Etika dan Filsafat Komunikasi (Kebenaran)

15 April 2015 12:33:02 Dibaca : 1761

3. Kebenaran
a. Kebenaran berasal dari kata dasar “benar”. Secara etimologi “benar” mempunyai arti tidak salah, lurus, sungguh-sungguh dan tidak bohong. Sedangkan secara epitemologi (istilah), pengertian kebenaran dapat kita lihat pembahasan dibawah ini. Pembahasan tentang kebenaran, maka kita akan menemukan dua hal, yakni “kebenaran apoteriori atau kebenaran yang berasal dari fakta”, dan “Kebenaran apriori atau kebenaran berasal dari akal budi”. Kebenaran apriori dapat dibuktikan dengan melihat keterkaitannya dengan proposisi yang sama, sedangkan kebenaran aposteriori hanya bisa dilihat sebagai benar berdasarkan pengalaman.
Ada dua pandangan tentang kebenaran, kebenaran secara rasional atau berdasarkan akal budi dan kebenaran secara empiris atau berdasarkan pengetahuan. Hal ini sebagaimana dikatakan Immanuel Kant dalam yang dikutip oleh A. Sonny Keraf, bahwa ada dua cara yang saling terkait dan menunjang satu sama lain untuk bisa sampai pada suatu pengetahuan.
• Pertama, secara empiris, yaitu dengan mengacu pada pengalaman dan pengamatan indrawi, pada bagaimana benda atau objek tertentu tampak pada kita melalui pancaindra. Jadi untuk mengetahui bahwa suatu konsep atau proposisi benar, saya mengacu pada objek dari proposisi itu menampakkan diri pada saya. Artinya, saya selalu menceknya pada fakta dan data yang bisa ditangkap dengan pancaindra. Dengan kata lain untuk mengetahu bahwa proposisi benar kita tidak mengacu pada akal budi, bagaimana akal budi memikirkannya, melainkan bagaimana pada objek yang dinyatakan dalam proposisi itu tampak pada saya. Ini lah yang disebut sebagai kebenaran atau pengetahuan empiris.
• Kedua, suatu objek bisa ditangkap oleh pancaindra kalau kita mempunyai kategori-kategori tertentu. Pengetahuan memang didasarkan pada pengalaman indrawi, tetapi pengalaman indrawi itu hanya mungkin terjadi dalam bentuk-bentuk bawaan tertentu yang ada dalam diri manusia; berupa ruang dan waktu serta hukum sebab akibat. Jadi, di pihak lain ada pengetahuan transendental yang memberi kerangka yang memungkinkan objek dapat dialami. Maka di satu pihak akal budi menangkap benda tertentu sesuai dengan bentuk benda itu tetapi di pihak lain, benda itu sendiri menyesuaikan diri dengan bentuk-bentuk yang telah ada dalam akal budi. (A. Sonny Keraf & Mikhael Dua, 2001;60).
b. Dalam sejarah filsafat juga terdapat beberapa teori tentang kebenaran, diantaranya ada tiga yang utama yakni:
• Teori penyesuaian (korespondensi)
Menurut teori ini kebenaran adalah penyesuaian antara apa yang dikatakan dan kenyataan
• Teori keteguhan (koherensi)
Menurut teori ini kebenaran tidak diperoleh dalam keseuaian antara proposisi atau pernytaan dan kenyataan. Suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu bersifat koherens atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya.yang dianggap benar.
• Teori Pragmatis tentang kebenaran.
Menurut teori ini kebenaran suatu pernyataan diukur dengan criteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.(Antonius Atosokhi Gea at.all, 2005;153).
• Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kebenaran adalah pengetahuan yang berdasarkan akal budi dan pengalaman-pengalaman. Kebenaran adalah rangkaian fakta-fakta yang saling bersesuai dan koheren antara satu dan lainnya yang tidak bertentangan baik secara kualitataf maupun kuantitatif.
c. Kebenaran kefilsafatan
Dalam kajian filsafat dikenal berbagai macam teori kebenaran. Karena tujuan utama berfilsafat adalah mencari kebenaran yang ditunjukan dengan upaya terus-menerus untuk mencari kebenaran sejati maka dalam wacana filsafat ada berbagai macam teori kebenaran yang saling melengkapi satu sama lain. Kebenaran kefilsafatan harus memenuhi empat aspek, yakni objek materi, forma, metode dan system yang terkait dengan kebenaran.
 Objek materi
Dimana filsafat mempelajari segala sesuatu yang ada, sehingga dapat kita pahami bahwa kebenaran ilmu pengetahuan filsafat bersifat umum universal, yang berarti tidak terkait dengan jenis-jenis objek tertentu. Misalnya objek manusia, maka tidak dibatasi pada manusia etnis, golongan dan zaman tertentu.
 Objek forma
Ilmu pengetahuan filsafat bersifat metafisika, yakni meliputi ruang lingkup mulai dari konkret-khusus sampai kepada abstrak universal. Contohnya adalah macam-macam segitiga yang sebenarnya memiliki sifat yang sama, yaitu tiga garis lurus yang saling berpotongan sehingga membentuk tiga sudut yang kesemuanya berjumlah 180 derajat. Itulah acuan kebenaran filsafat yang abstrak-metafisika.
 Metode
Kefilsafatan terarah pada pencapaian pengetahuan esensial atas setiap hal dan pengetahuan eksistensial dari pada segala sesuatu dalam keterikatan yang utuh (kesatuan).
 System Kebenaran bersifat dialektis, yakni senantiasa terarah kepada keterbukaan bagi masuknya ide-ide baru dan pengetahuan-pengetahuan baru yang semakin memperjelas kebenaran.
d. Kebenaran dalam komunikasi
Menurut Yasraf Amir Piliang (1999), jaringan komunikasi yang berskala global telah menggiring kearah proses komunikasi dan arus informasi yang berlangsung cepat dan padat. Peningkatan tempo kehidupan di dalam skema globalisasi informasi telah menciptakan kebergantungan tinggi pada berbagai teknologi informasi dan komunikasi.

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong