TUGAS UTS "ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI"

14 April 2015 19:54:37 Dibaca : 1664
Nama : Nurfitriyanti Mudjaraha Nim : 291414056 Kelas : B. Ilmu Komunikasi MK : Etika dan Filsafat komunikasi 1. PENGERTIAN FILSAFAT Pengertian filsafat diambil dari kata philosohia atau philoshopos dari bahasa Yunani yang diartikan sebagai cinta dan kebijaksanaan. Secara simpel, pengertian filsafat atau filosofi adalah cinta pada pengetahuan (ilmu pengetahuan) dan kebijksanaan. Dalam bahasa Arab, pengertian filsafat dirujuk dari muhibb al-hikmah dan dari bahasa belanda ialah wijsbegeerte. Dalam islam, tidak dikenal adanya filsafat. islam. Satu satunya yang sepadan dengan pengertian filsafat dalam Islam adalah hikmah yang berarti pengetahuan dan kebijaksanaan. Pengertian Filsafat | Pemikiran terhadap filsafat ada saat kesadaran manusia terhadap potensi akal budinya muncul. Menurut Frans Dahler dan Eka Budianta, filsafat ada saat 1200 SM di Tiongkok, India dan Yunani. Walaupun terkadang, banyak pemikiran tentang filsafat lahir di Yunani Kuno. Para ahli filsafat dan yang dijadikan rujukan terhadap pengertian filsafat lahir dikota ini. (Apa pengertian ahli) Akan tetapi, seiring dengan berkembangan zaman, para ahli filsafat mengembangkan pengertian filsafat atau filosofi, Beekman contohnya, mengatakan bahwa pengertian filosofi (filsafat) adalah melihat sesuatu dengan perhatian dan minat, berpikir tentang sesuatu dan menyadarinya. Pengertian filsafat yang serupa dilakukan oleh John S. Brubacher dan Dogabel Runes.  Filsafat menurut John Brubacher bahwa filsafat yang berasal dari kata Yunani filos dan sofia yang berarti cinta kebijaksanaan atau belajar. Lebih dari itu dapat diartikan cinta belajar pada umumnya, dalam proses pertumbuhan ilmu pengetahuan (sains) hanya terdapat dalam apa yang kita kenal dengan filsafat. Untuk alasan ini sering kita katakan bahwa filsafat adalah induk atau ratu ilmu pengetahuan. "Philosophy was, as its etymology from greek word filos and sofia, suggest love of wisdom or learning. More over it was love of learning in generals, it sub-sumed under one heading what today we call sciences as well as what we now call philosoph, It is for reason that philosophy is often refered to as the mother as well as the queen of the sciences".  Filsafat menurut Dogobel Runes bahwa filsafat berasal dari kata Yunani philein, Cinta; sophia, kebijaksanaan (Gr. philein= to love, sophia=wisdom) asalnya penjelasan rasional dari sesuatu (=the most general science) prinsip prinsip umum yang menerangkan segala fakta, dalam pengertian ini tidak dibedakan dengan sains,....Sekarang, secara populer, filsafat didefinisikan sebagai ilmu dari ilmu, kritik dan sistematisasi atau organisasi dari semua ilmu pengetahuan, yang berasal dari ilmu empiris, pembelajaran yang rasional, pengalaman biasa atau dimananpun.  Pengertian filsafat menurut Anton Bakker, Achmad Charris, Zubair, bahwa filsafat merupakan eksplisitas tentang hakikat realitas yang ada dalam kehidupan manusia, yakni hakikat manusia itu sendiri, hakikat semesta, bahkan hakikat Tuhan, baik menurut segi struktural, maupun menurut segi normatifnya.  (Apa pengertian ahli) Roger Garaudy (1986) menambahkan bahwa pengertian filsafat yang berbeda beda itu wajar, akan tetapi filsafat tidak memberi sarana sarana, akan tetapi mengajukan pertanyaan tentang tujuan dan tentang makna makna. Dalam buku yang ditulis oleh Harold Titus dan kawan kawan (1984:11-14) dituliskan "Ada yang mengemukakan bahwa filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan alam yang biasa diterima secara tidak kritis. Filsafat juga diartikan sebagai suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi. Lalu ada yang mengatakan filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Filsafat juga dapat didefinisikan sebagai analisis logis dari bahasa, serta penjelasan arti kata dan konsep. Sedangkan pendapat lain mengemukakan bahwa filsafat adalah sekumpulan problema problema yang langsung mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat".  Pengertian Filsafat menurut Soetrionon dan Rita Hanafie (2007) bahwa secara umum filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Ilmu pengetahuan tentang hakikat yang menanyakan apa hakikat atau sari atau inti atau esensi segala sesuatu.  Menurut Poedjawijatna, filsafat adalah ilmu yang mencari sebab yang sedalam dalamnya bagi segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, hal ini dilanjukan oleh Jujun Suriasuamantri, bahwa pengertian filsafat dapat juga berupa sebaagai suatu cara berpikir yang radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu sedalam dalamnya. Hal ini sesuai dengan kata Socrates bahwa tugas filsafat yang utama adalah mempersoalkan jawaban, bukan menjawab pertanyaan kita.  Martini Djamaris, berpendapat bahwa filsafat adalah suatu proses yang mempertanyakan tentang arche (dasar) atau asal mula atau asal usul dan berusaha menjawabnya dengan menggunakan logos (rasio). Dengan demikian, filsafat adalah penyelidikan yang dilakukan dalam rangka memahami hakikat alam dan realitasnya dengan mengandalkan akal budi, jelas Socrates. Beda dengan pendahulunya ini Plato mendefinisikan filsafat sebagai pendidikan tentang sebab sebab dan asas asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada. Berbeda dari yang diatas, dalam buku yang ditulis oleh Conny R. Semiawan (1988:37) pengertian filsafat yang lain dikemukakan oleh Walter Kuffman, Beerling, dan Corn Verhoeven. Menurut Berling, Pengertian filsafat adalah pemikiran yang bebas, di ilhami oleh rasio, mengenai segala sesuatu yang muncul dari pengalaman pengalaman (experience). Menurut Walter Kuffman, bahwa pengertian filsafat adalah pencarian akan kebenaran dengan pertolongan fakta-fakta dan argumentasi argumentasi, tanpa memerlukan kekerasan dan tanpa mengetahui hasilnya terlebih dahulu.Pengertian filsafat menurut Verhoeven, filsafat adalah meradikalkan keheranana ke segala penjuru.  Harun Nasution dalam bukunya pada halaman 24 (1973), bahwa pengertian filsafat adalah berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma dan agama) dan dengan sedalam dalamnya, sehingga sampai ke dasar dasar persoalan.  Selanjutnya, dalam Bukunya Imam Barnadib (1982:11-12) bahwa filsafat sebagai pandangan menyeluruh dan sistematis. Disebut meyeluruh, karena pandangan filsafat bukan hanya sekedar pengetahuan, melainkan suatu pandangan yang dapat menembus di balik pengetahuan itu sendiri. Dengan pandangan seperti ini akan terbuka kemungkinan untuk menemukan hubungan pertalian antara semua unsur yang dipertinggi, dengan mengarahkan perhatian dan kedalaman mengenai kebijakan. Dikataakan sistematis, karena filsafat menggunakan berpikir secara sadar, teliti, teratur, sesuai dengan hukum hukum yang ada.  Pengertian filsafat menurut Imanuel Kant dalam buku karangan Lasiyo dan Yuwono, 1985:6, dan bahwa filsafat adalah pokok pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya terdapat 4 persoalan yaituL apakah yang dapat kita ketahui, apa yang boleh kita kerjakan, sampai dimana harapan kita, dan terakhir, apa yang itu manusia? Metafisika akan menjawab pertanyaan pertama, etika menjawab kedua, dan ketiga serta keempat dijawab oleh agama dan antropologi. Berdasarkan JMW Bakker, definisi filsafat adalah refleksi nasional atau keseluruhan keadaan agar tercapai hakikat dan mendapatkan hikmah.  Selanjutnya, Harold Titus membagi pengertian filsafat menjadi 5 buah yaitu, filsafat adalah kumpulan dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasa diterima secara kritis. Pengertian filsafat yang kedua bahwa filsafat adalah suatu proses pemikiran atau kritik terhadap kepercayaan (believe) dan sikap (attitude) yang sangat kita junjung tinggi. Kemudian definisi filsafat yang ketiga adalah usaha untuk mendapatkan gambara secara keseluruhan. Lalu filsafat adalah analisa logis dari bahasan serta penjelasan tentang konsep dan kata. Yang terakhir, pengertian filsafat adalah sekumpulan masalah-masalah (problema problema) yang secara langsung mendapat perhatian manusia dan yang dicari dijawabnnya oleh ahli filsafat.  Lalu, Anton Bakker menambahkan bahwa filsafat memiliki tempat dan kedudukan yang khusus. Filsafat meliputi semua dimensi ilmu ilmu lain, tidak hanya sebatas satu bidang saja atau lapisan kenyataan. Oleh karena itu, filsafat bersifat total. Filsafat mempelajari sesuatu yang menjadi objek formalnya menurut sebab-sebab yang mendasar (per ultima causas). Filsafat sendiri terbagi atas 4 cabang utama yang membuatnya lebih spesifik yaitu filsafat ilmu pengetahuan (epistemologi, filsafat moral (etika), filsafat seni (estetika), metafisika, filsafat pemerintahan (politik), filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat matematika, filsafat sejarah, filsafat hukum (Jujun S. Suriasumantri, 2000). Setelah membahas dan membaca pengertian dan definisi filsafat atau filosofi, maka dapat ditarik bahwa garis besar filsafat memiliki hubungan dengan upaya menemukan kebenaran tentang hakikat sesuatu yang ada melalui penggunaan kemampuan akal secara optimal. Kebenaran yang dihasilkan oleh pemikiran filsafat adalah jawaban jawaban dalam bentuk gagasan atau ide. Adapun tujuan dari filsafat adalah untuk memperoleh kebenaran yang bersifat dasar dan menyeluruh dalam sistem yang konseptual. Filsafat berguna dalam kearifan hidup (Yakob). Filsafat menghasilkan pula kebenaran yang bersifat abstrak, spekulatif akan tetapi tidak mampu mengetahui bagaimana cara mengadakannya. Oleh karena itulah ada ilmu pengetahuan (baca pengertian ilmu pengetahuan).  PENDAPAT Menurut saya pengertian filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.. ilmu pengetahuan untuk mengetahui nilai kebenaran tentang segala sesuatu. filsafat adalah kumpulan dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasa diterima secara kritis. dan filsafat juga adalah suatu proses pemikiran atau kritik terhadap kepercayaan sikap yang sangat kita junjung tinggi. filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambara secara keseluruhan. Lalu filsafat adalah analisa logis dari bahasan serta penjelasan tentang konsep dan kata. Yang terakhir, pengertian filsafat adalah sekumpulan masalah-masalah yang secara langsung mendapat perhatian manusia dan yang dicari dijawabnnya oleh ahli filsafat. Filsafat juga memiliki tempat dan kedudukan yang khusus. Filsafat meliputi semua dimensi ilmu ilmu lain. , tidak hanya sebatas satu bidang saja atau lapisan kenyataan. Oleh karena itu, filsafat bersifat total. Filsafat mempelajari sesuatu yang menjadi objek formalnya menurut sebab-sebab yang mendasar.. maka dapat ditarik bahwa garis besar filsafat memiliki hubungan dengan upaya menemukan kebenaran tentang hakikat sesuatu yang ada melalui penggunaan kemampuan akal secara optimal. Kebenaran yang dihasilkan oleh pemikiran filsafat adalah jawaban jawaban dalam bentuk gagasan atau ide. Adapun tujuan dari filsafat adalah untuk memperoleh kebenaran yang bersifat dasar dan menyeluruh dalam sistem yang konseptual. Filsafat berguna dalam kearifan hidup Filsafat menghasilkan pula kebenaran yang bersifat abstrak, spekulatif akan tetapi tidak mampu mengetahui bagaimana cara mengadakannya. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi, Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan, Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian, Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh para ahli filsafat. filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu. filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu. 2. FILSAFAT DAN KOMUNIKASI Filsafat adalah ibunya para ilmu. Intinya ketika ilmu menemukan masalah, maka harus kembali kepada filsafat untuk memecahkan masalah. Filsafat bertanya dari berbagai macam sudut, sebagai keseluruhan, memperhatikan inti/pokok-nya, dan mencari apa sebab-sebab terdalamnya. Adapun pemikiran beberapa unsur dalam penyelidikan :  Metafisika; adalah suatu studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realita. Hubungannya dengan teori komunikasi, metafisika berkaitan dengan hal-hal sbb : Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual dengan realita dalam alam semesta;  Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab, dan aturan;  Problem pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada perilaku manusia. Pentingnya metafisika bagi pembahasan filsafat komunikasi, dikutip pendapat Jujun S Suriasumantri dalam bukunya “Filsafat Ilmu” mengatakan bahwa metafisika merupakan suatu kajian tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran, dan hakikat kaitan zat dengan pikiran. Objek metafisika menurut Aristoteles, ada dua yakni :  Ada sebagai yang ada; ilmu pengetahuan mengkaji yang ada itu dalam bentuk semurni-murninya, bahwa suatu benda itu sungguh-sungguh ada dalam arti kata tidak terkena perubahan, atau dapat diserapnya oleh panca indera. Metafisika disebut juga Ontologi.  Ada sebagai yang iLLahi; keberadaan yang mutlak, yang tidak bergantung pada yang lain, yakni TUHAN (iLLahi berarti yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera). Epistemologi; merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin, nature, methods and limits of human knowledge). Epistemologi berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan lebih fundamental lagi bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan, tepat apabila dihubungkan dengan metodologi. Metode; adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang dan mapan, sistematik dan logis. Pada dasarnya metode ilmiah dilandasi : • Kerangka pemikiran yang logis; • Penjabaran hipotesis yang merupakan deduksi dan kerangka pemikiran. • Verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenarannya secara faktual. Jujun S Suriasumantri, mengemukakan akronim metode ilmiah yang dikenal sebagai logicohypotetico verifikasi, kerangka pemikiran yang logis mengandung argumentasi yang dalam menjabarkan penjelasannya mengenai suatu gejala bersifat rasional. Lanigan, mengatakan bahwa dalam prosesnya yang progresif dari kognisi menuju afeksi yang selanjutnya menuju konasi, epistemology berpijak pada salah satu atau lebih teori kebenaran. Dikenal empat teori kebenaran, sebagai berikut : 1) Teori koherensi; suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. 2) Teori korespondensi; suatu pernyataan adalah benar jikalau materi yang terkena oleh persyaratan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu. 3) Teori pragmatik; suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia. Aksiologi yaitu asas mengenai cara bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan yang secara epistemologis diperoleh dan disusun. Aksiologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti etika, estetika, atau agama. Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi, aksiologi adalah suatu kajian terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya atau mengekspresikannya. Jelaslah, pentingnya seorang komunikator untuk terlebih dahulu mempertimbangkan nilai (value judgement), apakah pesan yang akan dikomunikasikan etis atau tidak, estetis atau tidak. Logika; berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode penalaran secara benar. Logika sangat penting dalam komunikasi, karena pemikiran harus dikomunikasikan, sebagai hasil dari proses berpikir logis.  PENDAPAT Pendapar dari filsafat dan komunikasi berbagai definisi mengenai filsafat, komunikasi dan filsafat komunikasi dapat di tarik kesimpulan bahwa filsafat komunikasi adalah para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponen filsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normative dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis. Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika, logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi (keapaan), epistemologi (kebagaimanaan), dan aksiologi (kegunaan atau kemanfaatan). Manusia sebagai mahluk sosial akan selalu berhubungan dengan manusia lain melalui komunikasi. Retrokira sebagai ilmu mengenai pernyataan antar manusia diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles. Gagasan awal mengenai pernyataan antarmanusia dinyatakan dalam model sederhana, yaitu komunikator, pesan, dan komunikan. Perkembangan selanjutnya menjadi ilmu komunikasi dengan model yang lebih rumit, ada komunikator, pesan, komunikan, media, dan efek. Istilah komunikasi berasal dari kata communis yang berarti sama. Sama dalam arti maknanya. Berkomunikasi berarti mempunyai tujuan untuk punya arti yang sama. Kajian komunikasi dari sudut pandang filsafat ilmu komunikasi dimaksudkan agar pemahaman terhadap proses komunikasi bersifat radikal atau mendalam, sistematis dan menyeluruh. Kajian ini dimaksudkan untuk mendapatkan esensi atau hakikat komunikasi. Pernyataan ini adalah pesan. Sebelum pesan sampai pada khalayak atau penerima pesan, haruslah dilakukan pertimbangan. Mempelajari komunikasi sebagai ilmu akan menjadi dasar bagi seseorang untuk memahami komunikasi dari tinjauan filsafati. Mengerti filsafat ilmu komunikasi akan mempermudah seseorang dalam menyusun pikirannya sebagai isi pesan komunikasi. Isi pesan yang tersusun secara logis, etis dan estetis merupakan usaha agar proses komunikasi efektif. Filsafat mengenai komunikasi mengatakan bahwa filsafat sebagai disiplin biasanya dikategorikan menjadi suatu bidang utama menurut jenis justifikasinya yang dapat diakomodasikan oleh jawaban terhadap pertanyaan pertanyaan yaitu Filfafat adalah sumber dari ilmu pengetahuan. Dan ilmu pengetahuan adalah sumber atau dasar dari sebuah kebenaran. Masalah kebenaran sangat dasariah karena menyangkut segala pengetahuan yang menuju kebenaran. Masalahnya adalah hubungan antara pengetahuan dan kenyataan. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang dimaksud sesuai dengan kenyataan. Kebenaran yang dibahas dalam filsafat pengetahuan adalah kebenaran sebagai sifat pengetahuan. Yang dimaksud dengan pengetahuan yang benar dan “hasrat untuk menuju kebenaran” adalah bermacam-macam menurut konteks kebudayaan. Menuju pengetahuan yang benar untuk filsafat timur bersifat steriologis. Pengetahuan yang benar membawa keselamatan. Pandangan timur ini senada dengan perkataan Yesus “Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh 8:32). Pandangan barat, kebenaran itu bersifat riil dan objektif. Namun dalam kenyataannya kebenaran objektif bisa bersifat sementara karena bisa berhadapan dengan kebenaran objektif lain secara berlawanan. Menurut Prof. Dr. Mujamil Qomar, kebenaran kebenaran yang ditunjukan oleh wahyu. Kebenaran yang digariskan Al-qur’an itu sifatnya kokoh, pasti dan mutlak, sehingga tidak bisa ditandingi oleh kebenaran lainya. Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa kebenaran itu sudah ada, tinggal menulusuri bukti-buktinya. Bukti kebenaran itu dapat dicapai melalui percobaan-percobaan atau penelitian-penelitian ilmiah terhadap petunjuk-pertunjuk yang ada. Maka ada perbedaan mekanisme kerja dalam mencapai kebenaran dikalangan ilmuan barat dan ilmuan muslim. Jika metode keilmuan barat dipakai untuk mendapatkan kebenaran objektif yang sifatnya masih sementara, maka kebenaran wahyu telah ditunjukan lebih dahulu secara pasti, baru dicari bukti-bukti kebenarannya melalui metode-metode tertentu. Dengan kata lain, kebenaran yang dicapai melalui metode keilmuan barat berada di belakang sebagai jawaban terhadap upaya-upaya penggalian ilmu pengetahuan, sedangkan kebenaran wahyu berada di muka (telah ditentukan) baru kemudian dicari bukti-buktinya melalui pendekatan atau metode tertentu. Ada pun rasionalitas komunikatif, khususnya terhadap implikasi kemampuan manusia untuk berwacana sudah memperlihatkan sesuatu yang sangat mendasar. Berbahsa selalu merupakan tindakan komunikatif, bahkan kalau hanya berbahasa dalam pikiran dan batin. Oleh karena itu, tidaklah memadai kalau kesadaran moral individu dijadikan tolok ukur pembenaran keharusan moral. Yang menentukan keberlakuan universal keharusan moral bukan apa yang dapat dikehendaki oleh orang perorangan, melainkan apa yang dapat disepakati sebagai normative dalam sebuah pembicaraan bersama. Habermas melakukan suatu perubahan paradigm radikal dari filsafat subjek ke filsafat komunikasi dan dari filsafat keasadaran yang khas bagi seluruh filsafat modern sejak Descartes ke filsafat bahasa, dari pemusatan perhatian pada subjek ke komunikasi. Ada perbedaan pandangan dalam filsafat komunikasi. Komunikasi bisa terjadi secara monolog. Seperti pendapat karl marx bahwa manusia menciptakan diri dalam pekerjaan, artinya manusia dapat menciptakan komunikasi sendiri yakni apa yg ada dalam pikiran dan perasaanya. Hal ini seperti yang terjadi pada media penyiaran. Namun hal ini dibantah oleh Habermas bahwa pekerjaan adalah sikap manusia terhadap alam, ada subjek yang aktif, manusia dan objek yang pasif, alam. Komunikasi bukan monologis, melainkan dialogis, bukan individualistic, melainkan social. Dalam komunikasi bukanya masing-masing partisipan memakai partisipan lain untuk mencapai tujuan mereka masing-masing itu adalah tindakan strategis melainkan para partispan mengkoordnasikan rencana tindakan mereka. Dalam komunikasi terjadi apa yang oleh G.H Mead disebut sebagai “ideal role-talking”. Masing-masing partisipan mengambil alih peran partisipan yang lain. Dengan mengambil alih peran orang lain kita dapat merefleksikan diri kita sendiri dan dengan demikian mengarah proses komunikasi. Sebuah komunikasi itu rasional apabila saling pengertian tercapai. Itu rasionalitas komunikasi. 3. KEBENARAN Filsafat tentang Manusia harus menyadari dirinya sebagai seorang filsuf. Sokrates menegaskan bahwa seorang filsuf adalah seorang yang sungguh menyadari dirinya sebagai yang tidak tahu apa-apa, dan justru di sinilah terletak kebijaksanaan. seseorang disebut bijaksana bila dia memiliki pengetahuan dan pengalaman, mampu menyatukan segala sesuatu dengan dunia dan manusia, terbuka, jujur, pandai berdialog dengan dunia dan manusia, mendengarkan orang lain, pandai menguasai diri dalam pelbagai kecenderungan, memiliki kebebasan batiniah, berpikir cermat, kritis, dan kreatif, pandai menyatukan pengetahuan teoretis dengan kehidupan praktis Filsafat sebagai suatu metode Artinya sebagai cara berpikir secara reflektif (mendalam),penyelidikan yg menggunakan alasan, berpikir secara hati-hati dan teliti. Filsafat berusaha memikirkan seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan jelas. Metode berpikir semacam ini bersifat inclusive (mencakup secara luas) dan synoptic (secara garis besar) dan berbeda dengan metode pemikiran yg dianut oleh ilmu-ilmu khusus. Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau simplifikasi atas fenomena tersebut. Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda. Pengetahuan inderawi merupakan struktur terendah dalam struktur tersebut. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi.Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah, manusia melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur dengan jelas. “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna “kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun langgeng, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan pendekatan. Adapun suatu kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Suatu proposisi adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang sesuai dan menyatakan apa adanya. Teori ini sering diasosiasikan dengan teori-teori empiris pengetahuan. Teori kebenaran korespondensi adalah teori kebenaran yang paling awal, sehingga dapat digolongkan ke dalam teori kebenaran tradisional karena Aristoteles sejak awal (sebelum abad Modern) mensyaratkan kebenaran pengetahuan harus sesuai dengan kenyataan yang diketahuinya. Dua kesukaran utama yang didapatkan dari teori korespondensi adalah :  Pertama teori korespondensi memberikan gambaran yang menyesatkan dan yang terlalu sederhana mengenai bagaimana kita menentukan suatu kebenaran atau kekeliruan dari suatu pernyataan. Bahkan seseorang dapat menolak pernyataan sebagai sesuatu yang benar didasarkan dari suatu latar belakang kepercayaannya masing-masing.  Kedua, teori korespondensi bekerja dengan idea, “bahwa dalam mengukur suatu kebenaran kita harus melihat setiap pernyataan satu-per-satu, apakah pernyataan tersebut berhubungan dengan realitasnya atau tidak.” Lalu bagaimana jika kita tidak mengetahui realitasnya? Bagaimanapun hal itu sulit untuk dilakukan. Ketiga, Kelemahan teori kebenaran korespondensi ialah munculnya kekhilafan karena kurang cermatnya penginderaan, atau indera tidak normal lagi. Di samping itu teori kebenaran korespondensi tidak berlaku pada objek/bidang nonempiris atau objek yang tidak dapat diinderai. Kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif, ia harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam pembentukan objektivanya. Kebenaran yang benar-benar lepas dari kenyataan subjek. Teori kebenaran koherensi adalah teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria koheren atau konsistensi. Suatu pernyataan disebut benar bila sesuai dengan jaringan komprehensif dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan secara logis. Pernyataan-pernyataan ini mengikuti atau membawa kepada pernyataan yang lain. Seperti sebuah percepatan terdiri dari konsep-konsep yang saling berhubungan dari massa, gaya dan kecepatan dalam fisika. Teori Koherensi/Konsistensi (The Consistence/Coherence Theory of Truth) memandang bahwa kebenaran ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui sebagai benar. Suatu proposisi benar jika proposisi itu berhubungan (koheren) dengan proposisi-proposisi lain yang benar atau pernyataan tersebut bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.  PENDAPAT jaringan komunikasi yang berskala global telah menggiring kearah proses komunikasi dan arus informasi yang berlangsung cepat dan padat. Peningkatan tempo kehidupan di dalam skema globalisasi informasi telah menciptakan kebergantungan tinggi pada berbagai teknologi informasi dan komunikasi. Dalam dorongan kecepatan yang tak kuasa dikendalikan, komunikasi dan informasi menjadi sebuah terror (terror of speed), yang menghasilkan kecemasan (anxiety) dan kondisi panik (panic). Kecepatan pergantian citra televise yang tak sanggup dicerna: sebuah pesan-pesan email, blog, atau spam internet yang tak mampu dimaknai; gelombang pegantian gaya dan gaya hidup yang menjadikan orang selalu merasa kurang dan ketinggalan jaman. Media komunikasi di abad informasi digital berkembang kearah sebuah titik, yang di dalamnya terjadi pelencengan fungsi komunikasi, kesimpangsiuran tanda, pengaburan makna, pengdistorsian realitas, dan penisbian kebenaran. Komunikasi tak lagi punya tujuan pasti; informasi tak lagi punya makna yang jelas. Informasi berkembang kearah sifat superlative, yang diproduksi berlebihan. Realitas komunikasi menciptakan pula kondisi kemustahilan iterpretasi karena apa yang ditampilkan sebagai sebuah kebenaran (truth) boleh jadi tak lebih dari sebuah kebohongan (misalnya, citra teroris). Kini tak ada lagi batas pasti antara kebenaran dan kepalsuan. Orang dihadapkan pada kesulitan besar dalam memisahkan antara kebenaran dan kepalsuan. Kepalsuan yang dikemas dalam teknik imagologi yang cerdas melalui manipulasi computer grafik, kini dapat tampil sebagai kebenaran yang meyakinkan. Karenanya, kebenaran dalam media massa menjadi hal yang krusial karena kebenaran versi media kadangkala berbeda dengan kebenaran versi masyarakat. Hal ini karena aplikasi kebenaran dalam media dipengaruhi oleh lingkungan yang melingkupi media, seperti pemilik modal dan pengiklan. Namun demikian, dalam jurnalistik sendiri terdapat standar minimum sebagai konsep dari kebenaran dalam me-report kebenaran. Pertama, report harus akurat, dengan cara melakukan verifikasi fakta sehingga diperoleh bukti yang valid. Jika ada yang meragukan, maka audiens harus diberitahu bahwa informasi yang disampaikan belum didukung oleh bukti yang bisa divalidasi. Kedua, untuk mendukung kebenaran dalam media seorang jurnalis perlu melakukan upaya pencerdasan dengan cara mendorong pemahaman audiensi. Pemahaman audiensi kadang kalaa dibatasi oleh waktu dan space yang diberikan terhadap suatu liputan. Dengan demikian, maka suatu laporan mesti berisi sejumlah informasi yang memberi pemahaman bagi audiensi. Dengan demikian seorang jurnalis mesti bisa memosisikan diri antara, membuka semua hal atau samasekali tidak me-report tentang hal tersebut. Kondisi tersebut menjadi lebih rumit bila seorang jurnalis kemudian mendapat tekanan dari kekuatan politik dan kekuatan ekonomi. Ketiga, suatu laporan mesti bersifat fair dan seimbang. Prinsip ini menghindari bias yang sangat mungkin timbul dalam suatu laporan. Seorang reporter haruslah menguasai materi yang dilaporkan sehingga ia akan tau ketika laporannya bias. Alvin day mengatakan bahwa, reportase yang bias sangat berpotensi muncul dalam situasi krisis, seperti pada peristiwa 9/11 di New York, dimana jurnalis sendiri tidak mengetahui apa sebenarnya yang terjadi ketika itu. Dikotomi lain pada media adalah kebenaran dalam iklan. Kebenaran dalam iklan, maka sejatinya tidak lebih dari logika ekonomi liberal, yang berujung pada akumulasi keuntungan. Iklan mengkonstruksi kebenarannya sendiri untuk kemundian digandakan secara massal. Dan terus-menerus, sehingga pada akhirnya masyarakat melihat konstruksi kebenaran yang ditawarkan oleh iklan merupakan kebenaran itu sendiri. Iklan menjungkirbalikkan apa yang sebelumnya merupakan kebutuhan (need) bagi masyarakat untuk kemudian diubah menjadi keingingan atau (want), begitu juga sebaliknya. Contoh kecil misalnya, persoalan makan daging ayam yang sejatinya merupakan kebutuhan (need) tapi oleh iklan dicitrakan sedemikian rupa bahwa makan yang sehat, nyaman dan mengembirakan, dan karenanya merupakan makan yang benar, justru ada pada KFC atau McDonald misalnya. Public tidak lagi melihat makan daging ayam sebagai sebuah kebutuhan, tapi menjadi keinginan. Etika periklanan sendiri mengatakan bahwa pengiklan memiliki tanggung jawab atas kebenaran informasi tentang produk yang diiklankan. Termasuk ikut memberikan arah, batasan, dan masukan pada iklan agar tidak terjadi janji yang berlebihan atas kemampuan nyata suatu produk. Partai Demokrat menghadapai sanksi social ketika tidak konsisten dengan iklannya “Katakan Tidak pada Korupsi.” Etika komunikasi dalam kehidupan manusia yang bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, manusia hidup dalam pilihan antara baik dan tidak baik serta beraturan. Etika tidak terlepas dari persoalan moral dan hukum. Banyak orang percaya bahwa merangkul etika akan membatasi berbagai pilihan, kesempatan serta kemampauan mereka untuk berhasil dalam bisnis. Ada pepatah lama yang mengatakan bahwa orang baik akan mencapai garis finis paling akhir. Mereka sependapat dengan profesor sejarah Henry Adams dari Harvard yang mengatakan “Moralitas adalah kemewahan pribadi yang mahal.” Menurut John C. Maxwell bahwa pilihannya hanya dua: (1) berhasil dengan menghalalkan segala cara, bahkan tidak etis; atau (2) menjalankan etika dan kalah. Hanya sedikit orang yang pada dasarnya punya keinginan untuk berlaku tidak juju, tetapi tidak ada orang yang ingin kalah, (2003;5). Etika sering dihadapkan pada kondisi dan situasi benar dan tidak benar, senang dan tidak senang, serta menang dan tidak menang saat itu. Kadang setiap orang memiliki standar etika masing-masing, yang berubah dari suatu keadan ke keadaan lainnya. Hal ini dapat menghasilkan kekacauan etika. Dalam dunia komunikasi, etika komunikasi selalu dikaitkan dengan budaya komunikasi. Seseorang mungkin akan mengubah kesadaran dirinya (konsep diri, harga diri dan persepsi) karena berkomunikasi dengan seseorang dar kebudayaan lain Seperti penjelasan sebelumnya, setiap individu memilki standar etika masing dan bersandar pada situasi dan kondisi saat itu maka sering terjadi permasalahan antara kelompok atau individu tertentu dengan pers atau media dan bahkan wartawan. Contoh kasus sering terjadi kasus hokum pencemaran nama baik. Atau baru-baru ini ada beberapa kader Partai Demokrat melaporkan dua media penyiaran ke KPI. Persepsi kader Partai Demokrat bahwa pemberitaan media tentang kasus korupsi yang menimpa beberapa kader partai democrat adalah tidak etis karena pemberitaan yang tidak seimbang, sedangkan persepsi sebagian adalah wajar dan sudah sesuai dengan keterbukaan informasi public (KPI) karena sesuai dengan kondisi dan situasi sekarang menyangkut dengan program pemberantasan korupsi oleh pemerintah, Ada perbedaan pandangan dalam filsafat komunikasi. Komunikasi bisa terjadi secara monolog. Seperti pendapat karl marx bahwa manusia menciptakan diri dalam pekerjaan, artinya manusia dapat menciptakan komunikasi sendiri yakni apa yg ada dalam pikiran dan perasaanya. Hal ini seperti yang terjadi pada media penyiaran. Namun hal ini dibantah oleh Habermas bahwa pekerjaan adalah sikap manusia terhadap alam, ada subjek yang aktif, manusia dan objek yang pasif, alam. Komunikasi bukan monologis, melainkan dialogis, bukan individualistic, melainkan social. Dalam komunikasi bukanya masing-masing partisipan memakai partisipan lain untuk mencapai tujuan mereka masing-masing itu adalah tindakan strategis melainkan para partispan mengkoordnasikan rencana tindakan mereka. 4. HAKIKAT FISAFAT Ilmu yang menggambarkan usaha manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran atau kenyataan baik yang mengenai diri sendiri maupun segala sesuatu yang dijadikan objeknya. segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat , segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat. Filsafat merupakan ilmu yang dasarnya adalah pemikiran manusia yang menyeluruh. Bisa dikatakan filsafat adalah sumber dari segala cabang ilmu. Pengertian filsafat dapat didekati paling sedikit dari segi: filsafat dalam arti harfiah, filsafat secara operasional, filsafat dari sudut isinya (materinya), dan filsafat sebagai produk atau hasil pemilsafatan. Filsafat secara prosesnya atau operasionalnya adalah “cara berfilsafat”, maka filsafat adalah renungan yang mendalam (radikal) dan menyeluruh (integral), secara sistematis, sadar dan metodis dan sudah tentu tidak meninggalkan sifat-sifat ilmiah pada umumnya. Filsafat merupakan sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan alam dan biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat juga dianggap sebagai kreasi berpikir dengan menggunakan metode-metode ilmiah untuk memahami dunia. Filsafat bertujuan untuk memahami dunia dan memperpadukan hasil dan ilmu pengetahuan ke ilmu pengetahuan special agar menjadi suatu pandangan hidup yang seragam. Itu merupakan tujuan Filsafat dari jaman Thales (Bapak Filsafat) hingga jaman sekarang. Di masa sekarang ini, manusia bercorak individualistis, humanistis, romantis, sehingga manusia cepat beralih pada kepentingan-kepentingan dekat dan “dunia” memiliki arti yang lain bagi manusia. Kondisi manusia yang hidup di perkotaan, dengan kendaraan, perumahan, dan segalanya yang ada di kota, membuat manusia semakin jauh dengan dunia astronomis. Dahulu, bangsa Yunani purba banyak dicemaskan oleh masalah diam dan perubahan, yang mana perubahan yang mereka maksudkan adalah perubahan fisik/alam, seperti atom-atom yang bergerak, air yang mengalir, dan lain-lain. Tapi, ketika masalah itu belum selesai, perhatian manusia tertarik ke perubahan-perubahan dalam bentuk lain, seperti adat istiadat, hubungan-hubungan, dan lain-lain. Hal itu menunjukkan keragaman, sementara keragaman menghasilkan banyak penafsiran. Maka, hal itulah yang membuat Filsafat tetap ada hingga sekarang, hanya saja, sekarang ia menjadi penafsiran dari hidup, maka kondisinya menjadi sama seperti dahulu, dimana Filsafat adalah suatu usaha untuk memahami dunia dimana kita hidup. Karena kehidupan yang kita jalani penuh kekerasan, maka dorongan untuk berfilsafat terus muncul dan bersemayam dalam kehidupan modern. Tapi waktu sekarang ini amat terbatas, sehingga untuk berfilsafat kita hanya mempunyai kesempatan untuk memikirkan sebagian masalah-masalah dengan mengajukan pertanyaan yang tidak menyeluruh, sehingga tidak bisa menyelesaikan permasalahan yang menjadi hajat hidup banyak orang.Pengertian filsafat juga berarti ilmu yang memperlajari akan fakta-fakta dari kenyataan yang ada dengan menggunakan logika, etika, estetika dan teori ilu pengetahuan yang bertujuan untuk mencari kebenaran. Filsafat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan karena filsafat merupakan induk dari semua ilmu pengetahuan dan mempunyai peranan yang mendasar dalam sebuah pendidikan. Sehingga keberadaan filsafat yang berasal dari pemikiran seseorang yang dapat mempengaruhi aspek hidup manusia secara tidak perseorangan ini sangat diakui keberadaannya. Karena sifatnya yang sangat rasional dan merupakan buah pemikiran yang berdasarkan empiric yang dilakukan oleh para filosof sehingga menghasilkan suatu kebenaran yang dapat di implementasikan teori mereka masing-masing dalam kehidupan yang nyata. Dalam filsafat sains dibahas alam dan segala fenomenanya dan dilanjutkan dengan pencarian akan makna fundamental dari gejala alam tersebut. Relevansi filsafat ilmu pengetahuan terhadap perkembangan ilmu sangat tinggi dalam membantu menyadari tiap langkah yng diambil. Hal ini disebabkan karena filsafat masih mempunyai persamaan-persamaan mendasar dan dekat dengan ilmu lainnya, serta sifatnya selalu menumbuhkan sikap reflektif.  PENDAPAT Dalam sebuah filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedangkan yang terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan manusia. Tidak semua kegiatan atau berbagai problema kehidupan tersebut dikatakan sampai pada derajat pemikiran filsafat, tetapi dalam kegiatan atau problema yang terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat, Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum, dan tingkat keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum, misalnya tentang manusia, tentang keadilan, tentang kebebasan, dan lainnya. Semuanya tergantung manusia itu sendiri dan lingkungan yang mempengaruhinya. Kaitanya dengan hal tersebut, dengan akal manusia yang bisa dikatakan jenis, manusia dapat menemukan jalan untuk mengembangkan potensi-potensi mereka dengan baik. Yaitu dengan pendidikan. Manusia mulai sadar akan arti penting pendidikan bagi kehidupan mereka. Dalam sub bab ini, penulis mencoba mencari keterkaitan antara pendidikan dengan manusia. Atau, apakah arti penting pemahaman tentang hakekat manusia tadi terhadap proses pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi-potensi bawaan manusia, memberi sifat dan kecakapan, sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan adalah bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai suatu tujuan. Melihat pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan pendidikan dengan manusia itu sangat erat. Adanya pendidikan untuk mengembangkan potensi manusia, menuju manusia yang lebih baik, dan dapat mengemban tugas dari Alloh swt. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan manusia. Sebaliknya, berbicara tentang kehidupan manusia berarti harus mempersoalkan masalah kependidikan. Jadi, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kausalitas. Karena manusia, pendidikan mutlak ada; dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri sebagai manusia yang manusiawi. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam Tanpa mengerti atas manusia, baik sifat-sifat individualitasnya yang unik, maupun potensi-potensi yang justru akan dibina, pendidikan akan salah arah. Bahkan tanpa pengertian yang baik, pendidikan akan memperkosa kodrat manusia. Esensia kepribadian manusia, yang tersimpul dalam aspek-aspek: individualitas, sosialitas dan moralitas hanya mungkin menjadi relita (tingkah laku, sikap) melalui pendidikan yang diarahkan kepada masing-masing esensia itu. Harga diri, kepercayaan pada diri sendiri. Hakekat manusia haruslah diambil secara integral dari seluruh bagiannya, yaitu bagian esensial manusia, baik yang metafisis (animalitas dan rasionalitas) maupun fisik (badan dan jiwa). Manusia wajib menguasai hakikatnya yang kompleks dan mengendalikan bagian-bagian tersebut agar bekerja secara harmonis. Karena manusia pada hakikatnya adalah hewan, maka ia harus hidup seperti hewan, ia wajib menjaga badannya dan memenuhi kebutuhannya. Namun, sebagai hewan yang berakal budi, manusia harus hidup seperti makhluk yang berakal budi. Hakikat manusia harus diambil dari seluruh nisbahnya, tidak hanya keselarasan batin antara bagian-bagian dan kemampuan-kemampuan yang membuat manusia itu sendiri, tetapi juga keselarasan antara manusia dengan lingkungannya. Manusia memiliki banyak sifat yang serupa dengan makhluk lain. Meski demikian, ada seperangkat perbedaan antara manusia dengan makhluk lain, yang menganugerahi keunggulan pada diri manusia. Kenyataan inilah yang terkadang membuat manusia mempunyai pandangan yang berbeda. Suatu saat manusia akan berfikir bahwa mereka merupakan salah satu anggota margasatwa (animal kingdom), di saat lain dia juga akan merasa warga dunia idea dan nilai. Pandangan seperti itulah yang pada akhirnya akan memperlihatkan keberadaan manusia secara utuh bahwa mereka adalah pencari kebenaran. Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang sudah ribuan abad lamanya menghuni bumi. Sebelum terjadi proses pendidikan di luar dirinya, pada awalnya manusia cenderung berusaha melakukan pendidikan pada dirinya sendiri, dimana manusia berusaha mengerti dan mencari hakikat kepribadian tentang siapa diri mereka yang sebenarnya. Dalam ilmu mantiq, manusia disebut sebagai hayawan al-nathiq (hewan yang berfikir). Berfikir disini maksudnya adalah berkata-kata dan mengeluarkan pendapat serta fikiran Dalam prosesnya, peran efektif pendidikan terhadap pembinaan kepribadian manusia dipengaruhi oleh lingkungan dan didukung oleh faktor pembawaan manusia sejak lahir. Dalam kaitan ini, perlu ditinjau kembali tentang teori nativisme, empirisme dan konvergensi. Pada dasarnya, tujuan pendidikan secara umum adalah untuk membina kepribadian manusia secara sempurna. Kriteria sempurna ini ditentukan oleh masing-masing pribadi, masyarakat, bangsa, tempat dan waktu. Pendidikan yang terutama dianggap sebagai transfer kebudayaan, pengembangan ilmu pengetauan akan membawa manusia mengerti dan memahami lebih luas tentang masalah seperti itu. Dengan demikian, ilmu pengetahuan memiliki nilai-nilai praktis di dalam kehidupan, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Maka, tidak heran kalau sejak dulu manusia tiada henti-hentinya berusaha membedakan antara unsur manusia yang bersifat lahiriah dan maknawiah. Kebanyakan ahli filsafat Yunani bependapat bahwa roh itu merupakan satu unsur yang harus yang dapat meninggalkan badan. Jika pergi dari badan, dia kembali ke alamnya yang tinggi , meluncur ke angkasa luar dan tidak mati, sebagaimana ungkapan Phytagoras kepada Diasgenes, Ada hubungan antara filsafat, pendidikan dan manusia secara singkat adalah sebagai filsafat digunakan untuk mencari hakikat manusia, sehingga diketahui apa saja yang ada dalam diri manusia. Hasil kajian dalam filsafat tersebut oleh pendidikan dikembangkan dan dijadikannya (potensi) nyata berdasarkan esensi keberadaan manusia. Sehingga dihasilkan manusia yang sejati, Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguhsungguh tentang hakekat kebenaran sesuatu. Dalam filsafat, pemahaman manusia dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu masalah rohani dan jasman. manusia sebagai makhluk individu manusia sebagai makhluk sosial sosial being dan manusia sebagai makhluk susila,pandangan tentang struktur jiwa kepribadian bagian dasar atau das Es, bagian tengah atau das Ich dan bagian atas atau das Uber Ich (superego).,sudut pandang asal-mula dan tujuan hidup manusia kehidupan ini berawal dari causa prima (Tuhan) dan pada akhirnya kembali kepada causa prima (Tuhan) pula. Hubungan antara manusia, filsafat dan pendidikan terletak pada filsafat digunakan untuk mencari hakekat manusia, sehingga diketahui apa saja yang ada dalam diri manusia. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna, karena manusia dibekali dengan berbagai kelebihan dibanding dengan makhluk lain, yaitu nafsu (sifat dasar iblis), taat/patuh/tunduk (sifat dasar malaikat) dan akal (sifat keistimewaan manusia). Ketiga hal tersebut membuat manusia memiliki kedudukan yang tinggi di hadapan-Nya, jika manusia dapat mengatur ketiganya dan dapat memposisikan diri sebagaimana yang dititahkan, Dengan adanya akal, membuat manusia selalu ingin tahu tentang apapun. Untuk memenuhi rasa ingin tahu itu manusia menggunakan jalur pendidikan. Melalui pendidikan manusia memperoleh berbagai ilmu baru dan dapat mengembangkan ilmu tersebut. Filsafat merupakan cabang ilmu pengetahuan yang selalu menggunakan pemikiran mendalam, luas, radikal (sampai keakar-akarnya), dan berpegang pada kebijakansanaan dalam melihat suatu problem. Dengan kata lain, filsafat selalu mencoba mencari hakikat atau maksud dibalik adanya sesuatu tersebut. Dalam makalah ini, kami mencoba membahas sedikit tentang hakekat manusia dilihat dari segi filsafat (menyeluruh). Sebenarnya untuk apa manusia hidup, bagaiman ia harus hidup, dan lain-lain. Yang nantinya, dengan melihat hakekat manusia tersebut, apa kaitanya dengan proses pendidikan. 5. TEMA TOPIK Pengertian filsafat diambil dari kata philosohia atau philoshopos dari bahasa Yunani yang diartikan sebagai cinta dan kebijaksanaan. Secara simpel, pengertian filsafat atau filosofi adalah cinta pada pengetahuan (ilmu pengetahuan) dan kebijksanaan. Dalam bahasa Arab, pengertian filsafat dirujuk dari muhibb al-hikmah dan dari bahasa belanda ialah wijsbegeerte. Dalam islam, tidak dikenal adanya filsafat. islam. Satu satunya yang sepadan dengan pengertian filsafat dalam Islam adalah hikmah yang berarti pengetahuan dan kebijaksanaan. Pengertian Filsafat | Pemikiran terhadap filsafat ada saat kesadaran manusia terhadap potensi akal budinya muncul. Menurut Frans Dahler dan Eka Budianta, filsafat ada saat 1200 SM di Tiongkok, India dan Yunani. Walaupun terkadang, banyak pemikiran tentang filsafat lahir di Yunani Kuno. Para ahli filsafat dan yang dijadikan rujukan terhadap pengertian filsafat lahir dikota ini. Akan tetapi, seiring dengan berkembangan zaman, para ahli filsafat mengembangkan pengertian filsafat atau filosofi, Beekman contohnya, mengatakan bahwa pengertian filosofi (filsafat) adalah melihat sesuatu dengan perhatian dan minat, berpikir tentang sesuatu dan menyadarinya. Pengertian filsafat yang serupa dilakukan oleh John S. Brubacher dan Dogabel Runes. Filsafat adalah ibunya para ilmu. Intinya ketika ilmu menemukan masalah, maka harus kembali kepada filsafat untuk memecahkan masalah. Filsafat bertanya dari berbagai macam sudut, sebagai keseluruhan, memperhatikan inti/pokok-nya, dan mencari apa sebab-sebab terdalamnya. Filsafat tentang Manusia harus menyadari dirinya sebagai seorang filsuf. Sokrates menegaskan bahwa seorang filsuf adalah seorang yang sungguh menyadari dirinya sebagai yang tidak tahu apa-apa, dan justru di sinilah terletak kebijaksanaan. seseorang disebut bijaksana bila dia memiliki pengetahuan dan pengalaman, mampu menyatukan segala sesuatu dengan dunia dan manusia, terbuka, jujur, pandai berdialog dengan dunia dan manusia, mendengarkan orang lain, pandai menguasai diri dalam pelbagai kecenderungan, memiliki kebebasan batiniah, berpikir cermat, kritis, dan kreatif, pandai menyatukan pengetahuan teoretis dengan kehidupan praktis. Ilmu yang menggambarkan usaha manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran atau kenyataan baik yang mengenai diri sendiri maupun segala sesuatu yang dijadikan objeknya. segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat , segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat. Filsafat merupakan ilmu yang dasarnya adalah pemikiran manusia yang menyeluruh. Bisa dikatakan filsafat adalah sumber dari segala cabang ilmu. Pengertian filsafat dapat didekati paling sedikit dari segi: filsafat dalam arti harfiah, filsafat secara operasional, filsafat dari sudut isinya (materinya), dan filsafat sebagai produk atau hasil pemilsafatan. Filsafat secara prosesnya atau operasionalnya adalah “cara berfilsafat”, maka filsafat adalah renungan yang mendalam (radikal) dan menyeluruh (integral), secara sistematis, sadar dan metodis dan sudah tentu tidak meninggalkan sifat-sifat ilmiah pada umumnya.  PENDAPAT Menurut saya pengertian filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.. ilmu pengetahuan untuk mengetahui nilai kebenaran tentang segala sesuatu. filsafat adalah kumpulan dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasa diterima secara kritis. dan filsafat juga adalah suatu proses pemikiran atau kritik terhadap kepercayaan sikap yang sangat kita junjung tinggi. filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambara secara keseluruhan. Lalu filsafat adalah analisa logis dari bahasan serta penjelasan tentang konsep dan kata. Yang terakhir, pengertian filsafat adalah sekumpulan masalah-masalah yang secara langsung mendapat perhatian manusia dan yang dicari dijawabnnya oleh ahli filsafat. Pendapar dari filsafat dan komunikasi berbagai definisi mengenai filsafat, komunikasi dan filsafat komunikasi dapat di tarik kesimpulan bahwa filsafat komunikasi adalah para ahli sepakat bahwa landasan ilmu komunikasi yang pertama adalah filsafat. Filsafat melandasi ilmu komunikasi dari domain ethos, pathos, dan logos dari teori Aristoteles dan Plato. Ethos merupakan komponen filsafat yang mengajarkan ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normative dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang kemudian menjadi kunci utama bagi hubungan antara ilmu dan masyarakat. Pathos merupakan komponen filsafat yang menyangkut aspek emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai makhluk yang senantiasa mencintai keindahan, penghargaan, yang dengan ini manusia berpeluang untuk melakukan improvisasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Logos merupakan komponen filsafat yang membimbing para ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan berdasarkan pada pemikiran yang bersifat nalar dan rasional, yang dicirikan oleh argument-argumen yang logis. Komponen yang lain dari filsafat adalah komponen piker, yang terdiri dari etika, logika, dan estetika, Komponen ini bersinegri dengan aspek kajian ontologi (keapaan), epistemologi (kebagaimanaan). Jaringan komunikasi yang berskala global telah menggiring kearah proses komunikasi dan arus informasi yang berlangsung cepat dan padat. Peningkatan tempo kehidupan di dalam skema globalisasi informasi telah menciptakan kebergantungan tinggi pada berbagai teknologi informasi dan komunikasi. Dalam sebuah filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi dari bekerjanya akal. Sedangkan yang terkandung dalam proses refleksi adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan manusia. Tidak semua kegiatan atau berbagai problema kehidupan tersebut dikatakan sampai pada derajat pemikiran filsafat, tetapi dalam kegiatan atau problema yang terdapat beberapa ciri yang dapat mencapai derajat pemikiran filsafat, Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan sangat umum, dan tingkat keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran filsafat tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus, akan tetapi bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum, misalnya tentang manusia, tentang keadilan, tentang kebebasan, dan lainnya. Semuanya tergantung manusia itu sendiri dan lingkungan yang mempengaruhinya. Kaitanya dengan hal tersebut, dengan akal manusia yang bisa dikatakan jenis, manusia dapat menemukan jalan untuk mengembangkan potensi-potensi mereka dengan baik. Yaitu dengan pendidikan. Manusia mulai sadar akan arti penting pendidikan bagi kehidupan mereka. Dalam sub bab ini, penulis mencoba mencari keterkaitan antara pendidikan dengan manusia. Atau, apakah arti penting pemahaman tentang hakekat manusia tadi terhadap proses pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi-potensi bawaan manusia, memberi sifat dan kecakapan, sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan adalah bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai suatu tujuan. Melihat pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan pendidikan dengan manusia itu sangat erat. Adanya pendidikan untuk mengembangkan potensi manusia, menuju manusia yang lebih baik, dan dapat mengemban tugas dari Alloh swt 6. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SIMBOLIK Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau yang tertulis (verbal) maupun melalui isyarat-isyarat tertentu (non verbal). Simbol membawa pernyataan dan diberi arti oleh penerima, karena itu memberi arti terhadap simbol yang dipakai dalam berkomunikasi bukanlah hal yang mudah, melainkan suatu persoalan yang cukup rumit. Proses pemberian makna terhadap simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi, selain dipengaruhi faktor budaya, juga faktor psikologis, terutama pada saat pesan di decode oleh penerima. Sebuah pesan yang disampaikan dengan simbol yang sama, bisa saja berbeda arti bilamata individu yang menerima pesan itu berbeda dalam kerangka berpikir dan kerangka pengalaman. Sebagai makhluk sosial dan juga sebagai makhluk komunikasi, manusia dalam hidupnya diliputi oleh berbagai macam simbol, baik yang diciptakan oleh manusia itu sendiri maupun yang bersifat alami. Manusia dalam keberadaannya memang memiliki keistimewaan dibanding dengan makhluk lainnya. Selain kemampuan daya pikirnya (super rational), manusia juga memiliki keterampilan berkomunikasi yang lebih indah dan lebih canggih (super sophisticated system of communication), sehingga dalam berkomunikasi mereka bisa mengatasi rintangan jarak dan waktu. Manusia mampu menciptakan simbol – simbol dan memberi arti pada gejala-gejala alam yang ada disekitarnya, sementara hewan hanya dapat mengandalkan bunyi dan bau secara terbatas. Kemampuan manusia menciptakan simbol membuktikan bahwa manusia sudah memiliki kebudayaan yang tinggi dalam berkomunikasi, mulai dari simbol yang sederhana seperti bunyi dan isyarat, sampai kepada simbol yang dimodifikasi dalam bentuk sinyal-sinyal melalui gelombang udara dan cahaya, seperti radio, TV, telegram, telex, dan satelit. Di dalam kehidupan sehari-sari, seringkali kita tidak dapat membedakan pengertian antara simbol dan kode. Bahkan banyak orang menyamakan kedua konsep itu. Simbol adalah lambang yang memiliki suatu objek, sedangkan kode adalah seperangkat simbol yang telah disusun secara sistematis dan teratur sehingga memiliki arti. Sebuah simbol yang tidak memiliki arti bukanlah kode. Pemberian arti pada simbol adalah suatu proses komunikasi yang dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya yang berkembang pada suatu masyarakat. Karena itu dapat disimpulkan bahwa :  Semua kode memiliki unsur nyata  Semua kode memiliki arti  Semua kode tergantung pada persetujuan para pemakainya  Semua kode memiliki fungsi  Semua kode dapat dipindahkan, apakah melalui media atau saluran-saluran komunikasi lainnya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena tak ada satupun manusia yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain atau bahkan bantuan makhluk hidup lainnya. Misalnya, anjing yang dapat membantu manusia untuk menjaga rumahnya. Oleh sebab itu, manusia dalam kehidupan sehari-harinya pasti melakukan interaksi dengan orang lain maupun makhluk hidup lainnya. Dalam interaksi tersebut, manusia memiliki sistem simbol dalam berkomunikasi, sehingga manusiapun tidak hanya dikatakan sebagai makhluk sosial, tetapi juga sebagai makhluk simbolik atau Homo Symbolicum. Dalam komunikasi dikenal sebuah teori tentang interaksi manusia, yaitu teori interaksi simbolik. Interaksi simbolik merupakan suatu aktivitas yang menjadi ciri khas manusia, yaitu komunikasi dan pertukaran simbol yang diberi makna. Interaksi simbolik berasal dari pemikiran Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini mengatakan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra mereka. Teori interaksi simbolik ini memiliki tujuh prinsip yaitu : 1. Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan kemampuan berpikir. Manusia dan hewan adalah makhluk hidup, tetapi manusia diberkahi dengan kemampuan berpikir, sedangkan hewan tidak. Oleh sebab itu, setiap manusia dapat berinteraksi dengan hal-hal di sekelilingnya dengan menggunakan aturan seperti saat seseorang melakukan kesalahan kepada orang lain, dia harus meminta maaf kepada orang tersebut. 2. Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial. Manusia memiliki kemampuan berpikir yang memang sudah diberikan oleh sang pencipta, tetapi kemampuan berpikir manusia tersebut dapat terbentuk dan semakin berkembang melalui interaksi sosial. Dalam berinteraksi, manusia menggunakan akal mereka untuk memahami hal-hal yang ada di sekeliling mereka dan melalui pemahaman tersebut kemampuan berpikir manusia terbentuk dan semakin berkembang. 3. Dalam interaksi sosial, manusia mempelajari makna dan simbol yang memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai manusia, yaitu berpikir. Manusia berpikir untuk menginterpretasi makna dari simbol-simbol yang mereka temukan dalam kehidupan mereka. 4. Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan tindakan dan interaksi yang khas manusia. Makna dan simbol yang telah diinterpretasi melalui berpikir oleh manusia kemudian dilanjutkan dengan tindakan dan interaksi-interaksi selanjutnya yang kemudian menjadi kebiasaan manusia dalam sehari-harinya. 5. Manusia mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interpretasi mereka atas situasi. Dengan berpikir pula, manusia kemudian tidak hanya menginterpretasi makna dan simbol dalam kehidupan mereka, tetapi juga memodifikasi atau mengubah makna dan simbol tersebut, atau bahkan menciptakan simbol-simbol mengenai hal-hal yang ada di sekeliling mereka. 6. Manusia mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena kemampuan mereka berinteraksi dengan diri sendiri, yang memungkinkan mereka memeriksa tahapan-tahapan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatif, dan kemudian memilih salah satunya. 7. Pola-pola tindakan dan interaksi yang berkelanjutan ini membentuk kelompok dan masyarakat. Kelompok masyarakat ini lalu membuat kesepakatan atas hal-hal yang ada di sekeliling mereka mengenai simbol-simbol dan maknanya yang kemudian mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai makhluk simbolik.  PENDAPAT Simbolik merupakan hal-hal yang mengandung simbol-simbol. Jadi, dapat dikatakan bahwa makhluk simbolik merupakan makhluk yang menggunakan hal-hal yang simbolik atau mengandung simbol-simbol. Simbol-simbol yang dimaksud disini bukan sekedar simbol-simbol tak bermakna, tetapi hal-hal tersebut memiliki makna masing-masing dan tidak satupun simbol yang tercipta tanpa memiliki makna tersendiri. Misalnya, warna merah dan warna putih pada bendera Indonesia, warna merah pada bendera tersebut dianggap sebagai simbol keberanian dan warna putih dianggap sebagai simbol kesucian. Simbol-simbol dalam kehidupan manusia juga erat kaitannya dengan budaya. Dalam suatu kebudayaan, masyarakat dalam kebudayaan tersebut sering menggunakan simbol-simbol dalam melambangkan sesuatu. Misalnya, dalam budaya Mandar yang menggunakan beru’-beru’ (bunga melati) sebagai simbol untuk perempuan. Hal ini sudah menjadi hal yang umum dalam masyarakat Mandar dan telah digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat Mandar dalam kehidupan sehari-hari. Simbol tersebut dapat saja ditemukan dalam percakapan sehari-hari mereka ataupun dalam karya sastra-karya sastra Mandar seperti lagu-lagu Mandar atau puisi tradisional Mandar. Bahwa manusia dalam menggunakan atau menciptakan simbol-simbol yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari mereka berasal dari pengalaman hidup mereka. Seperti Garrett Augustus Morgan yang menciptakan lampu lalu lintas setelah melihat kecelakaan lalu lintas. Maka dari itu, manusia dikatakan sebagai makhluk simbolik. Pernyataan manusia sebagai makhluk simbolik membuat salah satu sarjana feminis Luce Irigaray menempatkan dunia simbolik dalam kehidupan manusia pada lapis puncak piramida dalam abstraksi piramidal yang dibuatnya. Abstraksi piramidal tersebut terdiri atas dunia biologis pada lapis pertama, kemudian dunia sosial dan budaya pada lapis tengah. Dunia biologis ditempatkan pada lapis pertama, karena menurut Irrigaray jika dilihat dari sisi biologis semua manusia memiliki kesetaraan, dan hal tersebut tidak menimbulkan konflik dalam diri manusia sehingga perbedaan biologis dalam diri manusia adalah sesuatu yang bersifat statis. Perempuan dan laki-laki telah memiliki perannya masing-masing. Pendapat masyarakat umumpun mengenai posisi perempuan dan laki-laki dalam konteks sosial dan budaya berbeda. Misalnya, pada acara adat dalam masyarakat Bugis. Perempuan dan laki-laki pasti menempatkan diri mereka masing-masing dan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya pasti berbeda.. Sehingga dalam konteks sosial dan budaya, perbedaan jender dalam diri manusia mulai ditampakkan yang dapat menyebabkan adanya konflik dalam diri manusia. Konflik tersebut dapat saja muncul ketika salah satu dari mereka ada yang menempatkan diri di tempat yang tidak seharusnya. Contohnya, seorang laki-laki yang mengambil alih tugas perempuan. Selanjutnya,

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong