sambungan cerpen

18 February 2013 16:32:47 Dibaca : 47

The Girls

Rani memilih bangku paling depan di bagian tengah. Dan tampaknya seseorang telah lebih dulu menduduki bangku disampingnya. Namun ketika Rani mulai duduk di bangku sebelahnya, gadis itu seperti acuh dan tidak memperdulikan hal itu. Rani pun yang menganggap hal itu biasa saja, memilih utnuk mengacuhhkan gadis itu juga. Gadis itu bernama Ria, ia tergolong keluarga kaya. Hal itu sudah bisa dilihat dari penampilannya, rambut yang lurus kemudian menggulung di bagian bawah, wangi parfum yang mahal, jam tangan yang mewah, dan tentunya seragam yang rapi.

Bel berbunyi, pertanda jam pelajaran akan segera dimulai. Dan guru pengajar, satu-persatu menuju ke kelas masing-masing untuk memberikan materi pelajaran. Selang beberapa jam kemudian, waktu istirahat pun tiba. Dan tampaknya Rina belum mempunyai teman bicara, bahkan Ria disampingnya asik menjelajahi dunia maya dengan tabletnya, yang bahkan sama sekali tidak pernah menganggap keberadaannya. Tiba-tiba seorang lelaki, masih di kelas yang sama menghampiri Rina yang matanya masih menjelajahi isi kelas itu.

“Hi…..” kata laki-laki itu. Rina pun sedikit terkejut.

“Hi juga…” jawabnya terbata-bata.

“Aku Dedi, kamu siapa?, mau ke kantin bareng?” balas Dedi sambil mengajukan beberapa pertanyaan.

“Rina, mmm…., boleh juga.” Balas Rina, walaupun dengan sedikit bernada paksa.

“Oh ya…,kamu tinggal di mana?” Tanya Dedi di sela perjalanan menuju kantin.

“Di rumah” Jawab Rina dengan singkat dan datar.

“Iya aku tau kamu tinggal di rumah, tapi rumah kamu dimana?”tanyanya lagi seolah tak peduli dengan nada datar Rina.

“Kamu kenapa sih, dari tadi nanya-nanya terus? Kayak pegawai sensus penduduk tau…” teriak Rina.

“Bukan begitu…, aku ingin berteman sama kamu, jadi aku nanya kayak gitu. Kamu kan teman baruku…” jelas Dedi tak merasa bersalah, walaupun wajah Rina sudah mulai marah.

“Ya sudah, jadi tidak nih ke kantinnya?” gerutu Rina kesal.

“Oh…. Jadi donk!” balas Dedi mencolek pipi Rina.

“Ih, kamu ini….” Balas Rina.

Mereka berdua pun mulai bercanda selama perjalanan ke kantin, dan Dedi makin nyaman dengan hal itu. Saat tiba di kantin mereka mulai memesan makanan dan minuman.

“Rin, kamu pesan apa?

“Aku pesan soto ayam sama teh manis”

“Oh, ya udah kamu tunggu disini ya…,aku kesana bentar mau pesan dulu”

“Ok”

Dedi kemudian memesan makanan, sementara Rina menunggu di kursinya. Dan riuh canda itupun terdengar olehnya.

“Eh teman-teman liat deh, kok di sekolah kita bias ada Miss Dekil sih?” kata gadis yang memegang sisir mungil sambil berkaca.

“Hah ? Miss Dekil? Mana?” kata gadis yang satunya.

“Itu …., di bangku sebelah sana….” Balas gadis itu kembali.

“Ya ampun….., kok di sekolah kita bisa ada barang langka kayak gitu sih?” kata gadis ketiga yang sedang bermain dengan Handphonenya.

Riuh suara mereka terdengar hampir ke seluruh penjuru kantin. Perkumpulan mereka memang terkenal di sekolah itu. Mereka bertiga menyebut perkumpulan itu dengan The Girls. The Girls terdiri dari tiga anggota, yang pertama Elsa, lalu Anggun dan Grace. Mereka bertiga adalah anak-anak IPA 2. Elsa termasuk murid yang pandai di sekolah, berprestasi, serta merupakan seorang model sebuah majalah remaja, dan tentunya tergolong keluarga kaya. Anggun pun tak kalah kaya, selain itu ia paling ahli dalam hal fashion, dan tentunya setiap barang yang dipakainya pasti bermerk dan keluaran terbaru. Dan terakhir adalah Grace, ia merupakan keturunan Indonesia-Belanda dan sudah barang tentu wajahnya agak kebulean. Ia pun tak kalah terkenal, yakni sebagai designer pakaian khusus remaja dan bahkan sudah memiliki butik pakaiannya sendiri. Mereka bertiga bisa dibilang bidadari di sekolah itu.

Tak lama kemudian, Dedi telah kembali ke tempat duduknya untuk menunggu pesanan mereka.

“Rin, kamu kenapa?” tanyanya yang melihat raut wajah Rina yang telah berubah saat ia kembali.

“Oh…tidak…tidak ada apa-apa….Bagaimana ? sudah selesai pesannya ?” balasnya, berusaha mengubah raut wajah itu agar tidak terlalu nampak.

“Oh itu…, sudah. Oh ya, sebentar kita pulang bareng ya? Arah rumah kita searah kan?”

“Pulang bareng? Emang rumah kamu di mana?”

“Di jalan Gadjah Mada, rumah kamu di jalan Sudirman kan?”

“Kok kamu tau?”

“Oh itu.....,waktu tadi pagi, pas aku berangkat ke sekolah aku lewat depan rumah kamu..”

“Oh…, tapi kok kamu bisa ingat aku ya? Kan kita baru pertama kali ini ketemu, trus bicara?” Tanya Rina keheranan.

“Kamu ini……, aku ingat kamu karena pas lewat depan rumah kamu, kamunya lagi bicara sama burung. Kan aneh tuh? Jadinya aku ingat, kalo kamu itu si gadis aneh itu…” jelas Dedi di akhiri dengan senyumanya .

“Apa? Aku aneh? Ye…, hal itu biasa kali. Biasanya juga orang kan kadang-kadang curhat sama binatang kesayangannya.” bantah Rina.

“Oh…, jadi itu binatang peliharaan kamu ya.., siapa namanya?” Tanya Dedi.

“Pipin” jawab Rina disertai anggukannya.

“Gila…., boleh juga si Miss Dekil, tampang kayak penghuni Mars gitu, bias dekat ama cowok kayak gitu?” kata Elsa dengan nada mengejeknya.

“Iya juga ya, kalo dilihat-lihat tu cowok keren juga. Tapi kok dia mau sih, dekat-dekat sama penghuni planet lain?” tambah Anggun.

“Atau mungkin…, tu cowok katarak kali ya? Nggak bisa bedain mana manusia dan mana makhluk dari dunia lain” papar Grace.

“Ya sudahlah, aku rasa nggak penting juga ngurusin si Miss Dekil itu” kata Elsa.

“Iya juga. Buang-buang waktu saja, mending kita ke base camp aja yuk..” ajak Grace.

“Bener tuh, ide bagus” tambah Anggun.

Beberapa waktu berlalu dan kini waktunya pulang.

“Rin, pulang bareng yuk..” ajak Dedi.

“Mmmm……., gimana ya? Ok deh!” jawab Rina yang sengaja mempertimbangkannya hanya untuk melihat reaksi Dedi.

Sepanjang perjalanan pulang, mereka berdua terhanyut dalam menceritakan kisah mereka masing-masing. Bagi Rina, hal ini merupakan pertama kalinya ia bercerita dengan seorang cowok dan merasa nyaman dengan hal itu, walaupun kejadian di kantin tadi sedikit merusak harinya. Dan tiba-tiba di tengah perjalanan, dimana saat itu langkah mereka terhenti di depan sebuah taman, dengan air mancur yang menghiasi pusatnya. Tiba-tiba, Dedi menggenggam tangan Rina, yang kemudian menghentikan langkah kakinya.

“Rin…., mulai sekarang aku mau kamu jadi sahabat aku. So…., You wanna be my best friend?” Tanya Dedi dengan wajah serius, seolah hal itu sangat penting untuknya. Dan Rina yang awalnya sedikit terkejut dengan hal itu, mulai merekahkan senyumannya.

“Dedi….Jangan lebay deh. But, of course, I want. Tapi lain kali jangan bersikap kayak tadi ya,… bikin kaget aja deh” jelas Rina.

 

 

 

be continued

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong