UNG sebagai kampus kerakyatan

04 August 2021 17:55:56 Dibaca : 11

Pada tanggal 1 September 2020 Universitas Negeri Gorontalo (UNG) melaksanakan sidang senat terbuka untuk memperingati Dies Natalis ke 57.Dalam pidatonya, rektor UNG menyampaikan capaian yang telah diraih kampus merah maron, termasuk kekurangan yang perlu dibenahi. Kampus UNG berada di Gorontalo, daerah ini sebagai pusat perdagangan dan jasa di Kawasan Teluk Tomini dan sebagian utara Sulawesi. Sekalipun sebagai “center”, tapi realitasnya Gorontalo tetap mengandalkan sektor pertanian sebagai pangsa utama dalam pembentukan ekonomi.Mahasiswa UNG didominasi dari Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Gorontalo sendiri, ketiganya mengandalkan sektor pertanian.Selebihnya nyaris separuh orang tua mahasiswa berpenghasilan menengah ke bawah yang ditandai dari pembayaran UKT, proporsi UKT grade terendah lumayan besar jumlahnya.

UNG perlu mencari jalan keluar agar tetap dapat menampung mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik, tetapi kemampuan finansial kurang dengan “mengulurkan tangan” kepada pemerintah daerah di Kawasan Teluk Tomini dan Utara-Utara Sulawesi, agar mereka “peduli” kepada rakyatnya dan turut menanggung beban yang dipikul oleh UNG.

Dari situ dapat dipahami, mengapa Rektor UNG getol menyambangi pemerintah daerah, sebagian dari mereka telah membangun komitmen memberi beasiswa kepada masyarakatnya yang kuliah di UNG. 

Kemiskinan dan ketimpangan selama ini dipersepsikan seolah urusan pemerintah, perguruan tinggi tidak ada kaitannya. Padahal ia akan berpengaruh terhadap input mahasiswa dan pembiayaan perkuliahan, sekaligus efeknya terhadap penerimaan PNBP.

Dalam situasi seperti itu, kemiskinan dan ketimpangan tidak boleh menjadi urusan pemerintah sendiri, UNG perlu merubah paradigma, peduli terhadap lingkungan sekitar menjadi penggerak pembangunan.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong