Kerumitan Makna Kata

19 March 2017 16:26:02 Dibaca : 501

Dalam tulisan kali ini saya membahas tentang pemaknaan kata. Dalam pemaknaan kata kita mengenal dengan namanya semantik atau ilmu yang mengenai makna kata-kata, pendefinisian oleh S.I Hayakawa tidaklah buruk bila orang orang tidak menganggap bahwa pencarian makna kata mulai dan berakhir dengan melihatnya dalam kamus. Karena biasanya makna dalam kamus bersifat kebahasaan (linguistik), yang memiliki banyak dimensi atau simbol yang merujuk pada objek di dunia nyata.

Dalam pemaknaan katapun digolongkan menjadi makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual), seperti yang terdapat di dalam kamus. Karena itu makna denotatif lebih bersifat publik. Sejumlah kata bermakna denotatif, namun banyak kata juga bermakna konotatif, lebih bersifat pribadi, yakni di luar rujukan objektifnya. Bisa dikatakan makna konotatif bersifat subjektif dan emosional daripada makna denotatif.

Kata-kata dengan sendirinya tidak bermakna apa-apa, kecuali bila kita sendiri yang memaknainya. Ketika kita berbicara dengan orang lain, kita hanya menyampaikan kata-kata, bukan makna.
Kita sering menganggap bahwa kata itu memiliki makna. Padahal itu keliru, kitalah yang memberi makna pada kata. Makna yang kita berikan pada kata yang sama bisa berbeda-beda, tergantung pada konteks ruang dan waktu.

"Apakah makna dari makna?" pertanyaan yang menjadi problem dalam fisafat. R.Brown mendefinisikan makna sebagai kecenderungan (disposisi) total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa.

Sebagai contohnya, orang Gorontalo menggunakan kata "yilate tohe atau mati lampu" (maksudnya aliran listik yang terputus sehingga aliran listik tak bisa menyalakan lampu listrik untuk penerangan). Padahal kita ketahui bersama lampu adalah benda dan ibaratnya lampu itu bernyawa dan diartikan mati jika tak ada arus listrik.

Adapula orang Gorontalo mengenal dengan nama "mata pete" sebutan untuk orang yang sakit mata dan matanya memerah disebabkan beberapa faktor misalnya mata yang tidak sengaja disambar oleh serangga kecil dan orang tersebut mengucek mata hingga merah. Jika diartikan "pete" berasal dari kata petik. Sehingga pengidap penyakit itu disebut mata petik atau mata pete yang menggambarkan orang yang dipetik matanya pasti merah dan tak lain juga keluar darah dalam penggambaran pribadi saya tentunya.

Penyembutan kata "Tambio" dalam bahasa Gorontalo yang berartikan noda juga memiliki makna lain. Selain kita mengenal artinya noda, ada juga pemaknaan kata "Tambio" adalah sebutan untuk seorang gadis Pekerja Seks Komersial (PSK).

Sama halnya dengan pertanyaan dari teman saya "telur itu putito?" sontak saya menjawab "iyo memang putih". Padahal dalam bahasa Gorontalo "putito" artinya telur dalam bahasa Indonesia.
Orang Malaysia mengartikan pintu kecemasan adalah pintu darurat seperti yang kita kenal di Indonesia.

Atau lainnya halnya dengan tempat parkir mobil seperti yang kita kenal di Indonesia, di Malaysia mereka mengenalnya dengan padang letak kereta.

Kita kadang kali menemukan kata-kata yang menurut kita lucu, aneh bahkan tidak masuk akal, sebelum mengetahui apa yang dimaksud oleh kata-kata itu dan paham makna di dalamnya setelah kita mengetahui maknanya.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong