Cinta
Sebuah kisah yang masyur hingga saat ini, yang mungkin sebagian orang tidak menyadari betapa indah dan romantisnya kisah sepasang kekasih dari negeri Timur Tengah tersebut sehingga menjadi inspirasi beberapa kisah romantic seperti “Romeo and Juliet” karya William Shakespeare, “Ich Lie be Dich” dan masih banyak lagi karya-karya sastra romance, ya itu adalah Abdul Qayis dan Layla.
Abdul Qayis semenjak kecil dikenal sebagai anak yang berperangai baik dan santun serta berperawakan tampan. Terlebih lagi dia adalah anak yang terpintar di kalangan anak-anak seusianya. Begitupun dengan Layla, sejak kecil ia dkenal sebagai anak yang berperangai baik serta berperawakan cantik nan jelita. Selain itu dia juga dikenal sebagai anak yang cerdas.
Awal pertemuan mereka di sebuah sekolah dimana sebagai tempat mereka menuntut ilmu. Dikala itu, mereka sudah saling jatuh hati. Qayis hanya akan bercengkrama dengan Layla, begitupun Layla. Qayis tidak akan berbicara dengan teman-temannya kecuali pembicaraan itu mengarah pada Layla. Tapi cinta mereka tidak direstui oleh Ayah Layla. Ya, bagaimanapun Qayis adalah pemuda yang lahir dari kalangan bawah sedangkan Layla dari kalangan terpandang. Setelah lulus dari pendidikan mereka, Begitu banyak keluarga dari kalangan bangsawan yang datang ke rumah Layla dan bertemu dengan ayahnya yang semata-mata untuk meminang putrinya yang begitu terkenal akan kecantikan dan perangainya yang baik itu. Hal ini tidak membutat Qayis merasa tersaingi.
Setiap harinya setelah ia dan Layla dilarang utnuk bertemu satu sama lain, ia selalu bersedih dalam rindunya. Setiap hari dalam keadaan rindu yang tidak bisa ia pendam itu, ia selalu berbicara sendiri dan bersyair yang ia tujukan pada sosok Layla yang sangat ia cintai. Kalau ada angin yang berhembus dari kotanya kea rah kota Layla, maka ia akan berka, “Wahai angin, sampaikanlah salam cinta saya pada Layla-ku” dan ketika ada hembusan angin dari arah kota Layla, maka ia akan bertanya, “Wahai angin, apakah ada balasan salam cnta saya dari Layla-ku?”. Suatu ketika ada seekor anjing yang mengidap penyakit kusta datang dari arah kota Layla, maka dengan penuh kasih Qayis memeluk angjing itu dan berkata, “Bagaimanakah keadaanmu? Bagaimana keadaan kekasihku Layla? Apakah ia baik-baik saja?”. Dan setiap harinya ia selalu berhajat atas kekasih pujuaan hatinya tersebut, setiap ada orang yang datang dari kota Layla, maka ia akan menanyakan perihal mengenai Layla. Pada puncak cintanya ia dibuang oleh warga kota ke padang pasir dimana di sana ia tinggal bersama beberapa hewan buas seperti. Sehingga ia dikatakan majnun atau gila.
Sedangkan Layla, ia hanya mengurung diri dalam kamarnya. Setiap kali Ayah, Ibu, atau pelayan akan masuk menemui dirinya maka yang keluar dari dari mulutnya adalah “Adakah salam dari Qayis untukku?, Adakah dia baik-baik saja?, Apakah dia datang kemari untuk mencariku?”. Sama seperti Qayis, Layla pun sering bersyair yang ditujukan pada kekasihnya Abdul Qayis. Sehingga nasibnya sama yakni di katakan majnun.
Terdengarlah berita di telinga Qayis bahwa Layla akan menikah dengan salah satu pemuda bangsawan. Mendengar hal tersebut ia menjadi sangat bersedih. Sebenarnya Layla sangat tidak menyetujui hal tersebut tapi ayahnya tergiur harta dari keluarga bangsawan itu sehingga memasnya untuk menikahi putera mereka. Dari kejauhan ia melihat pernikahan itu. Begitu sedihnya ia, sehingga selama berhari-hari ia meratap dengan tangis yang membasahi janggutnya di padang pasir yang tak seorang pun tau dan ingin tau keberadaannya kecuali Layla.
Setelah acara pernikahan itu selesai maka Layla berkata pada suaminya, “Kamu memang memiliki tubuh saya tapi kamu tidak akan pernah bisa memiliki hati saya”.
Suatu hari Layla jatuh sakit yang menjadi asbab dari meninggalnya ia. Ketika Qayis mengetahui bahwa Layla meninggal dunia maka ia segera pergi ke kuburan Layla dan teriakan tangisnya terdengar sendu menggema di langit. Dia menangis terus menerus di atas kuburan Layla hingga ajalnya tiba.
Setelah peristiwa itu, seorang bermimpi dan dalam mimpinya ia melihat Abdul Qayis dan Layla hidup bersama di taman yang begitu indah.
Nice Lunch
Alhamdulillahirobbil 'aalamiin, dengan Maha Rahiim-Nya saya di ridhoi bertemu dengan beberapa teman sekelas hari ini. Tegur sapa dan lelucon-lelucon khas mahasiswa bak air yang mengalir dengan begitu alaminya. Berakhir dengan sebuah undangan makan siang yang begitu sangat dinanti layak event FREE, hehe. Tak terduga dari suguhan beberapa kue, dilanjutkan dengan Binde Biluhuta (milu siram), disusul nasi ikan sambal rica khas Gorontalo plus telur rebus goreng yang HOT, kerupuk dan mie goreng pun menyusul. Akhirnya ditutup dengan kehadiran teh hangat yang ditemani kacang goreng. WOW, it was so Delicious. I thank you Ka Dje and fams' as the houiseholder and Ka Dam, Ry, Fal and Iya. May Allah Bless you all. Amiin