Mau tahu format penulisan buku ajar? Klik artikel ini!

17 September 2017 21:14:41 Dibaca : 22

Format Penulisan Buku Ajar

Oleh:

Moh. Adi Efendi Hasan & Friska Krismawati Rahayu Monintja

Format penulisan buku ajar dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian luar dan bagian dalam. Secara umum, bagian luar buku ajar hampir sama dengan bagian luar buku referensi atau monograf.
Pembeda utamanya adalah pada bagian batang tubuh, di mana setiap Bab dan sub Bab Buku ajar disesuaikan dengan RPS mata kuliah. Di samping itu, terdapat dinamika kelas yang dibuat dalam buku ajar. Format standar penulisan buku ajar adalah sebagai berikut:


I. Bagian Luar Buku
1. Cover Depan
a. Judul Utama
b. Sub Judul/ Anak Judul

Ini dapat dijadikan pembeda dengan buku lain untuk keperluan peningkatan pasar buku. Mengingat akan menulis Buku Ajar, judul utama buku biasanya memiliki konotasi kuat dengan mata kuliah yang diampu.
Berhubung mata kuliah di satu program studi biasanya juga ada pada prodi atau perguruan tinggi yang lain, pemberian anak judul menjadi strategi yang menunjukkan pembeda buku yang ditulis dengan buku sejenis pada umumnya.
c. Nama Penulis
d. Nama Penerbit (jika akan diterbitkan)


2. Punggung Buku
a. Judul Utama
b. Nama Penulis
c. Nama Penerbit


3. Cover Belakang
a. Judul Utama
b. Anak Judul
c. Nama dan Tentang Penulis
d. Sinopsis
e. Nama dan Alamat Penerbit
f. Nomor ISBN
g. Untuk tingkatan apa buku ini ditulis (misal: pemula, menengah untuk komputer)
Dalam praktiknya, bagian luar buku akan melibatkan penerbit dalam memutuskan bentuk dan isi bagian luar buku. Karena disamping aspek isi dan format, terdapat juga aspek pasar yang harus dipertimbangkan sebelum buku diterbitkan.

 

Komunikasi Sebagai Instrumental Komunikasi

Disusun Oleh:

Moh. Adi Efendi Hasan; Friska Krismawati Rahayu Monintja; Hendra S. Didipu

Komunikasi Antar Pribadi, kita dapat memetik beberapa makna dalam ekspresi wajah, sebab hal ini mampu kita jadikan sebagai tolak ukur dalam memahami lawan bicara kita, sehingga kita tidak akan binggung, bertanya-tanya maksud dari lawan bicara kita, sebab hal ini masih saja banyak dari kita yang tidak memahai dan tanpa sadar hal ini sering terjadi di lingkungan kita. Oleh sebab itu kami mengangkat materi ini dengan judul "Wajah Sebagai Instrumental Komunikasi", menurut kami hal ini nantinya sangat membantu untuk kita memahami komunikasi Nonverbal serta makna dari ekspresi wajah dalam dunia komunikasi. Sebab topik ini sanggat menarik, karena isi dari topik ini bisa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam isi artikel ini ada bebrapa hal yang perlu kita bahas, diantarnya adalah bagaimana cara kita memahami eksperesi wajah dari lawan bicara dan apa arti dari ekspresi yang di tunjukan dari lawan bicara kita.

Dalam artikel ini, kita diajarkan bagaimana cara memahami ekspresi wajah dari lawan bicara kita, dan makna yang terkandung di dalamnya, sehingga terkait isi artikel ini ada tiga hal yang menarik untuk kita bahas, diantaranya adalah: Pertama ekspresi makro. Ekspresi makro yaitu ekspresi mimik wajah yang dapat dengan mudah kita mengamatinya dan membedakan. Misalkan saja, tersenyum atau menangis. Kedua adalah ekspresi mikro, dimana ekpresi mikro yaitu ekspresi yang tidak disadari dan terjadi biasanya cenderung dalam waktu relatif singkat. Itu sebabnya ekspresi mikro lebih sulit untuk di amati. Ketiga adalah kontak mata, orang Korea percaya bahwa mata adalah jawaban “sebenarnya” mengenai apa yang dirasakan dan dipikirkan seseorang. Di Amerika, seorang pria yang memandang lama pria lainnya, hampir bisa dipastikan seorang homoseksual. Saling memandangi antar pria dan wanita pada dasarnya memiliki banyak arti, akan tetapi dari kajian psikologis, manusia itu sendiri mengangap bahwa hal tersebut merupakan sebuah kebutuhan untuk mengenal, melihat, dan mencari tau segala sesuatu yang ada di lingkungan kita.

Akhirnya berdasar uraian diatas, kesimpulanya adalah bahwa memaknai ekspresi wajah dari lawan biacara sangat penting, sebab di situ terkandung makna dan arti dalam bentuk nonverbal, yang seharusnya mampu kita mengerti. Dari tiga hal yang telah dibahas, menunjukkan bahwa betapa pentingnya tiga hal tersebut, sebab dasar dari tiga hal tersebut merupakan tolak ukur bagi kita untuk mengetahui simbol, makna, dan arti penting dalam ekspresi wajah. Untuk menutup artikel ini, kami mengharapkan dapat menjadi kontribusi ilmiah serta pembanding guna memahami konteks komunikasi antar pribadi, khususnya dalam memahami ekspresi wajah.

 

Feature Biografi (Keliling Dunia Sebagai Abdi Negara)

14 December 2016 01:30:10 Dibaca : 318

Dinamika internasional dan globalisasi sangat identik dengan praktek diplomasi antar Negara yang tentu melibatkan sebuah profesi yaitu diplomat. Seorang yang ditunjuk/utusan negara untuk melakukan diplomasi (perundingan/negosiasi) dengan negara lain atau organisasi internasional atau pihak lain. Diplomat menjadi sebuah pekerjaan yang prestius. Benarkah demikian? Padahal berkarir sebagai diplomat adalah sebuah hal yang menguras tenaga dan pikiran, dan jauh dari lingkungan keluarga, sahabat dan tentu berada di perantauan, jauh dari tanah air tercinta.

Dino Patti Djalal, seorang diplomat Indonesia yang juga merupakan anak dari diplomat handal Indonesia Hasjim Djalal (mantan duta besar RI untuk Kanada dan Jerman). Lahir pada tanggal 10 September 1965 silam di Beograd, ibukota Yugoslavia, sebuah Negara di daerah Balkan (Eropa Tenggara) yang kini telah bubar. Tempat kelahiran beliau di Beograd tersebut disebabkan oleh ayahnya yang pada masa itu sedang menjabat di salah satu pos diplomatik strategis yaitu Yugoslavia. Indonesia yang menganut asas ius sanguinis dalam aspek kewarganegaraan, menjadikan Dino Pattii Djalal sebagai warga Negara Indonesia (WNI) dan bukan warga Negara Yugoslavia atau Serbia (sebab Beograd sekarang merupakan ibukota sekaligus kota terbesar di Serbia).

Jauh sebelum berkarir sebagai diplomat, Dino kecil menempuh pendidikan seklolah dasar di SD Muhamaddiyah dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-Azhar. Kemudian pada saat ayahnya menjabat sebagai wakil duta besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat, sebuah proses dimana Dino remaja (berusia 15 tahun) juga harus pindah ke Amerika Serikat. Beliau melanjutkan studi Sekolah Menengah Atas di Mclean High School pada tahun 1981. Selanjutnya menempuh studi strata-1 (S1) di Universitas Carleton, Ottawa Kanada (Bachelor’s degree in political science) dan Master in political science dari Simon Fraser University (British Columbia Canada). Kehidupan beliau di Amerika Serikat memang lekat dengan nuansa diplomatik yang serba ada, namun hal itu tidak membuat pribadi yang lembut ini menjadi manja terhadap keadaan. Beliau memiliki sisi yang luar biasa mandiri dan visioner, dengan tidak menjadi anak yang terjebak pada simbol orangtua. Sikap gigih dalam berjuang menjadi individu yang mandiri itu ditunjukkan oleh beliau dengan bekerja sambilan ketika sedang menempuh studi. Tercatat beliau pernah menjadi tukang cuci piring di KBRI Washington (Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington D.C) dengan tip $10 setelah bekerja, menjadi pekerja di gudang KBRI Washington, pada saat menjadi pekerja di gudang tersebut beliau menemukan sebuah buku yang merupakan kumpulan pidato dan tulisan Presiden Soekarno yang berjudul “Di Bawah Bendera Revolusi” yang memberikan motivasi serta efek luar biasa terhadap ketertarikan beliau pada ilmu politik dan diplomasi yang kala itu semakin besar. Buku itu dibacanya berulang kali dan selalu dibawa kemanapun olehnya. Beliau tidak hanya bekerja di lingkungan KBRI Washington, dia pernah menjadi pelatih tenis, koki di restoran, penjaga tiket bioskop dan asisten dosen. Semuanya adalah untuk membentuk karakter yang kuat dan tidak bergantung pada Mengumpulkan pundi-pundi US Dollar di kota yang menjepit kantong dengan biaya hidup yang tinggi, sebab beliau tidak suka merengek dan terus meminta pada orangtua.

Setelah melakukan petualangan akademik dan membentuk jati diri di negeri Paman Sam dan tetangganya Kanada serta mengabdi sebagai diplomat di Indoensia, beliau kembali menuju Eropa sebagai tempat perjuangan selanjutnya, dia memilih sekolah di negeri Britania Raya, Inggris yakni London School of Economics and Political Science (LSE) untuk gelar doktor bidang hubungan internasional pada tahun 2000. Sebuah kampus besar dan bergengsi, apalagi dalam konteks ilmu sosial, komunikasi, ekonomi dan politik. Banyak diplomat dan tokoh dunia yang pernah belajar di LSE.
Tahun 1987 adalah awal karir beliau sebagai diplomat saat bergabung dengan Departemen Luar Negeri RI (Deplu RI) kini adalah Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI). Beliau menjadi seorang diplomat dengan berbagai prestasi dan penugasan penting, seperti ketika menjadi juru bicara satuan tugas P3TT (Pelaksana Penentuan Pendapat di Timor-Timur) jabatan strategis sebab pada sebuah konteks yang berhadapan dengan konflik (Timor-Timur ingin berpisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia), pernah terlibat dalam penyelesaian konflik Kamboja, konflik Moro di Filipina, sengketa Laut Cina Selatan (sengketa yang belum pernah selesai, kini sengketa tersebut mencuat kembali) Kemudian proses kembali mempertemukan beliau dengan ibukota Amerika Serikat, namun kali ini beliau dalam menjalankan tugas sebagai Kepala Departemen Politik KBRI Washington, dan ditarik lagi ke Indonesia menjadi Direktur Amerika Utara dan Tengah Departemen Luar Negeri RI (2002-2004), setelah itu beliau ditunjuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai staf khusus urusan internasional dan juru bicara Presiden bersama Andi Mallarangeng (berkantor di Istana Negara). Pada saat beliau menjadi jubir Presiden, dia membuat sebuah buku tentang kepemimpinan, yang merupakan kumpulan dari catatan serta pengalamannya saat mendampingi Presiden SBY memimpin Indonesia, buku tersebut berjudul “Harus Bisa (Seni Memimpin Ala’ SBY)”. Buku yang menjadi saksi sejarah tentang seorang pemimpin bangsa yang luar biasa dan negarawan yang visioner. Dalam pengalaman ketika menjadi jubir beliau pernah membangunkan Presiden SBY tengah malam, hal itu dilakukan sebab sangat mendesak sebab telah terjadi penculikan dan penawanan dua wartawan Indonesia di Irak, mereka sedang dalam tugas untuk meliput konflik/perang yang tengah berkecamuk di negara itu. Maksud untuk membangunkan SBY tersebut agar Presiden dapat memberikan respon dengan waktu yang tepat terhadap penculikan tersebut (nasib warga negara Indonesia) dengan memberikan konferensi pers untuk dapat berkomunikasi dengan para militan, sebab pemerintah tidak memiliki cukup sumber daya di wilayah itu serta keterbatasan petugas di lapangan. Hal tersebut berbuah manis, dari krisis menjadi sebuah solusi. Setelah itu pada masa pemerintahan Presiden SBY jilid 2, beliau diberikan kepercayaan dan tanggung jawab besar sebagai Duta Besar RI untuk Amerika Serikat. Jika dulu dia sebagai pencuci piring yang berada di basement KBRI Washington, kini dia sebagai orang nomor 1 di gedung tersebut serta orang nomor 1 sebagai pemerintah Indonesia untuk Amerika Serikat. Karir sebagai diplomat terus menanjak dengan tanggung jawab yang diemban sebagai Wakil Menteri Luar Negeri RI, orang nomor 2 di gedung para diplomat Indonesia, taman Pejambon, Jakarta Pusat. (Alamat Kementerian Luar Negeri RI) dengan pengalaman mumpuni serta koleksi stempel atau cap visa dari banyak negara.

Karir seorang diplomat dengan sepak terjang luar biasa sebagai utusan Republik Indonesia di forum-forum dunia ini tidak terlepas dari dukungan keluarganya yang sangat luar biasa, dukungan istri tercinta Rosa Raj Djalal yang berprofesi sebagai dokter gigi, dan anak-anaknya Alexa, Keanu dan Chloe. DR. Dino Patti Djalal telah dan semoga akan terus berkontribusi pada bangsa ini, bagaimana dengan kita? Apa yang telah kita berikan untuk negeri indah ini? Serta apakah kita mampu seperti beliau bahkan lebih dari itu?

Tempat belajar boleh berbeda namun metode kita harus kompetitif.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong