Bahasa Isyarat dalam Pengenalan Diri

17 September 2017 16:56:19 Dibaca : 225

Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang. kita banyak belajar dan membuat penilaian mengenai orang lain didasarkan pada cara Penampilan, Penggunaan waktu, dan Alat Penciuman. Menurut saya hal ini akan membantu untuk kita memahami komunikasi nonverbal, oleh sebab itu saya mengangkat materi “Isyarat – Isyarat Pengenalan Diri”. Di dalam artikel ini ada hal yang perlu kita bahas yakni Cara Menyebutkan Nama dengan Bahasa Isyarat dalam Pengenalan Diri.
Dalam artikel ini kita di ajarkan bagaimana cara kita menyebutkan Nama dengan Bahasa Isyarat dalam Pengenalan Diri yg terkandung di dalamnya sehingga terkait artikel ini ada dua hal yang akan kita bahas yakni, pertama Isyarat Nama yang Deskriptif. Nama – nama ini merupakan referensi dari suatu karakteristik, biasanya bersifat fisik dan sangat kentara. Sebagai contoh, anda dapat menyapukan luka di wajah anda memilin jari turun dari leher untuk mengisyaratkan rambut yang keriting dan panjang. Kedua Isyarat Nama Gabungan, inilah jenis isyarat yang mengacu pada karakteristik fisik dan menggunakan huruf pertama nama anda. Walaupun jenis ini popular di kalangan tunarungu, beberapa orang melihatnya sebagai cara modern yang tidak cocok pada sistem penamaan tradisional. Sangat di mungkinkan bahwa kaum tunarungu pada akhirnya akan memberi isyarat nama gabungan.
Akhirnya, dari apa yang telah dituliskan di atas kesimpulannya merupakan bahwa memaknai isyarat seseorang itu sangat penting, karena disitu sangat mengandung komunikasi nonverbal yang harus kita mengerti. Dari dua hal yang dibahas di atas tadi menunjukkan bahwa sangat penting dua hal tersebut, agar kita bisa memahami bahasa isyarat seseorang. Meskipun orang itu mengalami cacat (tunarungu). Karena jika kita tidak bisa memahami apa yang di isyaratkan orang lain maka kita akan susah melakukan komunikasi dengan orang tersebut.

Kehilangan Cita-Cita Demi Hidupi Kehidupan

13 December 2016 11:56:18 Dibaca : 16

Mohamad Pakaya yang biasa dipanggil dengan sebutan Mamat. Bocah laki-laki yang berusia 15 tahun ini tinggal di jalan Khalid Hasiru Desa Permata Kcamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango itu harus merasakan kerasnya kehidupan. Bocah yang lahir pada tanggal 20 Mei 2001 di Desa Permata Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango tersebut harus rela kehilangan masa indahnya di dunia pendidikan.
Sejak 2013 lalu Mamat sudah tidak bisa melanjutkan sekolahnya lagi lantaran tak memiliki biaya. Cita-citanya untuk menjadi seorang Polisi pin sirna semenjak sang ibunda tercinta Maryam Makunta yang berusia 43 tahun itu meninggal dunia karena mengidam penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi yaitu penyakit gagal ginjal. Saat itu juga dia harus berhenti sekolah ketika masih duduk di Sekolah Menengah Pertama(SMP).
Sekarang Mamat hanya tinggal berdua bersama bapaknya yang bernama Djafar Pakaya yang biasa disapa orang dengan sebutan Ka Nyong, sekarang bapak yang mempunyai satu anak ini berusia 46 tahun, Ka nyong bekerja sebagai Buruh Tani disebuah Gilingan Padi yang bernama Gilingan Radi Rahmat Indah.
Tak berapa lama ibundanya tercinta meninggal dunia ayahnya menikah kembali dengan seorang janda yang memiliki dua orang anak, terpaksa ayahnya harus tinggal bersama istri barunya yang bernama Rasuna Ahmad yang sekarang berusia lebih tua darinya yaitu 49 tahun. Dan rumah yang Mamat dan ayahnya tempati terpaksa harus dijual.
Sekarang Mamat tinggal dan diasuh oleh kakak dari sang ibunda tercinta, Tantenya bernama Sofyan Kude yang biasa disapa orang dengan sebutan Tenga Pia yang sekarang berusia 53 tahun dan mempunyai 3 orang anak.
“Yah bagaimana lagi ibu sudah meninggal 2 tahun lalu dan sekarang ayah sudah menikah dan mempunyai keluarga baru. Biarlah saya putus sekolah untuk bekerja hidupi kehidupan saya sendiri, saya tidak mau jadi beban pikiran tante saya, apalagi tante saya sedang sakit-sakitan jadi saya tidak mau menambah beban hidupnya. Ujar Mamat sambil meneteskan air mata.

Kini Bocah yang berusia 15 tahun ini harus merasakan bagaiman hidup tanpa kedua orangtua, dia lebih memilih untuk bekerja disawah untuk memenuhi kehidupan dirinya sendiri. Ia turun dari rumah sebelum matahari terbit dan pulang kerumah sebelum matahari terbenam, begitulah rutinitas yang setiap hari ia lakukan.
Sementara sang tante Sofyan Kude, mengaku sangat bangga kepada bocah yang berusia 15 tahun ini. Meski pekerjaannya hanya sebagai Buruh Tani ia sama sekali tak pernah malu sebaliknya dia justru bersemangat untuk mencari uang demi menghidupi kehidupannya dengan pekerjaannya sebagai seorang Buruh tani.
“Anak yang berusia seperti anak ini seharusnya bisa merasakan indahnya dunia pendidikan, Namun apa daya saya ingin mewujudkan cita-cita anak ini namun suami saya hanya bekerja sebagai Buruh Tani uang yang suami saya dapatkan hanya untuk kehidupan kami sehari-hari apalagi saya hanya ibu rumah tangga dan saya mengidam penyakit. Ujar Tenga Pia
“Yah kadang uang saya dapatkan cukup lumayan, yang lain bisa saya tabung dan yang lain bisa saya berikan kepada tante saya. Kadang saya yang bisa mencari rejeki dengan bekerja sebagai seorang Buruh Tani, selagi semuanya hal buat apa saya malu. Semoga saya diberi umur panjang dan ketabahan dalam menjalaini kehidupan ini. Ujar Mamat dengan penuh harapan.

MOMB

23 August 2016 13:12:47 Dibaca : 9

ILMU KOMUNIKASI

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong