Bullying dan Bunuh Diri di Masa Remaja

23 May 2024 01:20:49 Dibaca : 18

Secara umum, Bullying merupakan suatu tindak kekerasan atau penindasan kepada seseorang secara disengaja oleh individu maupun kelompok dengan tujuan untuk membuat korban tersakiti dan takut serta dilakukan secara terus menerus.Terdapat beberapa wujud bullying yaitu ancaman, kekerasan fisik, penolakan, julukan, menggoda, menyebarkan rumor, dan pengambilan barang-barang pribadi.Bunuh diri adalah tindakan memusnahkan diri secara sadar, yang dipahami sebagai multidimensi perasaan tidak nyaman sehingga individu yang mengalaminya beranggapan bahwa bunuh diri adalah jalan keluar terbaik.

Sulit untuk mencegah bunuh diri karena aksi nekat tersebut tidak memiliki penyebab yang reliabel. Kita tidak boleh serta-merta memprediksi 'seseorang akan bunuh diri' melainkan berkata 'seseorang berisiko melakukan bunuh diri'. Salah satu hal yang meningkatkan risiko bunuh diri adalah bullying. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mulai merasakan ketertarikan kepada lawan jenis, solidaritas dalam persahabatan, keinginan untuk mencoba dan tertantang untuk melakukan sesuatu yang baru, serta keinginan untuk menjelajahi dunia baru dalam hidup untuk menemukan jati diri. Remaja cenderung memiliki karakter yang labil serta sensitif yang dapat mendorong remaja tersebut berbuat sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu terkait risiko yang mungkin terjadi di kemudian hari.

Perilaku tersebut terkadang dapat membuat terbentuknya kelompok yang superior (kelompok atas) dan inferior (kelompok bawah). Kelompok superior menunjukkan jati diri mereka dengan cara yang tidak baik, seperti dengan melakukan kekerasan baik secara fisik ataupun lisan. Kekerasan yang sering terjadi pada masa remaja yaitu, perilaku bullying.

 

Bullying adalah fenomena yang kerap terjadi pada remaja. Dampak dari bullying ini tidak main-main, salah satunya adalah bunuh diri. Siswa SD Bayuwangi, Jawa timur ditemukan tewas dengan gantung diri dirumahnya. Polisi meneliti bahwa siswa tersebut bunuh diri, korban mengalami depresi karena perundungan atau bullying. Korban kerap dirundung teman sebayanya lantaran tidak punya ayah, korban merupakan anak yatim.Tidak hanya di Indonesia, kasus bunuh diri yang dilakukan remaja yang mengalami bullying juga terjadi di berbagai belahan dunia.Bullying telah mematahkan semangat hidup para remaja dengan keputusannya. Perilaku bullying pada remaja mampu memicu keinginan bunuh diri bagi para individu-individu yang terlibat didalamnya karena dapat berdampak buruk terhadap kesehatan mental korban.Meskipun demikian, terdapat pula pandangan kontra dari yang menyatakan bahwa bullying tidak semata-mata menyebabkan bunuh diri karena yang menyebabkan bunuh diri hanyalah penyakit mental. 

Memang benar apabila dikatakan hubungan bullying terhadap bunuh diri tidak semudah mengatakan jika X maka Y. Akan tetapi, yang perlu ditekankan adalah setiap pelaku, korban, maupun pengamat bullying memiliki risiko bunuh diri. Adanya risiko tersebut tidak hadir secara instan, melainkan hadir setelah merasakan serangkaian dampak negatif dari bullying itu sendiri.

 Dampak negatif dari bullying terhadap kesehatan mental yang pertama adalah bahwa bullying berpotensi menghasilkan gangguan tidurFenomena ini berlaku bagi korban, pelaku, maupun pengamat bullying. Gangguan tidur tersebut meliputi mimpi buruk, insomnia, dan gejala pernapasan saat tidur yang berkaitan dengan keinginan bunuh diri.

Efek negatif dalam perkembangan karakter, baik bagi korban maupun pelaku. Akibat bullying pada korban yaitu timbulnya perasaan tertekan karena pelaku menguasai korban, korban mengalami kesakitan fisik dan psikologis, kepercayaan diri merosot, trauma, serba salah dan takut sekolah, mengasingkan diri, cenderung ingin bunuh diri. Selain itu, apabila dibiarkan, pelaku bullying akan belajar bahwa tidak ada resiko apapun bagi mereka melakukan kekerasan ataupun mengancam anak lain. Ketika dewasa, pelaku memiliki potensi untuk menjadi pelaku criminal dan akan bermasalah dalam fungsi sosialnya.

 

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi masalah bullying oleh beberapa pihak di sekitar korban, salah satunya dari pihak orang tua ataupun sekolah. Guru dan orangtua memiliki peran menjadi social support, yaitu sebagai penyelesai masalah sosial melalui dukungan nyata. Guru dan orangtua dapat memberikan dukungan yang bersifat emosi dengan memberikan perhatian lebih kepada mereka yang rentan mengalami bullying melalui ekspresi yang bersifat psikologis dan menciptakan atmosfir yang bersahabat.

 

Bullying adalah perilaku yang disengaja dan dilakukan berulang kali dengan menggunakan fisik maupun psikologis kepada seseorang yang dapat merugikan orang tersebut. Bullying, terutama di sekolah telah menjadi masalah global saat ini. Karena sebagian besar anak- anak sangat rentan menjadi korban bullying.