BAHASA MENGALAMI KETERBATASAN

16 March 2017 17:55:51 Dibaca : 126

“BAHASA MENGALAMI KETERBATASAN”

Bahasa merupakan cerminan dari sebuah kebudayaan yang beradab bahasa tidak bisa dianggap dengan sebelah mata. Seseorang yang mengalami kekagetan terhadap budaya baru sering kali dihubungkan dengan faktor bahasa sebagai salah satu ketakutan yang cukup besar ketika akan menetap ditempat yang baru. Tidak menguasai atau bahkan tidak mengerti sama sekali bahasa merupakan suatu hal yang wajar yang menyebabkan timbulnya culture shock.

Berikut ini sebuah percakapan antara dosen dengan mahasiswa yang berasal dari Luwuk..

Mahasiswa : Permisi bu..

Dosen : Kinapa no'u ?? (kenapa nak??)

Mahasiswa : Bu, kita pe tugas so kase sama keting ( Bu, Saya sudah mengumpulkan tugas nya ke ketua tingkat )


Dosen : Kita..?? Asli mana no'u ? (Asli mana nak?)

Mahasiswa : luwuk bu..

Dari contoh diatas kata "kita" di gorontalo yang termasuk kata tidak kasar atau tidak sopan jika digunakan dalam berbicara dengan orang tua atau yang lebih tua. sedangkan kata "Kita" di Luwuk kata yang bersifat kata biasa dan bisa digunakan dalam berbicara dengan orang yang lebih tua, didalam contoh tersebutsehingga menimbulkan kesalahpahamam dalam berkomunikasi antara dosen dengan mahasiswa. Dalam buku Prof. Deddy Mulyana “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” menjelaskan, menurut Hipotesis Sapir-Whorf, sering juga disebut Teori Relativitas Linguistik, sebenarnya setiap bahasa menunjukkan suatu dunia simbolik yang khas, yang melukiskan realitas pikiran, pengalaman batin, dan kebutuhan pemakainya. Jadi bahasa yang berbeda sebenarnya mempengaruhi pemakaiannya untuk berfikir, melihat lingkungan, dan alam semesta di sekitarnya dengan cara yang berbeda, dan Karenanya berperilaku secara berbeda pula.

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong