Pelatihan Jurnalistik Dasar

20 April 2016 10:36:21 Dibaca : 94

 

Resume media massa oleh Jurnalis profesional CHRISTOPEL PAINO – Mongabay Indonesia. Dalam mengawali materinya ia menjelaskan tentang apa itu media massa. Media massa (cetak, radio, televisi, dan e-media) adalah sarana utama penegakan demokrasi substansial. Saat ini media massa telah menjadi kekuatan keempat (the fourth estate), di luar kekuasaan eksekutif, legislatif dan judikatif. Namun setelah ‘reformasi’ tahun 1998, fenomena yang terlihat semakin jelas adalah, perubahan media menjadi mediacracy (mediakrasi). Ahli komunikasi Everett M. Rogers menambahkan, media massa juga berperan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses pengambilan keputusan mengenai perubahan. Memberi kesempatan kepada para pemimpin masyarakat untuk memimpin dan mendengarkan pendapat rakyat kecil serta menciptakan arus informasi yang berjalan lancar dari bawah ke atas. Media massa dianggap memainkan peran penting dalam membentuk dan merefleksikan pendapat umum, yang menghubungkan dunia luar dengan individu, melalui reproduksi citra di dalam masyarakatMedia mengungkapkan realita, sekaligus membuat makna dari realita itu. Kemudian Tentang Jurnalis : Jurnalis adalah orang yang melakukan kerja jurnalistik. Ada yang menggunakan istilah wartawan. Sebenarnya sama. Wartawan adalah pewarta, orang yang mewartakan peristiwa dengan kerja jurnalistik. Teknik Menulis Berita : Menulis berita baru bisa dilakukan setelah wartawan mendapatkan fakta berita ( dari press release, jumpa pers, seminar, wawancara, atau peristiwa langsung di tempat kejadian).Tidak semua fakta lapangan bisa ditulis menjadi berita (fungsi self sensorship). Konsultasi dengan editor, diperlukan untuk menentukan fakta mana yang akan diangkat sebagai lead berita, gaya penulisan, panjang tulisan, dan pukul berapa tulisan harus selesai (dead line). Strukur Penulisan :Piramida terbalikLead: semua informasi penting pada paragraf-paragraf awal, harus memenuhi prinsip 5W+1HTubuh berita: Eksplorasi ‘Why’ dan ‘How’ Akhiran: detil dan keterangan tambahan

WowKeren.com - Lama ditunggu, CL akhirnya menyapa fans lewat MV "Hello Bitches" yang dirilis November 2015 lalu. Seakan tak cukup dengan itu, leader 2NE1 ini kembali menyapa penggemar dengan versi baru dari lagu "Hello Bitches".

Dalam MV ini, CL tampil makin berani dengan memakai busana transparan. Tak hanya para dancer pria, CL tampil swag tapi tetap seksi saat menari bersama para model dari "New York Fashion Week". Video ini menampilkan dance-dance super epik dari para model saat di backstage. Yang lebih keren lagi, di MV baru itu, VOGUE juga menggaet rapper papan atas dari Amerika, Joey Bada$$.

Sementara itu, MV itu ternyata dirilis VOGUE dalam rangka mengakhiri "New York Fashion Week". VOGUE kemudian menghadirkan konsep berbeda dengan menghadirkan para model untuk mengisi MV lagu tersebut.

Read more: http://www.wowkeren.com/berita/tampil/00102865.html#ixzz456hoMhVW

Bentor menjadi Favorit angkutan di Gorontalo

07 April 2016 10:47:13 Dibaca : 73

Gorontalo - Bentor atau Becak Motor banyak dijumpai di Gorontalo, Sulawesi Utara. Bentuknya yang menyerupai becak terbilang unik dan menjadi favorit angutan di gorontalo. Bentor telah dimodifikasi pada bagian depan dan belakangnya.
Salah satu tukang ojek Bentor mengatakan bahwa dirinya sudah sebelas tahun berprofesi sebagai tukang ojek Bentor. “saya sudah lama nunggangi bentor,” ujar abang bentor dengan saat di temui di depan kmpus UNG, Sulawesi Utara.
Lalu lintas di Kota maupun di Kabupaten Gorontalo di dominasi oleh angkutan umum bentor. Jarang sekali terlihat angkutan umum seperti seperti angkot. Rata-rata warga Gorontalo beraktivitas dengan menggunakan bentor. Entah itu kepasar, ke rumah, mall maupun menuju kantor mereka.

MESJID SABIRULARSYAD UNG MENJADI PUSAT SYIAR ISLAM

07 April 2016 10:45:39 Dibaca : 96

UNG - Masjid sebagai salah satu fasilitas yang dimiliki sebuah perguruan tinggi maupun memberikan manfaat lebih bagi masyarakat sekitar, yang tidak hanya sebagai pusat kegiatan ibadah semata, namun juga lebih dimaksimalkan perannya sebagai pusat syiar islam bagi masyarakat.
Seluruh civitas akademika UNG berkeinginan untuk memaksimalkan Fungsi Masjid Sabirularsyad sebagai pusat syiar islam di Gorontalo. Terlebih dengan jumlah mahasiswa dan dosen yang mencapai sekitar ribuan orang. Ini akan menjadi modal awal mewujudkan obsesi menjadikan masjid ini sebagai pusat pengembangan keislaman di gorontalo
Kampus sebagai lingkungan intelektual yang di dalamnya juga memiliki orang-orang yang ahli keagamaan, tentu sangat berperan untuk menjadikn masjid ini sebagai pusat pengembangan keislaman. Untuk mewujudkan keinginan tersebut UNG juga ditunjung dengan kondisi masyarakat Gorontalo yang Religius. Dan tentu saja akan ada banyak sekali program yang akan dikembangkan dalam mendukung masjid Kampus sebagai Pusat Syiar Islam di Gorontalo.

 

tugas etika filsafat dan komunikasi

13 April 2014 20:23:36 Dibaca : 285

NAMA : HARPEN MELGI BANO

NIM : 291413003

TUGAS : ETIKA FILSAFAT DAN KOMUNIKASI

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Filsafat Ilmu Komunikasi diartikansebagai“kegiatan berpikir dan mengkaji secara lebih mendalam, cermat, dan kritis terhadap proses komunikasi yang ,epistemologinya maupun aksiologinya dan mencoba memperoleh jawaban yang tepat dengan terus menanyakan jawaban-jawaban untuk memecahkan masalah-masalah dalam proses komunikasi tersebut.”

Dalam hal ini, filsafat komunikasi berartimenggali secara mendalam baik segala hal maupun fenomena komunikasi itu sendiri. Hal ini dapatbertujuan untuk menemukan pengetahuan baru atau bahkan memperbarui dan menyempurnakan teori yang sudah ada. Kegiatan berfilsafat ini berdasarkan keingintahuan dan keragu-raguan manusia akan segala sesuatu yang berada di sekitarnya secara khusus fenomena komunikasi yang didalamnya meneliti hasil hubungan dan interaksi antarmanusia yang mana interaksi tersebut merupakan objek material ilmu komunikasi.

Sedangkan objek formal dalam “ilmu komunikasiadalah segala produksi, proses, dan pengaruh darisistem tanda dalam kehidupan manusia.” Filsafat ilmu komunikasi mempertanyakan bagaimana aspek ontologi, epistemologi, dan aksiologikomunikasi. Secara ontologi, komunikasi pada awalnya dianggap sebagai suatu proses linear antara komunikator dan komunikan yang saling bertukar pesan melalui media yang mereka gunakan dan terus berkembang seiring dengan perubahan yang faktor manusia yang mulai diperhitungkan.

Komunikasi yang awalnya hanya dipandang satu arah berkembang sedemikian rupa hingga menghasilkan berbagai macam bentuk komunikasi yang diantaranya yaitu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa dan komunikasi publik.

Dalam aspek epistemologi, ilmu komunikasi dikaji lebih mendalam. Para ilmuwan menanyakan bagaimana proses membangun pengetahuan atau teori-teori. Hal tersebut diwujudkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana ilmu komunikasi itu sendiri.

Sedangkan dalam aspek aksiologi, ilmu komunikasi dipandang dari sisi nilai kajian dan etika tentang apa dan bagaimana pengaruh ilmu tersebut dalam masyarakat yang tujuannya bisa sebagai kritik sosial, transformasi, emansipasi, dan social empowerment.

PEBAHASAN

PERSPEKTIF TEORI-TEORI KOMUNIKASIAPA ITU PERSPEKTIF?

Pemahaman atas komunikasi manusia, merupakan masalah perspektif yang dipakai untuk memahaminya (Fisher, 1990: 86) Perspektif adalah sudut pandang dan cara pandang kita terhadap sesuatu. cara kita memandang atau pendekatan yang kita gunakan dalam mengamati penyataan akan menentukan pengetahuan yang kita peroleh. Misalnya pengetahuan kita tentang rumah dari perspektif artistik, sosial, dan sebagainya.

Pemilihan istilah perspektif, dan bukan teori, merupakan kearifan ilmu sosial untuk tidak lagi berlagak “mengukur” atau “bebas nilai” gejala-gejala sosial, dalam hal ini gejala ilmu komunikasi. Pengukuan dan bebas nilai, yang khas perspektif positivisme, berarti engakurkan teori pada realitas sambil menyatakan bahwa apa yang ditemukan adalah apa adanya, tanpa intervensi dari subjek pengamat.

Konsekuensi dari penggunaan perspektif adalah kearifan untuk menyatakan bahwa apa yang kita ketahui sekarang bukanlah kebenaran mutlak, melainkan hanya pemahaman yang diciptakan manusia.

PERSPEKTIF-PERSPEKTIFRealisme

Realisme beranggapan bahwa benda-benda atau objek-objek yang diamati sebagai apa adanya, telah berdiri disana secara benar, tanpa campur tangan id dari pengamat.

Nominalis

Nominalis menganggap bahwa dunia sosial adalah eksternal pada persepsi individu, tersusun tidak lebih dari sekedar nama, konsep dan label yang digunakan untukmembuat struktur ralitas.

Konstruksionis

Konstruktivisme mengatakan bahwa kita tidak pernah dapat mengerti realitas yang sesungguhnya secara ontologis. Yang kita mengerti adalah struktur konstruksi kita akan suatu objek. Konstruktivisme tidak bertujuan mengerti realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana kita menjadi tahu akan sesuatu.

CATATAN AKHIR

Perspektif-perspektif tersebut menurunkan sejumlah teori komunikasi. Misalnya, perspektif positivisme dan post-positivisme menurunkan teori strukturalisme menurunkan teori strukturalisme-fungsionalisme. Teori ini merupakan turunan dari perspektif positivisme dan post-positivisme.

Selain strukturalisme-fungsional ada teori interaksionis yang merupakan turunan dari perspektif interpretif dan konstruktivisme. Teori ini memandang kehidupn sosial sebagai suatu proses interaksi.

Perspektif interpretif selain menurunkan sejumlah teori komunikasi interaksionalisme, juga menurunkan teori khas interpretif. Teori ini menggambarkan proses munculnya pemahaman dari kehidupan sosial.

Terakhir adalah teori kritis. Teori ini mencoba membongkar kepentingan atau idiologi yang berdiri di balik fenomena sosial. Karena itu teori ini tidak teori ini tidak sekedar melakukan observasi, melainkan juga memberikan kritik terhadap fenomena sosial.

Semua perspektif dan teori ini memiliki kelemahan dan kelebihannya. Itulah sebabnya penggunaan nama perspektif dipilih. Teori stuktural fungsional dapat menjelaskan kategori-kategori umum dan hubungan diantara variabel dalam sistim sosial.

PERSPEKTIF POSITIVISME

Paradigma positivisme mendevinisikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses sebab akibat yang mencerminkan pengirim pesan (komunikator, encoder) untuk mengubah (sikap atau perilaku) penerima pesan (komunikan / decoder) yang pasif (Mulyana, 2000:58). Batasan komunikasi pada paradigma ini berlangsung satu arah, yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seorang (atau lembaga) kepada seseorang lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Model komunikasi linier atau komunikasi suatu arah merupakan salah satu model yang paling banyak dikenal dan mudah dipahami. Model ini adalah model komunikasi yang menggunakan perspektif mekanistis, sehingga metodologi ilmu-ilmu alam digunakan dalam merumuskan data, meneliti, dan menyimpulkan kebenaran tindakan komunikasi.

SEJARAH POSITIVISME

Positivisme dibidani oleh dua pemikir Prancis, Henry Sain Simon (1760-1825) dan muridnya Auguste Comte (1798-1857). Henry merupakan penggagas utama, sedangkan Comte adalah penerus dan pengembang gagasan ini. Auguste Comte suatu studi ilmiah terhadap masyarakat atau sosiologi yang berdasarkan prinsip studi ilmu-ilmu alam.

Positivisme yang dikembangkan Auguste Comte disebut juga sebagai positivisme sosial. Paham ini meyakini bahwa kehidupan sosial hanya dapat dicapai melalui penerapan ilmu-ilmu positif.

Selain positivisme sosial muncul juga positivisme evolusioner. Paham ini diperoleh Charles Lyell, Charles Darwin, Herbert Spencer, Ernst Hackel dan Wilhem Wundt. Secara umum pemikiran positivisme evolusionermirip dengan positivisme sosial.sama-sama percaya akan kemajuan. Perbedaanya hanya pada pendasaran kemajuan itu. Positivisme sosial percaya bahwa kemajuan itu dapat berlangsung berdasarkan ilmu pengetahuan. Sedangkan positivisme evolusioner meyakini interaksi manusia-semmesta sebagai penentu kemajuan.

Pada ahun 1920-an kemudian berkembang satu lagi paham positivisme di Austria yaitu positivisme logis atau Lingkaran wina (der Wiener Kries).Tokoh-tokoh positivisme adalah Rudolph Carnapp, Alfred Ayer, CL Stevenson, Gilbert Ryle, Susan Stebbing, Jhon Wisdom, Bertrand Russel, dan Wittgenstein.

Positivisme logis adalah aliran positivisme yang lebih memfokuskan diri pada logika dan dan bahasa ilmuan. Salah satu prinsip yang diyakini kaum positivisme logis adalah prinsip tsomorfi yaitu adanya hubungan mutlak antara bahasa dan di dunia nyata.

