Mendobrak Tembok! "Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai Sarana Menyatukan Perbedaan dan menghormati pluralisme". Dan. "GENDER DALAM KEHIDUPAN KAMPUS"
Nama:Nurfadila Usman
Nim:221423060
Kelas:A
Mendobrak Tembok!
"Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai Sarana Menyatukan Perbedaan dan menghormati pluralisme"
pendidikan pancasila dan kewarganegaraan bisa mengatasi perbedaan dengan menawarkan kerangka kerja yang komprehensif untuk memahami nilai -- nilai dasar yang mengikat masyarakat indonesia, dengan mengajarkan prinsip -- prinsip pancasila, PPKN membantu siswa dan para pelajar lebih memahami pentingnya persatuan dalam keberagaman. Melalui pemahaman ini, PPKN memberikan landasan untuk membangun dialog yang lebih baik antara individu dari latar belakang yang berbeda pendidikan pancasila dan kewarganegaraan juga memiliki peran penting yaitu dengan menghormati sikap pluralisme dimana tercermin di dalam prinsip -- prinsip demokrasi yang diajarkan melalui mata pelajaran ini. Pendididikan pancasila dan kewarganegaraan tidak hanya mengajarkan tentang hak dan kewajiban warga negara, tetapi juga tentang pentingnya menghormati hak -- hak individu dan kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Maka dari itu bisa disimpulkan bahwa pendidikan pancasila dan kewearganegaraan bisa membantu dan membangun fondasi yang kuat untuk masyarakat yang demokratis dan inklusif.
" GENDER DALAM KEHIDUPAN KAMPUS"
keberadaan kampus berperspektif gender ditengah maraknya kasus terkait relasi gender yang timpang di perguruan tinggi. Disorotnya respon kampus yang beragam dalam merespon permasalahan terkait gender, seperti pelecehan seksual antara mahasiswa maupun dosen dengan mahasiswa membuat wacana kampus berperspektif gender menjadi penting untuk ditelisik. Gender atau jenis kelamin sosial adalah adalah sebuah cara pandang dalam melihat dan memahami sifat-sifat laki-laki dan perempuan yang sifatnya berasal dari konstruksi sosial (Fakih, 1996). Gender atau bisa disebut juga sebagai jenis kelamin sosial merupakan suatu perspektif yang membedakan laki-laki dengan perempuan, namun hal ini berbeda dengan jenis kelamin secara biologis, namun lebih ke konstruksi sosial antara keduanya. Dalam hal ini, gender sangat bergantung pada kontruksi sosial, nilai, norma, maupun setting sosial budaya yang ada masyarakat, sehingga sifatnya pun menjadi lebih cair dan mudah untuk dipertukarkan.
Gender sering juga dikaitkan dengan ketimpangan gender.Ketimpangan gender terjadi saat relasi kekuasaan yang ada pada laki-laki dan perempuan tidak setara. Laki-laki diposisikan superior dan perempuan diposisikan subordinat dari laki-laki, hanya karena jenis kelaminnya yang perempuan. Subordinasinya posisi perempuan pada laki-laki berdampak banyak hal seperti ketimpangan di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan hingga stabilitas politik (Cerise & Francavilla, 2012).
Asumsi dasar untuk melacak ketimpangan gender adalah dengan melihat relasi kekuasan antara laki-laki dan perempuan (Hannam, 2012). Laki-laki diasumsikan memiliki kekuasaan yang lebih tinggi sehingga diposisikan lebih superior dibandingkan perempuan. Pandangan ini menegasikan posisi perempuan yang seharusnya juga memiliki kuasa dan otonomi penuh, minimal atas tubuh mereka sendiri. Relasi ini kemudian dilanggengkan dalam masyarakat dengan nilai budaya patriarki yang kuat.patriarki merupakan sebuah sistem dimana laki-laki mendominasi dan menguasai aspek kehidupan sehingga bentuk penomorduaan pada perempuan dianggap sebagai hal yang wajar oleh masyarakat (Farmawati, 2018).