The Optimism

09 February 2013 23:00:52 Dibaca : 661

Embun yang masih enggan melepaskan hangatnya pelukan dedaunan seolah dipaksa berpisah oleh mentari yang dengan malunya memperlihatkan diri pada wajah Serambi Madinah. Hiruk pikuk mulai terlihat dengan hikmatnya bangunan pasar Central Gorontalo yang tak pernah mengeluh dengan segala aktivitas dagang, jasa dan sebagainya. Bau tak sedap yang bercampur baur seolah sudah terpatri pada setiap hidung masyarakat Hulondalangi bahwa inilah “Pasar Kita”.

Terlihat sorang anak kecil umuran sekolah dasar modar-mandir dengan menawarkan jasa membawa barang dagangan. Kurus dan kulit sawo matang yang bersesuaian dengan tinggi badan, seolah tak ada bandingannya dengan para rival seprofesi. Dengan penuh optimis mengatakan “Angkat barang..., angkat barang” pada setiap orang yang dalam pandangannya dapat mengapresiasikan jasa yang ditawarkannya tersebut. Sembari memperlihatkan kedua lesung pipi yang mungkin menurutnya hal itu adalah sesuatu yang tidak ada pada saingan-saingan seprofesinya.

Sampai pada seorang ibu berpenampilan fashionable yang menaruh kepercayaan barang dagangan padanya. Ikan, sayur, rempah-rempah, serta tidak ketinggalan dengan beberapa buah-buahan terbungkus rapi dalam tas kresek yang ditentenginya. Semangat yang tinggi terlihat dengan anggukkan kepalanya yang seolah itu adalah sebuah misi yang harus diselesaikan dengan baik. Peraturannya pun menurut saya hanya satu yakni, setia terhadap pelanggan. Maksudnya, kemanapun pelanggan tersebut berjalan maka dia mesti mengikutinya. Terkadang terjadi “Extra load”, yakni dimana pelanggan menambah daftar belanjaan yang kemudian ahli profesi tersebut mesti mendapat imbasnya. Ya, ini adalah salah satu konsekwensi dari pekerjaan tersebut. Dan hal itu terjadi pada anak kecil terebut. Extra load-nya terlihat begitu membuatnya kewalahan dengan cucuran peluhnya. Bagaimana tidak, itu tambahan seikat kardus telur dan sebuah tas kresek yang berisikan tepung dengan kemasan 1 kg 3 buah. Tak lama berselang, tiba-tiba senyumannya melebar saat memasuki area parkir dan lesung pipinya lebih mencolok ketika tangannya menerima sejumlah uang dari ibu berjilbab ala modern itu. Dia pun berlari-lari kecil dengan sesekali melompat pada beberapa interfal langkah yang pendek sebagai bentuk celebrasi “Mission Complete”.

Melihat perjuangannya, saya pun mengartikan bahwa salah satu kunci hidup adalah rasa optimis. “Optimism is one of the key of live” (Miftah: 2013)

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong