"Kampus UNG Mengajarkan Saya Apa Artinya Sebuah Takdir"
Universitas Negeri Gorontalo (UNG) merupakan Universitas yang dikembangkan atas dasar perluasan mandat (Wider Mandate) dari IKIP Negeri Gorontalo. Keberadaan Universitas Negeri Gorontalo dimulai dari Junior College FKIP Universitas Sulawesi Utara-Tengah (UNSULUTTENG) Manado di Gorontalo berdasarkan surat keputusan pejabat Rektor UNSULUTTENG Nomor 1313/II/E/63 Tanggal 22 Juni 1963, Cabang FKIP UNSULUTTENG di Gorontalo berdasarkan surat keputusan Menteri PTIP Nomor 67 Tahun 1963 Tanggal 11 Juli 1963, IKIP Manado cabang Gorontalo berdasarkan surat keputusan menteri PTIP Nomor 114 Tahun 1965 Tanggal 18 Juli 1965, FKIP UNSRAT Manado di gorontalo berdasarkan Keppres Nomor 70 Tahun 1982 Tanggal 7 September 1982, STKIP Gorontalo berdasarkan Kepres RI Nomor 9 Tahun 1993 Tanggal 16 Januari 1993 IKIP Negeri Gorontalo berdasarkan Kepres RI Nomor 19 Tahun 2001 Tanggal 5 Februari 2001.
Sebuah Kisa Nyata tentang seorang remaja perempuan yang ingin sekali seorang Apoteker. Ia Alumni SMK Kesehatan Jurusan Farmasi, Dari situlah Ia merasa nyaman dari jurusannya tersebut. Setelah lulus sekolah ia mendaftarkan diri di kampus Universitas Negeri Gorontalo & Univeristas Bina Mandiri. Seorang remaja perempuan tersebut mendaftarkan diri di kampus di UNG ia dalam keadaan bingung memilih jurusan selain ia sukai yaitu jurusan farmasi. Setelah sudah dibuka link-nya untuk mendaftarkan diri ke SBMPTN ia memilih pilihan pertama yaitu S1-Farmasi dan S1- Bimbingan dan Konseling. Jurusan pilihan yang ke2 tersebut ia memilih hanya asal-asalan saja. Dan beberapa bulan kemudian, mengenai tentang pengumuman hasil SBMPTN. Seorang remaja perempuan ini dalam keadaan takut ia terpilih dijurusan lain. Setelah melihat hasil pengumuman tersebut bahwa ia terpilih jurusan pilihannya yang ke2 yaitu S1- Bimbingan dan Konseling. Saat disitulah perempuan tersebut menangis dan ada sedikit rasa kecewa. Lalu, Keluargannya menasehati dan menceritakan berbagai pengalaman seperti perempuan remaja tersebut. Ada salah satu keluargannya mengatakan bahwa " Baik Bagimu Menurut Allah Buruk Bagimu, Baik Bagi Allah Menurutmu itu Buruk" dari situlah ia menjalani takdir yang Allah sudah atur.