dan laki – laki dalam segala bidang, sesuai dengan potensi mereka sebagai human being.

Sejauh ini, ada sejumlah aliran besar feminisme yaitu : pertama, Feminisme liberal. Kedua, Feminisme radikal. Ketiga, Feminisme marxis. Keempat, Feminisme sosialis. Perbedaan antara feminisme marxis dengan feminisme sosialis menurut Manshor Fakih (1997:86-88), terletak pada kesadaran bahwa letak kesalahan yang deskriminatif ini ada pada sistem yang jelas – jelas menguntungkan laki – laki. Yang oleh feminisme sosialis ditekankan pada kesadaran masing – masing perempuan untuk melakukan restrukturasi sosial kemasyarakatan.

PENUTUP

Dalam resensi buku ini banyak hal yang perlu kita pahami, karena dari uraian perspektif pada bab-bab diatas sebenarnya saling berhubungan. Penggunaan perspektif menuntut kita untuk toleran pada perbedaan cara pandang, juga arif dalam menggunakan berbagai metode.

Semoga resensi buku ini bisa bermanfaat. Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan, pengutipan ataupun pengetikan, penulis memohonkan maaf. Kritik dan saran anda sangat kami harapkan. Terimakasih.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong