Kebebasan Komuniksi dan Dampaknya
Kebebasan Komuniksi dan Dampaknya
Kebebasan berpendapat sebenarnya merupakan kebebasan untuk berkomunikasi, yang dikenal juga sebagai hak berkomunikasi (the right to communicate ). Putusnya saluran komunikasi dalam suatu institusi, maka institusi itu tidak dapat lagi berfungsi dengan baik .
Dari segi komunikasi, yang penting sebenarnya bukan hanya kesempatan untuk menyampaikan komunikasi, tetapi juga menerima informasi, memilih yang diinginkan, mempunyai akses pada saluran komunikasi agar dapat mencapai sumber informasi yang tepat, serta mampu memanggil dan memperoleh informasi yang sesuai dengan keperluan masing-masing.
Dalam era globalisasi dan keterbukaan, bobot masalah ketahanan nasional agaknya lebih berat terletak pada segi penerimaan komunikasi atau informasi yang diterima oleh masyarakat, ketimbang komunikasi yang dikirimkannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang berikut ini.
kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi berikut penerapannya sangat pesat sehingga produk yang dihasilkan dating silih berganti dengan cepat. Teknologi ini menghasilkan produk baru yang mempermudah, mempercepat dan mempermurah hubungan antara manusia dalam segala tahap. Ini memungkinkan komunikasi cepat dari segala rupa informasi, bukan saja berita tetapi juga uang, niali, gagasan, dan sebagainya.informasi yang lebih kaya. Berkat teknologi digital, kualitas informasi lebih tinggi dalam berbagai bentuk. Meskipun kreatif dan mengembangkan informasi baru, kemampuan ini dapt pula member gambaran yang distorsi dan menghasilkan kesimpulan yang menyesatkan.jaringan global. Inilah jalan raya informasi yang didengungkan sebagai information superhighway. Kemampuannya sedemikian rupa, sehingga siapapun dari lokasi manapun akan dapat mengirim ke, meminta dari, mengolah dan “memanipulasi” segala rupa informasi.arus informasi global. Teknologi tersebut menunjang perkembangan arus informasi global buat masyarakat luas yang tidak punya akses pada jaringan Internet.masyarakat global. Global informasi juga mencakup berbagai jenis informasi lain yang mempunyai pengaruh pada gaya hidup masyarakat. Misalnya, arus informasi music pop, pasar modal dan uang, bursa komoditi, pertaruhan, dan sebagainnya. Akibat lebih lanjut adalh munculnya gaya hidup dan perhatian yang serupa karena ciri-ciri atau profesi yang sama. Mereka merasa lebih dekat dadlm berbagai hal dalm komunitas semu di luar negeri ketimbang dengan masyarakat sekitarnya atau bangsanya sendiri.
Sebagai akibat, laju pertumbuhan dan akumulasi pengetahuan serta informasi meningkat sangat cepat secara eksponensial. Menurut Howard Frederick, andaikata informasi di dunia pada tahun 1 jumlahnya dianggap satu unit, maka penggandaan pertama memakan wakti 1500 tahun, yang kedua 250 tahun, tetapi selanjutnya 150 tahun pada awal abad 20. Namun sejak 1950-an proses ini menanjak tajam. Masa berlipat dua ini menjadi 10 tahun pada tahun 1960 sampai tahun1967, kemudian 6 tahun sampai 1973. Jumlah informasi dunia ini ditaksir para ahli berlipat dua dalam kurun waktu yang lebih singkat lagi.
Pertumbuhan ini bukan hanya mengenai jumlah , tetapi juga jenis, kualitas dan kompeleksitas informasi yang berkembang disegala bidang termasuk yang tidak atau belum tentu berguna serta limbah informasi. Begitu rupa perkembangannya, sehingga mulai muncul penyakit “kecemasan informasi”. Orang mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, tetapi belum tentu mampu mengelola dengan baik agar informasi yang tepat dalm bentuk yang sesuai dapat ditemukan dengan cepat dan dimanfaatkan pada waktunya. “Penyakit” memburu informasi dapat dimengerti karena dalam era baru yang akan datang informasi makin penting sebagai instrument penentu kekuasaan, menggntikan tanah , kekuatan fisik, barang modal atau uang yang merupakan faktor pada waktu yang lampau.
Gabungan dari berbagai faktor itu menyebabkan arus informasi yang tersedia bagi berbagai lapisan masyarakat sangat banyak, dan sukar dikendalikan dan diawasi. Dari satu segi, arus yang besar ini berguna untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia Indonesia dalam era perdagangan bebas mendatang dan dengan demikian memperkuat ketahanan Nasional. Dari segi itu pula, maka kebebasan komunikasi dalam arti kata yang lebih luas memang diperlukan. Namun dari segi lain, besaran dan laju informasi yang membanjir akan dapat “menenggelamkan” sumberdaya manusia yang jumlahnya relatif masih sangat sedikit.