Kisah Klasik Pesepak Bola

13 December 2016 20:23:20 Dibaca : 64

 

     Tetesan air hujan yang turun saat itu tidak menjadi halangan baginya untuk terus melanjutkan latihan demi mendapat hasil yang sempurna untuk sebuah mimpi. Sempat sesekali terlihat peluh yang jatuh bersama semangat yang tergambar jelas di wajah sang pria bermata sipit ini. Gelanggang Nani Wartabone menjadi saksi keberhasilan pesepak bola satu ini yang sempat diragukan keahliannya.

     Berawal dari niat berlibur di kampung sang ayah, di Gorontalo. Yang dimana pada saat itu ia baru duduk di bangku kelas 3 smp atau baru berumur 14 tahun. Ia diajak pergi bermain bola dengan beberapa temannya. Dan tak disangka-sangka, seorang manager disatu klub bola melihat cara bermainnya yang begitu menarik perhatian dan langsung memberikan tawaran kepadanya untuk menjadi pesepak bola tetap di gorontalo. Tanpa berpikir panjang, Hariyanto Panto atau yang lebih dikenal dengan nama Tutun ini memilih untuk meninggalkan tempat kelahirannya di Kendari dan menetap di Gorontalo.

     Pekan Olahraga Pelajar Provinsi menjadi pertandingan besar pertamanya, tetapi saat itu ia masih banyak diragukan karena masih mempunyai usia yang sangat muda. 4 tahun berlalu, ia sudah mengikuti banyak pertandingan. Susah senang dalam dunia persepakbolaan pun sudah pernah ia rasakan.

     Ia juga penah mengikuti pertandingan Pekan Olahraga Nasional yang baru-baru ini diadakan di Bandung, namun sayang ia dan timnya saat itu harus pulang lebih awal karena sudah tidak bisa melanjutkan ke babak selanjutnya. Tetapi itu tidak membuat dia menyerah, sebab, sebuah kekalahan tidak pernah menjadi hambatan bagi dia untuk terus maju

     Setelah mengikuti pertandingan di Bandung ia kembali ke Gorontalo dan mengikuti beberapa pertandingan sederhana antar kampung atau sering disebut dengan tarkam. Saya yang merupakan salah satu penggemar pria ini sesekali menyempatkan diri untuk bisa menonton ia bermain dalam pertandingan tarkam.

     Sempat jauh dari tawaran untuk bermain dalam pertandingan-pertandingan besar tidak membuat pria ini putus asa. Ia tetap terus berlatih untuk menjadi yang lebih baik lagi. Dan akhirnya memang benar, “rezeki tidak akan lari kemana” tidak lama setelah ia melewati beberapa masa sulit, ia kembali mendapat panggilan untuk bermain mewakili Kabupaten Bualemo dalam pertandingan liga nusantara yang diselenggarakan di Magelang.

     Dengan semua kerja kerasnya itu, kini ia menjadi pemain tetap di salah satu klub yang berada di Jawa.

     Kisahnya ini bisa menginsiprasi banyak orang, karena dengan usahanya ini ia bisa menghasilkan uang untuk sekolahnya selama di Gorontalo dan juga untuk kehidupan sehari-harinya tanpa harus meminta kepada kedua orang tuanya. Selain itu ia juga sesekali mengirimkan uang hasil dari kerja kerasnya kepada sang orangtua dan sebagian keluarganya.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong