ETIKA FILSAFAT KOMUNIKASI PART II

14 April 2015 21:51:50 Dibaca : 219

Menurut H. Blumer teori ini berpijak pada premis bahwa (1) manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang ada pada “sesuatu” itu bagi mereka, (2) makna tersebut berasal atau muncul dari “interaksi sosial seseorang dengan orang lain”, dan (3) makna tersebut disempurnakan melalui proses penafsiran pada saat “proses interaksi sosial” berlangsung. “Sesuatu” – alih-alih disebut “objek” – ini tidak mempunyai makna yang intriksik. Sebab, makna yang dikenakan pada sesuatu ini lebih merupakan produk interaksi simbolis.

Bagi H. Blumer, “sesuatu” itu – biasa diistilahkan “realitas sosial” – bisa berupa fenomena alam, fenomena artifisial, tindakan seseorang baik verbal maupun nonverbal, dan apa saja yang patut “dimaknakan”.

Sebagai realitas sosial, hubungan “sesuatu” dan “makna” ini tidak inheren, tetapi volunteristrik. Sebab, kata Blumer sebelum memberikan makna atas sesuatu, terlebih dahulu aktor melakukan serangkaian kegiatan olah mental: memilih, memeriksa, mengelompokkan, membandingkan, memprediksi, dan mentransformasi makna dalam kaitannya dengan situasi, posisi, dan arah tindakannya.

Dengan demikian, pemberian makna ini tidak didasarkan pada makna normatif, yang telah dibakukan sebelumnya, tetapi hasil dari proses olah mental yang terus-menerus disempurnakan seiring dengan fungsi instrumentalnya, yaitu sebagai pengarahan dan pembentukan tindakan dan sikap aktor atas sesuatu tersebut. Dari sini jelas bahwa tindakan manusia tidak disebabkan oleh “kekuatan luar” (sebagaimana yang dimaksudkan kaum fungsionalis struktural), tidak pula disebabkan oleh “kekuatan dalam” (sebagaimana yang dimaksud oleh kaum reduksionis psikologis) tetapi didasarkan pada pemaknaan atas sesuatu yang dihadapinya lewat proses yang oleh Blumer disebut self-indication.
Menurut Blumer proses self-indication adalah proses komunikasi pada diri individu yang dimulai dari mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna tersebut. Dengan demikian, proses self-indication ini terjadi dalam konteks sosial di mana individu mengantisipasi tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana dia memaknakan tindakan itu.
Lebih jauh Blumer dalam buku yang sama di halaman 78 menyatakan bahwa interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol, oleh penafsiran, dan oleh kepastian makna dari tindakan orang lain, bukan hanya sekedar saling bereaksi sebagaimana model stimulus-respons. Selain menggunakan Interaksionis Simbolik, kasus Sampit bisa didekati dengan metode Hermeneutik. Hermeneutik dapat didefinisikan sebagai suatu teori atau falsafah yang menginterpretasi makna. Pada dasawarsa ini, Hermeneutik muncul sebagai topik utama dalam falsafah ilmu sosial, seni dan bahasa dan dalam wacana kritikan sastera yang mempamerkan hasil interpretasi teks sastera.
Perkataan Hermeneutik berasal dari dua perkataan Greek: hermeneuein, dalam bentuk kata kerja bermakna ”to interpret” dan hermeneia, dalam bentuk kata nama bermakna ”interpretation”. Kaedah ini mengutamakan penginterpretasian teks dalam konteks sosiobudaya dan sejarah dengan mendedahkan makna yang tersirat dalam sesebuah teks atau karya yang diselidiki. Dokumen awal menjelaskan bahawa seorang ahli falsafah, iaitu Martin Heidegger menggunakan kaedah Hermeneutik pada tahun 1889-1976. Walau bagaimanapun, Hermeneutik telah mula dipelopori oleh Schleimarcher dan Dilthey sejak abad ke-17 dan diteruskan oleh Habermas, Gadamer, Heidegger, Ricoeur dan lain-lain pada abad ke-20.

Blumer lebih banyak dipengaruhi oleh Mead dalam berbagai gagasan psikologi sosial-nya mengenai teori interaksionisme simbolik. Kendatipun demikian, seorang blumer tetap memiliki kekhasan-kekhasan dalam pemikirannya, dan terutama ia mampu membangun suatu teori dalam sosiologi yang berbeda dengan “gurunya”, Mead. Pemikiran blumer pada akhirnya memiliki pengaruh yang cukup luas dalam berbagai riset sosiologi. Bahkan blumer pun berhasil mengembangkan teori ini sampai pada tingkat metode yang cukup rinci. Teori interaksionisme simbolis yang dimaksud blumer bertumpu pada tiga premis utama:

ï‚· Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.

ï‚· Makna itu diperoleh dari hasil interaksi sosial yang dilakukan dengan orang lain.

ï‚· Makna-makna tersebut disempurnakan disaat proses interaksi sosial sedang berlangsung.[24]

Teori interaksionisme simbolis merujuk pada karakter interaksi khusus yang berlangsung antar manusia. Aktor tidak semata-mata beraksi terhadap tindakan yang lain, tetapi dia menafsirkan dan mendefinisikan setiap tindakan orang lain. Respon aktor secara langsung maupun tidak, selalu didasarkan atas penilaian makna tersebut. Oleh karena itu, interaksi manusia di jembatani oleh penggunaan simbol-simbol penafsiran atau dengan menamukan makna tindakan orang lain.

Dalam konteks itu, menurut Blumer, aktor akan memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokkan dan mentransformasikan makna dalam kaitannya dengan situasi dimana dan kemana arah tindakannya. Sebenarnya, interpretasi harus tidak di anggap hanya sebagai penerapan makna-makna yang dipakai dan disempurnakan sebagai instrumen bagi pengarahan dan pembentukan tindakan. Blumer mengatakan bahwa individu bukan di kelilingi oleh lingkungan obyek-obyek potensial yang mempermainkannya dan memebentuk perilakunya. Gambaran yang benar ialah ia membentuk obyek-obyek itu.

Dalam pada itu, maka individu sebenarnya sedang merancang obyek-obyek yang berbeda, memberinya arti, menilai kesesuaiannya dengan tindakan dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut. Inilah yang dimaksud dengan penafsiran atau bertindak berdasarkan simbol-simbol.

Dengan begitu, manusia merupakan aktor yang sadar dan reflektif, yang menyatukan obyek-obyek yang di ketahuinya melalui apa yang disebut Blumer sebagi self indication. Self indication adalah proses komunikasi yang sedang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna itu. Proses self indication ini terjadi dalam konteks sosial dimana individu mencoba “mengantisipasi” tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya sebagaimana dia menafsirkan tindakan itu.

TANGGAPAN SAYA

Pendapat saya tentang manusia sebagai makhluk simbolik menurut mead dan blumer yaitu seperti yang dikatana oleh mead dimana ”Berpikir menurut Mead adalah suatu proses individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan memilih dan menggunakan simbol-simbol yang bermakna” dalam kalimat tersebut mead berasumsi bahwa manusia selalu berinteraksi dengan dirinya sendiri pada saat memilih atau menggunakan simbol – simbol yang mereka temukan atau yangmereka lihat dan dalam simbol – simbol tersebut memiliki suatu makna yang berbeda maka mereka berinteraksi dengan diri mereka sendiri untuk membedekan simbol – simbol dengan makna yang ada agar mereka tidak salah saat menggunakan simbol tersebut.

Karena jia mereka salah menggunakan simbol – simbol yang sesuai dengan maknanya tersebut maka simbol – simbol tersebut akan berubah makna lagi dan makna yang sesungguhnya akan berganti dengan sesuai penempatan simbol – simbol yang telah mereka gunakan. Namun pada awalnya simbol – simbol tersebut akan terlihat seperti aneh karena simbol – simbol tersebut tidak sesuai dengan penempatan simbol – simbol tersebut. Contoh : Lampu lalu lintas di pasang pada sudut – sudut lapangan sepak bola. Lampu lalu lintas tersebut adalah simbol di mana simbol tersebut haru di pasang pada jalan yang memiliki beberapa jalan yang melewati 2 atau 3 jalur. Namun di sini simbol tersebut di tempatkan pada sudut – sudut lapangan sepak bola yang seharunya dipasang bendera – bendera yang melambangkan bahwa itu adalah batas lapangan yang akan digunakan utuk pada saat tendangan sudut terjadi atau bola yang sudah melewati garis atau bendera yang sudah ada.

Berikutnya menurut blumer, blumer mengatakan bahwa ”manusia mempunyai sejumlah kemungkinan tindakan dan pemikiranya sebelum ia memulai tindakan yang sebenarnya dengan melalui pertimbangan. Karena itu, dalam tindakan manusia terdapat suatu proses mental yang tertutup yang mendahului proses tindakan yang sesungguhnya.” Dalam beberapa kalimat tersebut blumer mengatakan bahwa manusia sebelum memilih atau menggunakan symbol – symbol yang akan ia gunakan ia terlebuh dahulu akan memikirkannya dengan penuh pertimbangan yang sangat besar dan sangat teliti.

Namun pada dasarnya teori yang di sampaikan oleh blumer tidak terlalu berbedah jauh dengan apa yang di katakana oleh mead. Karena pada dasarnya blumer adalah seorang murid dari mead jadi tidak heran banya teori – teori darinya sangat atau mirip dengan teori yang di sampaikan oleh mead.

Namun hal tersebut sempat dibentangkan dengan beberapa katak yang saya kutip dari beberapa referensi di mana ”Blumer lebih banyak dipengaruhi oleh Mead dalam berbagai gagasan psikologi sosial-nya mengenai teori interaksionisme simbolik. Kendatipun demikian, seorang blumer tetap memiliki kekhasan-kekhasan dalam pemikirannya, dan terutama ia mampu membangun suatu teori dalam sosiologi yang berbeda dengan “gurunya”, Mead. Pemikiran blumer pada akhirnya memiliki pengaruh yang cukup luas dalam berbagai riset sosiologi. Bahkan blumer pun berhasil mengembangkan teori ini sampai pada tingkat metode yang cukup rinci.” Dalam kata – kata tersebut blumer berhasul membuat suatu riser atau suatu teori yang berbeda dari yang di sampaikan oleh mead

Jadi pada intinya manusia sebagai makhluk simbolik adalah manusia yang selalu mempertimbangkan atau memikirkan hal – hal yang berhungungan dengan symbol, tanda dan hal tersebut yang membuat manusua menjadi makhluk yang simbolik di karenakan manusia selalu mengguakan atau memikirkan symbol – silmbol yang akan mereka gunakan atau yang akan mereka pakai pada saat mereka membtuhkan symbol – symbol tersebut.

Dan manusia sebagai makhluk yang simboik adalah manusia yang selalu menggunakan symbol – symbol atau selalu bergantung pada symbol – symbol yang ada seperti rambu – rambu lalu lintas, lampu lalu lintas, dan berbagai symbol – symbol yang ada atau yang diciptakan atau yang dubuat untuk digunakan yang ada didunia ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://elmasterquin.blogspot.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://donaheli.blogspot.com/2013/09/filsafat-komunikasi.html

http://kebenaran.org/

http://filsafat.kompasiana.com/2009/11/09/ada-tiga-macam-kebenaran-23239.html

http://mbenxxcaem.blogspot.com/2011/09/hakekat-filsafat.html

http://ronikurosaky.blogspot.com/2014/05/teori-interaksi-simbolik-menurut-george.html

http://lauraerawardani.blogspot.com/2014/04/interaksionisme-simbolik.html

http://henrysubiakto.blogspot.com/2012/02/anatomi-teoretik-george-herbertmead.html

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong