Hujan
Sebuah fenomena alam yang lazim terjadi dimana saja. Tak jarang menjadi hal yang sering diielu-elukan sebagian orang seperti petani. Namun bagi sebagian lain malah menjadi hal yang tidak diinginkan seperti para pembuah gerabah.
Senjaku yang ditemani hujan. Kilas pengalaman yang terkenang kembali. Setiap tetes yang kian mengukirnya menjadi lebih nyata dimataku. Kadang mengundang senyuman kecil mengingat jilbab hijau yang dikenakan wanita itu terasa sesuai dengan dirnya. Lirikan yang mengundang tanya. Terus mengigil dalam duduknya. Kudekati dengan keterbatasan diri ini. “Wa kaifa khalluk?” tanyaku. Hanya tundukan teduh mata yang memberikan isyarat sebuah sakit yang teramat sebagai jawaban. Raga yang cukup kuat tuk menunggu masa 20 menit atas sesuatu yang dapat menyelamatkan hidupnya, walaupun hal itu sebenarnya tidak cukup bagi dirinya. Lama kutatapi, tiba-tiba, “Sukron” yang terucap dari bibirnya yang sedikit terlihat kepayahan menunjukkan sebuah senyuman. Tak pernah terlupa oleh ku, sebuah sungai kecil yang terukir pada wajahnya saat kan pergi ke sebuah tempat yang dia pun tidak begitu yakin kan menetap lama di sana. Ku balas dengan lambaian tangan. Ya, perpisahan yang lebih dari yang kuharapkan. Kesan yang begitu tidak biasa menyapaku saat itu dalam senjaku. Keadaanmu yang baik selalu menjadi harapku walaupun kita sama-sama tidak mengetahui "hal itu".
Dan hujan pun berhenti seiring kenangan yang tersimpan di dalamnya. Terkadang begitu banyak persepsi yang muncul atas “Hujan”. Sangat relatif, tapi ku yakin semua orang kan mendapat sebuah kesan dengan kehadiran “Pelangi”. Thanks a lot rain, you will make me much better from this time.