PANDANGAN SAYA TENTANG CITA-CITA KEDEPANNYA

05 August 2021 10:56:09 Dibaca : 19

Menjadi seorang rakyat dan pribadi yang sukses agar bisa membantu sesama rakyat yang membutuhkan disaat mereka mengharapkan pemerintah yang tidak mempedulikan suara mereka untuk meminta tolong.

Membahagiakan kedua orang tua yang in syaa Allah masih ada disaat saya menjadi seseorang yang sukses nanti, karena kesuksesan seorang anak tidak pernah luput dari doa dan harapan dari kedua orang tua. 

VISI SAYA KEDEPANNYA

04 August 2021 16:41:28 Dibaca : 20

• Menjadi pribadi yang lebih baik lagi

• Menjadi seseorang yang berguna di masa depan

• Menjadi seseorang yang selalu ada untuk orang di sekitar

• Menjadi pribadi yang dapat membahagiakan orang tua ketika sukses nanti

• Menjadi seseorang yang dapat bertanggung jawab,bijaksana,dan pantang menyerah di segala sesuatu yang terjadi

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO KAMPUS KERAKYATAN

04 August 2021 14:06:22 Dibaca : 26

 

Pada tanggal 1 September 2020 Universitas Negeri Gorontalo (UNG) melaksanakan sidang senat terbuka untuk memperingati Dies Natalis ke 57. Usia yang telah memasuki kematangan, ibarat manusia ia sudah masuk kategori mapan, telah melahirkan puluhan ribu sarjana.

Dalam pidatonya, rektor UNG menyampaikan capaian yang telah diraih kampus merah maron, termasuk kekurangan yang perlu dibenahi. Hal menarik dalam pidato Dies Natalis, rektor mencanangkan –UNG: Kampus Kerakyatan–, lebih dari satu dekade sebelumnya dimasa kepemimpinan Prof. Nelson Pomalingo kampus yang telah 8 kali bertransformasi dinisbatkan sebagai –Kampus Peradaban–.

 

Saya mencoba menangkap apa makna kerakyatan yang disematkan kepada UNG, apakah sekedar mentradisikan kelaziman dari sebuah kepemimpinan organisasi hendak menghapus “artefak” kepemimpinan sebelumnya.

Tentu tidak sesederhana itu tafsirannya, setiap kepemimpinan memiliki tantangan yang berbeda maka orientasi dan penguatannya juga lain sesuai perkembangan zaman.

Lebih penting perguruan tinggi harus menjadi solusi bagi realitas kehidupan masyarakat dan daerah, keberadaan perguruan tinggi tidak dapat melepaskan diri dari kondisi ril disekitarnya.

Dari sana biasanya melekat julukan kampus, misalnya UI kampus metropolis karena berada di pusat ibukota, mereka membangun Pusat Studi Perkotaan hingga pendirian Program Studi Manajemen Perkotaan.

Dulu UGM dijuluki “Kampus Ndeso”, sekilas bernada ejekan karena mayoritas mahasiswa UGM berasal dari desa, atau UGM berlokasi di sebuah “Kota yang Ndeso”. Dalam dunia keilmuan, julukan sebagai “Kampus Ndeso” sebenarnya adalah bentuk penghargaan.

Di masa lalu UGM memang adalah salah satu “center of excellence” dalam kajian pedesaan, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di kancah internasional.

Reputasi UGM dalam kajian pedesaan mendunia (Nugroho, 2015). Jika UI punya pusat studi perkotaan, maka UGM punya pusat studi perdesaan. Dan itu bukan hanya mewakili dua “positioning” yang berbeda antara UI dan UGM di masa itu, melainkan juga menjadi penanda model dunia kesarjanaan yang dihidupi oleh keduanya (Laksono, 2005).

Jika menarik benang merah dari “positioning” kedua kampus besar di atas, maka saya mencoba menangkap nukilan pidato rektor, sebagai berikut, —“dimana kerakyatan mengandung makna sistem yang berbasis pada kekuatan (ekonomi) rakyat, kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan yang mengelola sumber daya dengan berdasarkan potensi yang ada di lingkungannya, menurut apa saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya.

Jadi, intinya terletak pada tujuan kedaulatan rakyat, aktivitas rakyat termasuk kegiatan seperti ini biasanya banyak diidentikkan dengan keberadaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang tidak jauh dari sektor pertanian”—. Nukilan pidato ini dua hal yang urgen untuk digaris bawahi, diantaranya sistem yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat dan pengelolaan sumber daya berdasarkan potensi di lingkungannya.

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong