jadilah pelita

01 March 2013 16:17:52 Dibaca : 59

Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita.Orang buta itu terbahak berkata: “Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok.”

Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu.”

Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak si buta.

Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!”

Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.

Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta.

Kali ini si buta bertambah marah, “Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!”

Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta! Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!”

Si buta tertegun..

Menyadari situasi itu, penabraknya meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda adalah orang buta.”

Si buta tersipu menjawab, “Tidak apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.”

Dengan tulus, si penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan perjalanan masing-masing.

Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta kita.

Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun, “Maaf, apakah pelita saya padam?”

Penabraknya menjawab, “Lho, saya justru mau menanyakan hal yang sama.”

Senyap sejenak.

secara berbarengan mereka bertanya, “Apakah Anda orang buta?”

Secara serempak pun mereka menjawab, “Iya.,” sembari meledak dalam tawa.

Mereka pun berupaya saling membantu menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.

Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta.

Timbul pikiran dalam benak orang ini, “Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka.”

Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).

Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya sendiri. Dalam perjalanan “pulang”, ia belajar menjadi bijak melalui peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga belajar menjadi pemaaf.

Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk “membuta” walaupun mereka bisa melihat.

Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.

Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.

Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.

Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.

Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.

Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan penciuman. Fikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.

hurt

21 February 2013 15:23:29 Dibaca : 132

Seems like it was yesterday when I saw your faceYou told me how proud you were but I walked awayIf only I knew what I know todayooh,ooh
I would hold you in my armsI would take the pain awayThank you for all you've done,Forgive all your mistakesThere's nothing I wouln't doTo hear your voice againSometimes I want to call you but I know you won't be thereooh,ooh
I'm sorry for blaming you for everything I just couldn't doAnd I hurt myself by hurting you
Somedays I feel broke inside but I won't admitSometimes I just want to hide 'cause it's you I missYou know it's so hard to say goodbye when it comes to this
Would you tell me I was wrong? Would you help me understand?Are you looking down upon me?Are you proud of who I am?There's nothing I want to do To have just one more chanceTo look into your eyes and see you looking back
I'm sorry for blaming you for everything I just couldn't doAnd I've hurt myself
If I had just one more day, I would tell you how much thatI've missed you since you've been away
Oh, it's dangerousIt's so I'm afraid to try to turn back time
I'm sorry for blaming you for everything I just couldn't doAnd I've hurt myself

kode etik keperawatan

21 February 2013 14:54:48 Dibaca : 159

seorang perawat profesional memiliki kode eti tersendiri .

KODE ETIK KEPERAWATAN

PERAWAT DAN KLIEN

Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia ,keunikan klien ,dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan kesukuan,warna kulit ,umur ,jenis kelamin,aliran politik dan agama yang di anut serta kedudukan sosial.Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang menghomati nilai nilai budaya adat-istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien.Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang di ketahui sehubungan dengan tugas yang di percayakan kepadanya kecuali jika di perlukan oleh yang berwenang sesuai ketentuan hokum yang berlaku.

PERAWAT DAN PERAKTEK

Perawat memelihara dan meningkatkan kompetinsi di bidang keperawatan melalui belajar terus menerus.Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi di sertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.Perawat dalam membuat keputuskan didasarkan pada informasi yang adekuat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.

PERAWAT DAN MASYARAKAT

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.

PERAWAT DAN TEMAN SEJAWAT

1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya,dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten ,tidak etis dan illegal.

PERAWAT DAN PROFESI

Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan .Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan .Perawat berpartisifasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

my mind

17 February 2013 15:15:02 Dibaca : 59

Bangun pagi dengan mimpi bisa bertemu kedua orang tua. Biasanya pagi-pagi sudah di sapa oleh senyuman manis dari ibu dan mata yang bersinar dari ayah, dengan hati yang bergembira,,,
sekarang hanya bisa menatap foto mereka dari sudut kiri tempat tidur saya,
foto yang terpampang jelas wajah cantik yang bersinar dari seorang ibu yang sangat berjasa, wajah ayah yang gagah dan penuh dengan ketegasan,,
setiap pagi saya menyapa foto tersebut dengan doa-doa, berharap mereka yang ada di surga bisa menjaga saya dari kejauhan.

Sebelum pergi berangkat kuliah saya, membersihkan rumah sederhana yang di tinggalkan oleh orang tua,setiap pagi saya membersihkan tempat tidur ayah dan ibu.tempat yang sudah 2 tahun tidak di huni oleh siapapun,hanya lemari yang berisikan pakaina- pakaian dan bantal yang biasa di peluk oleh mereka.membersihkan foto mereka.
jam 6.30 saya pun langsung mempersiapkan diri untuk pergi k kampus.
belajar dengan penuh semangat,dan berdoa agar supaya dapat membahagiakan mereka yang ada di surga.
sebelum berangkat k kampus saya berpamitan di kuburan ayah dan ibu, dan meminta restu kepada mereka agar supaya bisa menjadi anak yang bisa membuat mereka bangga.

“ayah,ibu pagi ini saya berpamitan untuk pergi mencari ilmu,doakan saya disurga kalian agar bisa menjadi kebanggaan kalian”,

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong