etika dan filsafat komunikasi

13 April 2014 22:51:16 Dibaca : 4063

NAMA : ADE HELMI KALAPATI

NIM : 291413027

MATA KULIAH : Etika dan Filsafat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Buku “Filsafat Ilmu Komunikasi” ini ibarat ushul fiqh yang menawarkan pencarian makna dibalik defenisi-defenisi komunikasi sehingga kita bisa mendapatkan alasan yang kuat untuk mempercayai suatu defenisi komunikasi. Bahkan lebih jauh lagi, buku ini memperluas mindset kita hingga kita merasa bisa menciptakan dan mengembangkan defenisi kita sendiri tentang Ilmu Komunikasi

Pada komunikasi manusia merupakan masalah perspektif ;yang di pakai untuk memahaminya. Perspektif adalah sudut pandang dan cara pandang kita terhadap sesuatu. Selain itu APA ITU KOMUNIKASI ? Paradigma positivisme mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses linier atau proses sebab akibat, yang mencerminkan pengirim pesan (komunikator, encoder) untuk mengubah pengetahuan (sikap atau perilaku) penerima pesan (komunikan / decoder) yang pasif

BAB II

PEMBAHASAN

PERSPEKTIF TEORI-TEORI KOMUNIKASI APA ITU PERSPEKTIF?

Pada perspektif – perspektif ilmu komunikasi terdapat Realisme, Nominalis, Konstruksionis. Realisme beranggapan bahwa benda – benda atau objek yang diamati sebagai apa adanya, telah berdiri di sana secara benar, tanpa campur tangan ide dari pengamat ( mengarahkan cara pandang yang menafikan peran subjek pengamat dalam penelitian ). Nominalis menganggap bahwa dunia social adalah eksternal pada persepsi individu, tersusun tidak lebih dari sekedar nama, konsep dan label yang digunakan untuk membuat struktur realitas. Konstruktivisme mengatakan bahwa kita tidak pernah dapat mengerti realitas yang sesungguhnya secara ontologis. Yang kita mengerti adalah struktur konstruksi kita akan suatu objek.

1. Perspektif Positivisme

Perspektif ini mendefinisikan bahwa suatu proses yang mencerminkan komunikator untuk mengubah sikap atau perilaku komunikan yang pasif. Maksudnya seorang yang menyampaikan pesan berusaha mengubah atau memperbaiki pengetahuan seorang menerima pesan secara benar

Sejarah Positivisme

Gagasan dasar Comte dapat dikenali dari pemikirannya mengenai tiga tahap perkembangan manusia, yaitu teologis, metafisis, dan positivis.

Pertama, tahap teologis, manusia memahami gejala-gejala alam sebagai hasil campur tangan langsung kekuatan Ilahi. Kedua, tahap metafisik, pada tahap ini gejala alam diyakini berjalan berdasarkan prinsip-prinsip metafisika. Prinsip-prinsip ini dihasilkan melalui pemikiran spekulatif. Tahap ini disebut sebagai tahap remaja. Ketiga, tahap positivis ilmiah yaitu cara memahami kehidupan dan semesta dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Positivisme logis adalah aliran positivisme yang lebih memfokuskan diri pada logika dan bahasa ilmiah.

Gagasan Positivisme

Positif berarti benar (apa yang berdasarkan fakta/kenyataan). Secara tegas, yang positif berarti yang pasti, yang tepat, yang berguna. Serta memiliki kesahihan mutlak. Kebalikan dari yang positif adalah yang khayal, yang meragukan, yang kabur, yang sia-sia, dan yang mengklaim memiliki kesahihan relatif. Bahwa yang satu adalah benar dan yang lainnya adalah salah bila dibaca dalam kerangka biner.

Positivisme Logis

Berikut ini dikemukakan beberapa prinsip dasar positifisme logis :

Menolak perbedaan ilmu-ilmu alam dan sosialMenganggap pernyataan-pernyataan yang tidak dapat diverifikasikan secara empiris (seperti etika, estetika, agama, metafisika) sebagai nonsense.Berusaha menyatukan semua ilmu pengetahuan di dalam satu bahasa ilmiah yang universalMemandang tugas filsafat sebagau analisis atas kata-kata atau pernyataan-pernyataan.

2. Perspektif Post Positivisme: Kritik Terhadap Positivisme

Post-Positivisme

Post-Positivisme merupakan pemikiran yang menggugat asumsi dan kebenaran-kebenaran positivisme. Pemikiran ini muncul dengan sejumlah tokoh seperti Kari R. Popper, Thomas Kuhn, para filsuf Frankfurt School (Mazhab Frankfurt), Feyerabend, dan Richard Rotry.

Berikut ini dikemukakan beberapa asumsi dasar post-positivisme. Pertama, fakta tidak bebas melainkan bermuatan teori. Kedua, falibilitas teori. Tidak satu teori pun yang dapat sepenuhnya dijelaskan dengan bukti-bukti empiris, bukti empiris memiliki kemungkinan untuk menunjukkan fakta anomali. Ketiga, fakta tidak bebas melainkan tidak penuh dengan nilai. Keempat, interaksi antara subjek dan objek penelitian

ü Post-Positivisme Dalam Penelitian Sosial dan Komunikasi

Beberapa penelitian sosial berargumen bahwa kekurangan-kekurangan dari pemikiran positivisme pada dasarnya membutuhkan dasar filsafat ilmu yang berbeda, salah satunya adalah menolak dan mengganti prinsip-prinsip positivisme (seperti ontologi realisme, epistimologi objektif, dan aksiologi bebas-nilai) dengan bentuk pemikiran yang menghargai prinsip nominalisme, subjektifisme, dan nilai-nilai yang hadir dengan sendirinya.

Ontologi Post-Positivisme

Perspektif post-positivisme merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan positivisme yang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

Epistimologi dan Aksiologi

Post-Positivisme bagaimanapun terlihat sama dengan positivisme, walaupun ada beberapa perbedaan yang khas. Seperti pada basis ontologi, sementara positivisme menekankan realisme mutlak, post-positivisme memilih realisme kritis.

ü Struktur dan Fungsi Teori Dalam Perspektif Post-Positivisme

Bila post-positivisme adalah perspektif pemikiran yang seperti dan sekaligus juga berbeda dengan positivisme.

Struktur Teori Perspektif Post-Positivisme

Teori pada dasarnya merupakan sebuah abtraksi. Kualitas abstrak sebuah teori secara partikular berhubungan erat, dalam pendekatan post-positivisme, dengan keberadaan teori itu sendiri.

Fungsi Teori Perspektif Post-Positivisme

Fungsi teori dalam kebanyakan pemikiran kalangan post-positivisme adalah untuk menentukan beberapa keteraturan atas pengalaman yang tak teratur.

Kriteria Evaluasi dan Perbandingan Teori

Ada beberapa cara umum untuk mengevaluasi kualitas sebuah teori, termasuk tingkat kesuksesan sebuah teori dalam memecahkan persoalan empiris. Konseptual dan praktis, atau untuk mengontrol sejauh mana solusi sebuah teori memadai daripada solusi yang lainnya, dan sejauh mana teori tersebut dapat memajukan sebuah cara dalam memecahkan masalah baru.

Proses Perkembangan Teori

Faktor utama dalam pengembangan teori dan pertumbuhan ilmu pengetahuan dalam tradisi post-positivisme adalah keterusterangan. Kalangan post-positivisme mengembangkan teori dan mengakumulasi pengetahuan tentang dunia lewat proses pengujian teori secara empirik. Ketika suatu teori yang abstrak tentang komunikasi dikembangkan, ia mesti diuji lewat observasi atas tindakan komunikatif.

3. Perspektif Interpretif

Menurut WILBUR SCHRAMM bahwa manusia itu “tidak mungkin tidak berkomunikasi”. Kendati berada di tengah keramaian besar, dan seolah merasa kesepian dikota itu.

Sejarah Perspektif Interpretif

Descartes memublikasikan buku The Principles of Philosophy. Ia berpendapat bahwa semua penjelasan dapat didasarkan pada observasi terhadap benda dan gerak. Pada titik ini kerja filosofis Descartes telah membangun sebuah landasan pendekatan terhadap pengetahuan yang dijadikan sebagai dasar bagi positivisme sekaligus juga post-positivisme yang telah dibicarakan pada bab sebelumnya dan juga sebuah perbedaan yang jelas adanya dunia eksternal objek dan dunia internal subjek.

üPandangan Dasar Perspektif Interpretif

Fenomenologi

Prinsip paling dasar dari fenomenologi yang secara jelas dihubungkan dengan idealisme Jerman, dalam bab ini adalah bahwa pengetahuan tidak dapat ditemukan dalam pengalaman eksternal tetapi dalam diri kesadaran ndividu. Jadi, fenomenologi lebih mengitari penelitian untuk pemahaman subjektif ketimbang mencari objektivitas sebab akibat dan penjelasan universal.

Hermeuneutika

Hermeuneutika dalam bahasan ini dikemukakan demi untuk menjelaskan bagaimana pencarian metode ilmu sosial (dalam hal ini komunikasi) yang berbeda dengan ilmu alam. Pada bagian fenomenologi kita telah menemukan istilah dunia-kehidupan dengan metode ilmu sosial, kita dapat mulai dari batasan apa yang menjadi objek ilmu-ilmu sosial, yaitu segala bentuk objek-objek simbolis yang kita hasilkan dalam percakapan dan tindakan.

Interaksionisme Simbolik

yang menarik dari perspektif ini adalah orang yang didentifikasi sebagai Bapak Teori Interaksionisme Simbolik, yaitu George Herbert Mead tak pernah menggunakan term ini. Bagaimanapun, usahanya telah memengaruhi banyak sarjana yang menekankan sebuah pemahaman dunia sosial berdasarkan pentingnya makna yang diproduksi dan diinterpretasikan melalui simbol-simbol dalam interaksi sosial. Para pemikir dalam tradisi teori interaksionisme simbolik dibagi menjadi dua aliran: aliran lowa dan Chicago.

ü Teori Interpretif Dalam Komunikasi

Meski beragam pengaruh telah mewarnai teori interpretif dalam komunikasi (misalnya teori etnometodologi dari linguistik sosial), hermeuuneutika, fenomenologi, dan interaksionisme simbolik juga mempunyai banyak sudut pandang yang memengaruhi para teoretisi interpretif sekarang.

Ontologi Teori Interpretif

Pada bagian sebelumnya kita telah membahas sejumlah pandangan ontologis mengenai sifat dasar dunia sosial mulai dari realisme mulai dan nominalisme, termasuk juga konstruksionisme sosial. Kalangan teoretisi interpretif dalam komunikasi menolak penafsiran seorang realis terhadap dunia sosial, bahkan mendukung nominalisme, atau lebih sering kepada konstruksionisme sosial.

Epistimologi Teori Interpretif

Dasar epistimologis dari riset interpretif berdasarkan pada keyakinan tentang realitas (ontologi kalangan nominalis dan kontruksionis sosial) dan pada kekurangan-kekurangan yang dirasa pada metode riset yang sudah mendominasi riset sosial pada abad ke-20.

Aksiologi Teori Interpretif

Sebagaimana bisa diambil kesimpulan dari pembahasan terdahulu mengenai epistemologi, teoretisi interpretif menjauhkan diri dari dugaan bahwa realitas sosial bisa benar-benar dipisahkan dari nilai-nilai subjek peneliti, komunitas penelitian, dan masyarakat.

Teori Interpretif Umum (General Interpretive Theories)

Inti dari ontologi interpretif adalah kepercayaan bahwa kita mengonstruksi dunia kita secara sosial lewat interaksi komunikatif (yaitu tindakan untuk mencapai pemahaman timbal balik)

Grounded Theory

Penafsiran ilmiah menolak keunggulan dari struktur sosial yang terdahulu dan percaya bahwa makna yang sebenarnya muncul dari interaksi.

Kriteria untuk Evaluasi

Pendekatan teori ini sangat berkaitan dengan cara-cara penelitian dan perkembangan. Karena evaluasinya pun sangat memperhatikan proses itu sendiri.

Komunikasi Dalam Perspektif Interpretif

Perspektif secara keseluruhan menyumbangkan pentingnya teori yang digunakan secara bersama dan sistemik dalam memahami fenomena komunikasi. Masing-masing pembangun perspektif ini juga memberi pengaruh pada perkembangan ilmu komunikasi.

Etnografi Komunikasi

Hermeneutika, misalnya, dengan lingkaran hermeneutikanya memberikan sumbangan metode penelitian komunikasi etnografis. Hermeneutika, seperti telah dibicarakan, memberikan penekanan pada pemahaman bukan pengukuran pengalaman atau perilaku manusia diruang sosial.

Dramatisme dan Narasi

Teori Dramatisme dan Narasi merupakan teori komunikasi yang dipengaruhi oleh interaksionalisme simbolik. Teori dramatisme dan narasi memusatkan diri pada peristiwa penggunaan simbol komunikasi.

4. Perspektif Konstruktivisme

Konstrutivisme menolak pandangan positivisme yang memisahkan subjek dan objek komunikasi. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampaian pesan.

ü Sejarah Perspektif Konstruktivisme

Bila dirunut ke belakang, konstruktivisme yang menyakini bahwa makna atau realitas bergantung pada konstruksi pikiran dapat dirunut pada teori popper. Kita tahu popper membedakan tiga pengertian tentang alam semesta: 1. Dunia fisik atau keadaan fisik. 2. Dunia kesadaran atau mental atau disposisi tingkah laku. 3. Dunia dari sisi objektif pemikiran manusia, khususnya pengetahuan ilmiah, puitis dan seni.

Konstruktivisme Dalam Ilmu Komunikasi

Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak menggambarkan dari individu namun harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut.

Komunikasi Berbasis “Diri”

Fokus perspektif post-positivisme adalah proses produksi suatu pesan. Fokus ini dapat kita temukan pada komunikasi antarpersona. Untuk dapat meninjau komunikasi antarpersona kita dapat merujuk pada teori Sosiolinguistik Bernstein.

Konstruk Hubungan Dalam Komunikasi

Seperti kita ketahui, konstruktivisme menyakini bahwa segala sesuatu ada karena konstruksi tertentu. Pada komunikasi berbasis diri, kita sudah melihat bagaimana suatu pesan tidaklah netral melainkan dikonstruksi oleh sistem kognitif tertentu.

Model Desain Pesan

Konsep tentang tujuan ini berimplikasi pada adanya desain pesan, dalam peristiwa komunikasi berbasis diri. Desain pesan didasarkan pada kecenderungan seseorang dalam memanajemen tujuannya untuk kepentingan sampainya tujuan melalui pesan yang dipilihnya.

5. Perspektif Teori Kritis

Teori Kritis lahir sebagai koreksi dari pandangan konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun intitusional.

Sejarah Perspektif Kritis

Kritik merupakan konsep kunci untuk memahami teori kritis. Teori ini dikembangkan oleh Mazhab Frankfurt, konsep kritik yang dipergunakannya memiliki kaitan sejarah dengan konsep kritik yang berkembang pada masa-masa setelah Renaissance.

Pengaruh Marxisme

Karl Marx merupakan filsuf yang memiliki pengaruh yang mendalam dalam perkembangan ilmu pengetahuan sosial. Walaupun terdapat banyak kritik dan keberatan terhadap teori-teori Marx. Namun sampai saat ini beberapa teori Marx terus memberikan inspirasi bagi ilmu sosial, juga ilmu komunikasi.

Mazhab Frankfurt

Teori kritis dipengaruhi oleh Marxisme, namun dalam beberapa hal dianggap berbeda dengan Marxisme. Teori ini disebut juga Mazhab Frankfurt. Penyebutan ini didasarkan pada lembaga pertama yang mengembangkan teori kritis, yaitu Institute fur Sozialforchung di frankfurt, Main di Jerman.

Pendekatan Teori Kritis Pada Komunikasi

Cultural Studies (Studi-studi Budaya)

Awal kemunculannya didasari oleh beberapa karya tulis para penggagas pertama, yaitu Richard Honggart, Raymond Wiliams, dsb.

Studi-studi Feminis

Pencarian muatan ideologi di balik apa yang dianggapt biasa atau wajar adalah pola utama perspektif kritis. Kehidupan ini dipenuhi oleh apa yang dianggap wajar atau lazim, bahkan kebenaran pun bertumpu pada kelaziman. Apa yang sudah biasa terjadi dan dipercayai sekian lama dianggap sebagai kebenaran

PENUTUP

1.4 kesimpulan

Komunikasi telah mengalami perkembangan yang luas biasa pesat, dari sekadar studi retorika atau publisistik kini telah berkembang ke wilanyah terdalam kehidupan manusia. Perkembangan ini di dasari oleh pergeseran epistemologik yang juga dibarengi dengan perubahan sosial yang terjadi di seluruh dunia.

DARTAR PUSTAKA

Adrianto Elvinano dan Anees Q.Bambang.2007.Filsafat Ilmu Komunikasi.Simbiosa Rekatama Media,Bandung