GAGASAN POSITIVISME

Positif berarti “apa yang berdasarkan fakta objektif”. Secara tegas, yang “positif” berarti yang nyata, yang pasti, yang tepat, yang berguna, serta yang mengklaim memiliki kesahihan mutlak. Kebalikan dari yang positif adalah yang khayal, (chimrique), yang meragukan, (indecision), yang kabur (vague) yang sia-sia (oiseux), dan yang mengklaim memiliki kesahihan relatif. Perbedaan ini harus dibaca dalam kerangka biner, bahwa yang satu lebih benar dan yang lainnya adalah salah.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa ciri positivisme (Gahra Adian, 2002: 68), yaitu bebas nilai, fenomenalsime, nominalisme, reduksionisme, naturalisme, dan mekanisme. Bebas nilai berarti bahwa ketika sipengamat mengamati sesuatu maka nilai-nilai (keyakinan, gagasan, emosi, dll) yang dimiliki si pengamat tidak dilibatkan seingga menghasilkan kesimpulan apa adanya (objektif). Fenomenalsme berarti apa yang kita amati merupakan fenomena (gejala) belaka, sementara sesuatu yang berdiri dibelakang fenomena (sebagaimana diyakini metafisika) tidak dibatalkan. Nominalsime adalah kebenaran berdasarkan nama atau ukuran, dalam hal ini kebenaran kenyataan terletak pada penamaan ( teori-teori) bukan kenyataan itu sendiri. Nominalisme merupakan konsekuensi dari cara penelitian yang menyederhanakan atau mereduksi, kenyataan menjadi fakta-fakta yang dapat dipersepsi (reduksionisme).

secara epistomologis, positivisme dapat dikategorikan sebagai realisme dan fondasionalisme epistomologis. Ralisme epistomologis adalah pandangan yang meyakini bahwa ilmu pengetahuan dapat menggambarkan kenyataan secara apa adanya. Fondasionalisme epistomologis adalah pandangan yang meyakiini adanya satu metode yang menjamin pencapaian kebenaran ilmiah yang objektif. Kedua pandangan ini akan menjadi titik kritik post-positivisme.

POSITIVISME LOGIS

Positivisme logis awal dapat dirunut pada pemikiran George Moore, Bertrand Russel, dan Ludwig Wittgenstein I. George Moore memulai pemikirannya dengan menyerang pendirian kaum idialisme yang mencari kebenaran melalui refleksi terhadap ide-ide dalam diri. Bagi Moore memulai pemikirannya dengan akal sehat. Filsafat harus berpihak pada akal sehat dan alatnya adalah analisis. Tujuan filsafat adalah memberikan penjelasan terhadap bahasa dan pemikiran, bukan menemukan pandangan-pandangan baru. Analisis yang dimaksut Moore sama artinya dengan pembeberan pengertian suatu pernyataan, atau eksplisitasi suatu pernyataan.

Tahap kedua positivisme logis dimotori oleh pemikiran Alfred Ayer (1910). Pemikiran Ayer menegaskan bahwa realitas pada dasarnya dapat disampaikan dengan data-data indrawi. Karena itu bila ada orang yang menyatakan sesuatu, tanpa ada kejelasan data-data indrawinya (seperti pernyataan “ada malaikat turun kebumi”). Pemikiran ini disebut prinsip verifikasi.

Prinsip verifikasi ini membedakan ucapan dalam tiga jenis: ucapan tautologis, ucapan yang dapat diverifikasi, dan ucapan tak bermakna. Toutologis berarti “mengatakan hal yang sama”. Pernyataan toutologis adalah pernyataan yang menjelaskan subjeknya. Dalam pernyataan toutologis, predikat hanya menjelaskan subjek dan tidak menambahkan sesuatu yang baru.

CATATAN AKHIR

Sosiologi merupakan ilmu sosial pertama yang dikembangkan peradaban manusia. Jadi wajar saja bila prinsip-prinsip sosiologi yang positivisme menjadi dasar bagi ilmu-ilmu sosial lain seperti pada ilmu komunikasi. Bahkan lebih dari itu, batasan-batasan keilmiahan suatu ilmu (objektif, sistmatik, universal, dll) juga sumbangan dari positivisme. Jadi pada perkembangan awalnya, ilmu komunikasi berada dibawah pengaruh positivisme.

Model yang dikembangkan dari perspektif ini adalah model komuniksi linier dan model peluru. Pada model linier kita mengenal ungkapan “siapa Mengatakan Apa melalui Saluran Apa dengan Efek Apa”. Semua gambaran yang mengenai model komunikasi linier dan peluru ini memang khas perspektif positivisme. Kita tahu bahwa perspektif positivisme menyukai bahwa realitas ilmiah terbatas pada yang dapat diukur, maka proses pemahaman atas peristiwa komunikasi dijalankan dengan memasukan fenomena-fenomena sejauh ia bisa diukur.

PERSPEKTIF POST POSITIVISME: KRITIK TERHADAP POSITIVISMEPOST-POSITIVISME

Pada tahun 1970-1980-an munculah gugatan-gugatan mengenai kebenaran positivisme, pemikiran dinamai post-positivisme. Post-positivisme merupakan pemikiran yag menggugat asumsi dan kebenaran positivisme.

POST-POSITIVISME DALAM PENELITIAN SOSIAL DAN KOMUNIKASIOtologi Post-Positivisme

Perspektiv post-positivisme merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

Epistomologi dan Aksiologi

Post-positivisme bagaimanapun terlihat sama dengan positivisme, walaupun ada beberapa perbedaan yang khas. Seperti pada basis ontologi, sementara positivisme menekankan realisme mutlak, seperti pada basis ontologi, sementara positivisme menekankan realisme mutlak, post-postitivisme memilih realisme kritis.demikian pula dalam hal landasan epistomologi dan aksiologinya.

STRUKTUR DAN FUNGSI TEORI DALAM PERSPEKTIF POST-POSITIVISME

Struktur Teori Perspektif Post-Positivisme

Teori pada dasarnya merupakan sebuah abstraksi. Kualitas abstrak sebuah teori secara partikular berhubungan erat, dalam pendekatan post-positivisme, dengan keberadaan teori itu sendiri. Kalangan sarjana post-positivisme percaya bahwa teori-teori tersebut mesti menyediakan penjelasan umum yang melandasi penyelidikan peristiwa-peristiwa individual. Seorang sarjana post-positivis juga menghendaki agar pernyatan umum dalam sebuah teori harus tertata secara logis dan memiliki keterhubngan yang tak dapat dipungkiri dengan realitas yang akan diteliti.

Fungsi Teori Perspektif Post-positivisme

Fungsi teori dalam kebanyakan pemikiran kalangan post-positivisme adalah untuk menentukan beberapa keteraturan atas pengalaman yang tak teratur. (Dubin, 1978). Pada lefel yang lebih spesifik, ada tiga fungsi teori yang paling sering diyakini kaum post-positivis, yakni: fungsi-fungsi yang saling terkait antara penjelasan (explanation), prediksi (predicition) dan kontrol (control).

Kriteria Evaluasi dan Perbandingan Teori

Ada beberapa cara umum untuk mengevaluasi kualitas sebuah teori, termasuk tingkat kesuksesan sebuah teori dalam memecahkan persoalan empiris, konseptual dan praktis; atau untuk mengontrol sejauh mana solusi sebuah teori lebih memadai dari pada sebuah solusi teori yang lainnya, dan sejauh mana teori tersebut dapat menunjukan sebuah cara dalam memecahkan masalah baru. Thomas Kuhn, dan Millemengusulkan satu set kriteria evaluasi dan perbandingan teori:

Sebuah teori harus akuratSebuah teori harus konsistenSebuah teori harus punya ruang lingkup yang luasSebuah teori harus sederhanaSebuah teori harus menghasilkan (be frutiful)

Proses Perkembangan Teori

Faktor utama dalam pengembangan teori dan pertumbuhan ilmu pengetahuan dalam tradisi post-positivisme adalah keterusterangan. Kalangan post-positivisme mengembangkan teori dan mengakumulasi pengetahuan tentang dunia lewat proses pengujian teori secara empirik.

CATATAN AKHIR

Perspektif post-positivisme membawa pengaruh yang besar pada ilmu sosial termasuk ilmu komunikasi,. Melalui kritik yang mendasarkan terhadap positivisme yang terlalu realis, nilai dan memisahkan subjek dan objek penelitian, post-positivisme memberikan model penelitian khas yang ilmu sosial. Manusia bukanlah benda yang ketika diteliti hanya menyajikan efek yang sama, manusia itu hidup dan dapat mengonstruksi tanggapan tertentu ketika diteliti. Maka keobjektivan tak bisa ditemukan sebagaimana kita menemukan ketika meneliti benda-benda.

PERSPEKTIF INTERPREKTIFSEJARAH PERSPEKTIF INTERPREKTIF

Pemetaan akar sejarah dapat dirujuk pada sejumlah gagasan abad pencerahan, khususnya posisis pilosofis Rene Descartes (1596-1650) pada 1644, Descartes memublikasikan buku The Principles of Philosophy. Ia berpendapat bahwa semua penjelasan dapat didasarkan pada observasi terhadap benda dan gerak (Descartes 1963). Pada titik ini kerja filosofis Descartes telam membangun sebuah landasan pendekatan terhadap pengetahuan yang dijadikan sebgai dasar bagi positivisme sekaligus juga post-positivisme yang telah dibicarakan pada bab sebelumnya dan juga sebuah perbedaan yang jelas adanya dunia eksternal objek dan dunia internal subjek.

PANDANGAN DASAR PERSPEKTIF INTERPRETIF

Fenomenologi

“Dunia kehidupan (lebenswelt) adalah dasar makna yang dilupakan oleh ilmu pengetahuan”, begitulah ujar Husserl, pencetus filsafat Fenomenologi dunia kehidupan adalah unsur sehari-hari yang membentuk kenyataan kita, unsur-unsur dunia sehari-hari yang kita libati dan hadapi sebelum kita meneorikan atau merefleksikannya secara filosofis. Dunia kehidupan memuat segala orientasi yang kita andaikan begitu saja dan kita hayati pada tahap-tahap yang paling primer.

Hermeuneutika

Hermeuneutika dalam bahasa ini dikemukakan demi untuk menjelaskan bagaimana pencarian metode ilmu sosial (dalam hal ini komunikasi) yang berbeda dengan ilmu alam. Pada bagian fenomenologi kita telah menemukan istilah dunia kehidupan.

Interaksionisme Simbolik

Yang menarik dari perspektif ini adalah orang yang diidentifikasi sebagai bapak teori Interaksionisme Simbolik, yaitu George Herbert Mead (1863-1931), tak pernah menggunakan term ini. Bagaimanapun, usahanya telah memengaruhi banyak sarjana yang menekankan sebuah pemahaman dunia sosial berdasarkan pentingnya makna yang diproduksi dan diinterpretasikan melalui simbol-simbol dalam interaksi sosial.

TEORI INTERPRETIF DALAM KOMUNIKASI

Ontologi Teori Interpretif

Pada bagian sebelumnya kita telah membahas sejumlah pandangan ontologis mengenal sifat dasar dunia sosial mulai dari realisme dan nominalisme, termasuk juga konstruksionisme sosial. Kalangan teoretisi interpretif dalam komunikasi menolak penafsiran seorang realis terhadap dunia sosial, bahkan mendukung nominalisme, atau lebih sering kepada konstruksionisme sosial.

Epistomologi Teori Interpretif

Dasar epistomologis dari riset interpretif berdasarkan pada keyakinan tentang realitas (ontologi kalangan nominalsi dan kontuksionis sosial) dan pada kekuragan kekurangan yang dirasa pada metode riset yang sudah mendominasi riset sosial pada abad ke-20.kita melihat penolakan yang sudah meluwas terhadap pemikiran bahwa pengetahuan bisa dihasilkan dalam sebuah cara yang benar-benar bebas dari nilai-nilai dan keyakinan teoretis.

Aksiologi Teori Interpretif

Sebagaimana bisa di ambil kesimpulan dari pemahaman terdahulu mengenai epistomologi, teoretis interpretif menjauhkan diri dari dugaan bahwa realitas sosial bisa benar-benar dipisahkan dari nilai-nilai subjek peneliti, kmunitas penelitian, dan masyarakat. Bagaimanapun, diluar dari semua penolakan terhadap penyelidikan dan teori yang bebas nilai ini, teoretisi interpretif sedikitnya telah mengubah isu-isu aksiologis.

STRUKTUR DAN FUNGSI TEORI INTERPRETIF

Teori Interpretif Umum (General Interpretive Theories)

Inti dari ontologi interpretif adalah kepercayaan bahwa kita mengontruksi dunia kita secara sosial lewat interaksi komunikatif (yaitu tindakan untuk mencapai pemahaman timbal balik). Darinya keberadaan makna dibuat secara interssubjektif, seperti halnya seseorag membawa pemahaman subjektif pada sebuah interaksi, dan pemahaman ini kemdian tumbuh berkembang serta kadang tertata ulang melalui tindakan-tindakan komunikatif.

Grounded Theory

Grounded Theory dikembangkan oleh Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss dalam bukunya berjudul The Discovery of Grounded Theory (1967). Tujuan buku ini adalah: pertama, mengusahak an pengembangan teori yang didasarkan pada data yang dikumpulkan selama penelitian. Kedua, untuk menyugestikan logika dan spesifikasi pada Grounded theory. Ketiga, untuk secara hati-hati melegitimasiakn penelitian kualitatif.

Kriteria untuk Evaluasi

Pendekatan teori ini sangat berkaitan dengan dengan cara cara penelitian dan perkembangan. Karenanya evaluasinya pun sangat memperhatikan proses itu sendiri. Mengevaluasi suatu grounded theory melibatkan evaluasi dari proses dari mana teori ini berkembang serta bentuk dimana hal ini dipresentasikan didepan para ilmuwan.

KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF INTERPRETIF

Etnografi Komunikasi

Komunikasi etnografi merupakan pengembangan penelitian etnografi. Garry Philipsen mengemukakan empat asumsi komunikasi etnografi. Pertama, peneliti (atau lazim disebut partisipan) dalam sebuah komunikasi budaya lokal menciptakan pengertian bersama dengan yang sedang dipahaminya. Kedua, para komunikator dalam kelompok budaya harus berada dalam suatu sistem komunikasi. Ketiga, pengertian dan tidakan sifatnya khusus bagi masing-masing kelompok budaya. Keempat, setiap kelompok dianggap memiliki cara-cara tersendiri untuk memahami kode dan tindakan tertentu.

Dramatisme dan Narasi

Teori dramatisme dan Narasi merupakan teori komunikasi yang dipengaruhi oleh interaksionalisme simbolik. Teori dramatisme dan narasi memusatkan diri pada peristiwa penggunaan simbolik komunikasi.

CATATAN AKHIR

Ilmu Komunikasi bukan lagi terbatas pada penelitian mengenai penirim pesan, saluran, penerima pesan, dan efeknya: komunikasi telah melangkah jauh pada pencarian makna yang mendasari tindak komunikasi yang terdapat pada dunis sosial. Perspektif interpretif bahkan telah memberi kita pemahaman baru mengenai objek penelitian komunikasi, bukan lagi pada tindakan kusalitas melainkan pada makna yang mendasari komunikasi.

PERSPEKTIF KONTRUKTIVISMESEJARAH PERSPEKTIF KONSTRUKTIVISME

Bila dirunut ke belakang, konstruktifisme yang meyakini bahwa makna atau realitas bergantung pada kontruksi pikiran, dapat dirunut pada teori Popper (1973). Kita tahu popper membedakan tiga pengertian tentang alam semesta: (1) Dunia fisik atau keadaan fisik: (2) Dynia kesadaran atau mental atau di posisi tingkah laku: dan (3) Dunia dari isi objektif pemikiran manusia, khususnya pengetahuan ilmiah, puitis, dan seni.

KONSTRUKTIVISME DALAM KOMUNIKASI

Komunikasi Berbasis “Diri”

Fokus perspektif post-positivisme adalah proses produksi suatu pesan, fokus ini dapat kita temukan pada komunikasi antarpesona. Untuk dapat meninjau komunikasi antarpesona kita dapat menunjuk pada teori sosiolinguistik Bernstein. teori Bernstein menyatakan bahwa individu dalam melakukan sesuatu dikonstruksi oleh orientasi kehidupannya sendiri (kita sebut sebagai orientasi subjek), dan oleh orientasi posisi subjek itu dalam hidupnya.

Konstruk Hubungan dalam Komunikasi

Seperti kita ketahui, konstruktivisme meyakini bahwa segala sesuatu ada karena konstruksi tertentu. Pada komunikasi berbasis diri, kita sudah melihat bagaimana suatu pesan tidaklah netral melainkan dikonstruksi oleh sistem kognitif tertentu. Lalu bagaimanakah komunikasi berbasis diri ini dapat menghasilkan komunikasi antarpesona yang mensyaratkan adanya hubungan antara pengirim dan penerima pesan? Menurut kalangan konstruktivis, satu hubungan yang bersifat individual akan menghasilkan pesan yang lebih berbasis ‘diri’.

Model Desain Pesan

Konsep tentang tujuan ini berimplikasi pada adanya desain pesan dalam peristiwa komunikasi berbasis diri. Desain pesan didasarkan pada kecenderungan seseorang dalam memanajemen tujuannya untuk kepentingan sampainya tujuan melalui pesan yang dipilihnya. Misalnya seorang pembicara berusaha mengendalikan keadaan (untuk meraih tujuannya), maka ia harus menerangkan secara lebih jelas: lebih jelas disini berarti akan lebih banyak menghadapi ancaman; dan sebaliknya, untuk melindungi dirinya dari ancaman, pembicara tersebut harus merelakan tujuannya.

CATATAN AKHIR

Ilmu komunikasi dalam perspektif konstruktivisme tidak hanya mulai mempertimbangkan konstruksi namun juga menyediakan cara-cara penelitian yang lebih khas. Namun demikian wilyah komunikasi masih terus berkembang, karena itu perspektif ini mendapatkn kritik dan ilmu komunikasi berkembang lagi.

PERSPEKTIF TEORI KRITISSEJARAH PERSPEKTIF KRITIS

Kritik merupakan konep kunci untuk memahami teori kritis. Teori ini dikembangkan oleh Mazhab Frankfurt. Konsep kritik yang dipergunakan Mazhab Frankfurt memiliki kaitan sejarah dengan konsep kritik yang berkembang pada masa-masa setelah Renaissance. Pada masa itu (abad ke-17 dan 18 ) muncul filsuf seperti Immanuel Kant, Hegel dan Marx yang oleh Mazhab Frankfurt di sebut sebagai filsuf-filsuf kritis.

Pengaruh Marxime

Karl Marx (1818-1883) merupakan filsuf yang memiliki pengaruh yang mendalam dalam perkembangan ilmu pengetahuan sosial. Walaupun terdapat banyak kritik dan keberatan terhadap teori-teori Marx namun sampai saat ini beberapa teori Marx terus memberikan inspirasi bagi ilmu sosial, juga ilmu komunikasi

Mazhab Frankfurt

Teori kritis dipengaruhi oleh Marxisme, namun beberapa hal dianggap berbeda dengan Marxisme. Teori ini disebut juga Mazhab Frankfurt. Penyebutan ini didasarkan pada lembaga pertama.pertama yang mengembangkan teori kritis, yaitu institute fur sozialforchung di frankfurt, main di Jerman.

PEDEKATAN TEORI KRITIS PADA KOMUNIKASI1. Cultural Studies (Studi-studi Budaya)

Istilah Cultural Studies berasal dari Centre For Contemporary Cultural Studies (CCCS) di Universitas Birmingham, yang didirikan pada tahun 1964. Awal kemunculannya didasari oleh beberapa karya tulis para penggagas pertama, yaitu Richard Hoggart, Raymond Williams, EP Theompson, dan Stuart Hall.

Budaya dalam Cultural Studies sebagaimana dikatakan Raymond Williams, salah satu pendiri CS adalah keseluruhan cara hidup. Bagi Williams kebudayaan sekaligus meliputi seni, nilai, norma-norma dan benda-benda simbolik dalam hidup sehari-hari; ia merupakan bagian dari totalitas relasi-relasi sosial.

Secara lebih jelas Cultural Studies mengemukakan definisi budaya sebagai berikut: pertama, budaya adalah “pemikiran-pemikiran yang sama yang menjadi sandaran atau rujukan masyarakat, atau cara-cara kolektif dalam memahami pengalaman kehidupannya”. Kedua, budaya adalah “praktik-praktik cara hidup dari satu kelompok, atau apa yang dilakukan secara material dari individu dari hari kehari”.

Studi-studi Feminis

Feminisme berasal dari kata latin femina yang berarti memiliki sifat keperempuanan. Menurut Aida Fitalayah S. Hubies “feminisme diawali oleh persepsi oleh ketimbangan posisi perempuan dibanding dengan laki-laki di masyarakat” (dalam Ansori, 1998:5).

Sejauh ini ada sejumlah aliran besar feminisme. Pertama, feminisme liberal. Aliran ini mempunyai dasar filosofy liberalisme, bahwa semua orang secara ontologis mempunyai kesempatan dan hak-hak yang sama untuk memajukan dirinya dan prinsip ini belum diberikan pada perempuan. Kedua, adalah feminisme radikal, meskipun banyak meminjam jargon Marxisme, feminisme radikal, menurut Jaggar (1997), tidak menggunakannya secara sungguh-sungguh. Bagi mereka dasar penindasan perempuan sejak awal adalah dominasi laki-laki, dimana penguasa fisik perempuan oleh laki-laki dianggap sebagi bentuk dasar penindasan (Faakih, 1996;40).

CATATAN AKHIR

Perspektif teori kritis adalah upaya membongkar idiologi dominan yang menindasi. Idiologi menjadi inti kritiknya. Idiologi dalam hal ini dapat dipahami sebagai relasi kekuasaan yang ada diluar suatu kelas. Misalnya kaum feminis,mengkritik idiologi patriarkar yang menindas kaum feminim. Idiologi patriarkar dianggap menyembunyikan, menutupi dan mendistorsi relasi gender dalam masyarakat.

Melalui perspektif kritis ini kita menemukan ilmu komunikasi yang lebihberwarna lagi. Tidak hanya ditentukan olehkonstruksi budaya, atau kognisi seseorang, komunikasi tenyata mengandung idiologi tertentu. Dengan demikian ilmu komunikasi terus berkembang kesegalah arah kehidupan, dan ini berarti memiliki peran penting ditengah masyarakat.

PENUTUP

KESIMPULAN

Sebelum melakukan kegiatan komunikasi, komunikator harus memahami tentang filsafat komunikasi. Dengan pemahaman tentang filsafat komunikasi, maka komunikator dapat memahami teori maupun proses komunikasi secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistik. Dengan adanya pemahaman tersebut komunikator dapat merancang pesan yang ingin ia sampaikan secara logis, apa yang ia sampaikan juga merupakan suatu kebenaran, dan pesan yang ia sampaikan merupakan hal yang bermakna.

Maka bisa disimpulkan bahwa filsafat komunikasi sangat diperlukan dalam perencanaan sebelum kegiatan komunikasi. Sementara saat melaksanakan kegiatan komunikasi, komunikator harus mengetahui dan memahami tentang etika dalam berkomunikasi.

Etika merupakan pemahaman tentang kebaikan dan keburukan. Jika orang sudah mengetahui tentang etika dalam berkomunikasi, maka orang dapat menyampaikan pesan yang baik dan benar. Orang yang memahami etika komunikasi, akan memperhatikan segala hal, tentang baik buruknya pesan yang ia sampaikan, maupun bagaimana cara penyampaian pesan.

Orang yang mengetahui etika dalam berkomunikasi, dalam melakukan kegiatan komunikasi akan selalu menjunjung tinggi nilai- nilai maupun norma yang sesuai dengan tempat di mana dia berada. Maka pada akhirnya etika merupakan landasan dalam melakukan kegiatan komunikasi. Dimana kegiatan komunikasi yang dilaksanakan mengacu pada filsafat komunikasi, yang terdiri atas empat pilar filsafat komunikasi

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong