Serambi Medinah mencontoh Serambi Mekah

29 November 2014 20:57:30 Dibaca : 144

Kenapa Daerahku Tidak seperti Atjeh

Aceh adalah Provinsi paling barat negara indonesia, Aceh adalah daerah yang mengedepankan asas asas Islam dalam kehidupannya sehingga dijuluki dengan “serambi mekkah”. Dengan kearifan lokal yang ada masyarakat Aceh sangat menjunjung tinggi nilai nilai Islam dalam setiap sikap tindak mereka, jadi jangan heran apabila dapat mngurangi aspek kriminalitas dan sikap sosial yang meresahkan. Pemerintah Aceh telah mengeluarkan Peraturan Daerah nomor 11 tahun 2002 tentang busana, rakyat Aceh diatur dalam berbusana yakni cara berbusana yang didasarkan pada syariat Islam yaitu dengan tidak memperlihatkan aurat kepada orang lain baik perempuan maupun laki laki, jangankan memperlihatkan aurat memakai pakaian tertutup namun ketat pun dilarang. Baru baru ini pemerintah Aceh melakukan razia busana terhadap masyarakat dan banyak dari mereka terjaring oleh razia ini, seharusnya negara ini dapat mencontoh sebuah peraturan semacam ini.

Gorontalo adalah Provinsi baru yang terbentuk pada 5 desember tahun 2000 yang ditandai dengan adanya undang undang no 28 tahun 2000 yang kemudian diatanda tangani oleh presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur), gorontalo sebelumnya merupakan bagian Provinsi Sulawesi utara. Tapi sebetulnya Gorontalo telah membebaskan diri dari penjajahan 2 tahun lebih dulu dari kemerdekaan indonesia yakni tepatnya pada tanggal 23 januari 1996 namun karena aturan administrasi maka gorontalo masuk pada wilayah kekusaan pemerintah Sulawesi utara. Gorontalo pada saat memisahkan dari provinsi sulawesi utara terdiri atas 4 kabupaten dan 1 kotamadya yaitu Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Boalemo, Dan Kota Gorontalo. Gorontalo dengan begitu berbudaya memiliki suatu falsafah hidup yaitu “ Adati hula – hula to syareati, Syareati hula – hula to Kitabullah” yang artinya “ Adat bersendikan Syariat, Syariat bersendikan Al Qur’an”. Hal ini menunjukan bahwa rakyat Gorontalo berdasar penuh pada aqidah dan syariat Islam, namun hal ini dapat dikatakan hanya falsafah orang dahulu saja karena yang mengamalkan falsafah ini hanyalah kaum tua saja tapi tidak akan kaula mudanya yang mulai tergerus perkembangan zaman medernisasi takni dimana para pemudanya mulai melupakan perjuangan, adat, budaya serta sikap dan perilaku nenek moyangnya. Mereka lebih mencontoh orang orang barat yang jauh dari sikap dan perilaku masyarakat Gorontalo yang hakiki, dimana cara berpakaian mereka, gaya bicara mereka serta sikap dan perilaku mereka sangat berbeda dengan sikap dan perilaku masyarakat dahulu yang terkenal sopan dan arif terhadap sesama. Suatu harapan besar muncul untuk dapat mencontoh Provinsi Aceh yang berhasil melaksanakan suatu sistem kehidupan yang didasarkan pada syariat Islam, bukankah Gorontalo merupakan daerah yang berbasis Islam pula?, daerah kita dijuluki “ serambi medina” oleh karena rakyat Gorontalo yang notabene adalah pemeluk Islam, esensinya kenapa Gorontalo tidak dapat menjalankan suatu sistem kehidupan yang berdasar pada asas Islam, sebenarnya dimana letak perbedaan antara Gorontalo dengan Aceh. Apakah karena Aceh mendapat derajat yang lebih tinggi dari daerah lain diindonesia, yang mendapat kekhususan tersendiri yakni DI (Daerah Istimewa) Nanggro Aceh Darussalam. Tapi Gorontalo tetaplah Gorontalo tanah kelahiranku, semoga harapan besar ini dapat terwujud dikemudian hari yang nantinya akan mendatangkan kesehjateraan kepada rakyatnya serta dapat mempertahankan kearifan lokal disamping tuntutan Zaman yang mengekang untuk selalu diikuti.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll