PENDALAMAN MATERI BERBICARA DAN BERBAHASA INDONESIA

28 February 2023 22:24:58 Dibaca : 140

NAMA : ANNAFIA DWIYANTI

NIM : 413422032

STATISTIKA B

MK : BAHASA INDONESIA

 

Berbicara adalah salah satu keterampilan manusia untuk bekomunikasi, terlebih dalam kehidupan sebagai makhluk sosial. Manusia berbicara bukan hanya mengeluarkan bunyi bahasa tanpa maksa, melainkan tujuan berbicara sebenarnya adalah memengaruhi, memberi informasi, mengungkapkan pikiran, membujuk dan banyak lagi.

Bila diperhatikan, berbicara memiliki tujuan yang sangat luas. Mengapa manusia berbicara, untuk apa dan mengapa bicara menjadi salah satu ilmu yang dapat dipelajari dan dipahami oleh mahasiswa? Sebelum kita membahas itu, kita mengetahui apa itu hakikat berbicara.

·         HAKIKAT BERBICARA

Berbicara adalah kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui media bahasa, tindak tutur, bunyi, gerak-gerik tubuh dan raut wajah. Sebagaimana fungsinya, berbicara adalah media yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Adapun hakikat berbicara, yakni :

a.       Berbicara adalah ekspresi dan tingkah laku;

b.      Berbicara dan menyimak merupakan bentuk komunikasi yang seiring;

c.       Dalam konteks berkomunikasi, bebicara itu komunikasi resipokal;

d.      Berbicara merupakan wujud individu melakukan komunikasi, pancaran intelektual;

e.       Berbicara juga media memperluas pengetahuan.

Raut muka dan gerak itu mempunyai ekspresi yang berda. Alis, mata, kerutan dahi, bibir dan anggota tubuh lainnya membangun makna tersirat. Berbicara pun disebut tindak tutur, dilihat dari berjalannya komunikasi, berbicara merupakan sarana saling bertukar pesan.

·         ALASAN MANUSIA BERBICARA                                                                                                                                                                                                      

Sejak awal lahir, hal pertama yang dilakukan bayi baru lahir tersebut pasti menangis. Suara bayi adalah pertanda akan bagaimana kondisi tubuh dan kesehatannya dikemudian hari.

Dalam teori interyeksi, yang meneliti munculnya bahasa, bahwa manusia

berbicara karena adanya perasaan sakit yang luar biasa yang dialami dirinya.

Rasa sakit inilah yang mendorong manusia mengekspresikannya melalui

teriakan-teriakan. Teriakan-teriakan ini sebagai ekspresi yang spontan keluar dari

mulutnya. Sementara itu manusia yang mendengarkan teriakan tersebut

berusaha memahami apa yang dirasakan oleh orang lain. Bagian ini tidak

membahas tentang teori ini, namun melihat dari sisi peristiwa berbicara yang

menandakan bahwa ketika ada dorongan dalam diri manusia akan berbicara

kepada orang lain dengan tujuan agar orang lain memahami dan merasakan apa

yang dirasakannya.

 

 

·         TUJUAN BERBICARA

 

Terdapat beberapa tujuan manusia berbicara, antara lain:

a.       Mengekspresikan pikiran, perasaan, imajinasi, gagasan, ide, dan pendapat;

berbicara dengan tujuan mengekspresikan pikiran, perasaan gagasan, ide, dan pendapat adalah bentuk berbicara yang disebabkan dorongan dari internal individu.

Berbicara seperti ini sifatnya personal, artinya manusia memiliki berbagai alasan yang melatarbelakangi timbulnya ide maupun gagasan yang muncul. Ribuan pikiran, perasaan, gagasan, dan pendapat tersebut dapat bersumber dari hasil respon panca indera maupun bersumber dari pikirannya. Hasil pemikiran dan perasaan tersebut dianggap perlu untuk disampaikan kepada lawan bicara. Alasan inilah juga yang menyembabkan kegiatan berbicara dilakukan untuk mengkomunikasikan kepada orang lain.

b.      Memberikan respon atas makna pembicaraan dari orang lain.

Ini terjadi karena adanya rangsangan dari luar diri pembicara, seringkali dalam mengungkapkan pendapat (dalam bahasa hukum desenting opinion).

c.       Ingin menghibur orang lain.

Analogi pembicaraan yang menghibur adalah ketika penceramah memberikan motivasi dan renungan rohani, seorang sahabat yang melontarkan lawakan, bentuk pembicaraan yang kerap sekali ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

d.      Menyampaikan informasi.

Contoh informasinya, bila kita melihat wartawan yang mewawancarai korban banjir, tentu saja sang korban banjir mejelaskan waktu pukul berapa hujan deras, selang berapa waktu air naik ke rumah, penanggulangan oleh TNI/Polri, dan donasi apa yang sudah mereka dapatkan dari pemerintah daerah.

      e. Membujuk atau mempengaruhi orang lain.

Berbicara efektif itu tidak bertele-tele, saat tujuannya membujuk/mempengaruhi orang lain, maka contohnya yang paling dekat adalah penjual suatu produk/jasa yang sedang menjelaskan teknis beli atau menggunakan produk miliknya.

 

·         MENGAPA KITA HARUS BERBAHASA INDONESIA?

 

Bahasa sebagai sarana dan produk bangsa, tidak bisa dilepaskan dari kegiatan bepikir warga Indonesia. Manusia sebagai homo symbolicum ‘makhluk yang menggunakan simbol’ dimana cakupannya lebih dalam dibandingkan homo sapiens ‘makhluk berpikir’. Dalam ke-Indonesiaan, negara kita yang terdiri dari banyak pulau, adat dan suku yang berbeda, kita membutuhkan bahasa penghubung antardaerah, yang menyatukan kita agar bebas berbicara, menggunkan bahasa Indonesia juga mencegah terjadinya konflik. Kita berbahasa Indonesia karena kita merdeka dari bahasa-bahasa daerah, merdeka dari bahasa Melayu asli dan menandakan bahwa benar Indonesia adalah negara kesatuan, yang menjunjung bahasa persatuan, yakni bahasa Indonesia.

 

Bahasa Indonesia disebut juga sebagai lingua franca atau bahasa perantara antarsuku, antardaerah. Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai :

a.       Lambang kebanggaan kebangsaan,

b.      Lambang identitas nasional,

c.       Alat penghubung antarwarga, antardaerah, antarbudaya,

d.      Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa, latar belakang sosial masing-masing masyarakat sehingga setiap warga negara leluasa menjelajahi seluruh bagian dari wilayah Indonesia.

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, Bahasa Indonesia berfungsi sebagai :

a.       Bahasa resmi kenegaraan,

b.      Bahasa pengantar di dunia pendidikan,

c.       Alat penghubung tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan kepemerintahan, keamanan, dan pembangunan nasional,

d.      Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, sarana komunikasi di berbagai kegiatan kenegaraan baik dalam tulisan maupun lisan.

 

Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia Secara politis sangat jelas, Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional (bahasa persatuan) tercantum dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, dan sebagai bahasa negara tercantum dalam UUD 1945, Bab XV, pasal 36, dan UU nomor 24 Tahun 2009. Kondisi yang demikian boleh dibanggakan, karena negara yang begitu luas dan penduduk yang terdiri atas berbagai etnis sejak kemerdekaanya telah memiliki satu bahasa untuk menyelenggarakan negara. Dalam kemerdekaannya itu, bangsa Indonesia bertekat untuk membangun

kebudayaan nasional, kebudayaan Indonesia melalui pembangunan bahasa

Indonesia.

 

·         BAHASA INDONESIA DALAM RANAH PENDIDIKAN

 

Pendidikan itu merupakan kebutuhan manusia selama manusia hidup. Tanpa adanya pendidikan, maka menjalani kehidupan ini manusia tidak dapat memuai dan malahan terbelakang. Dengan demikian, pendidikan itu seharusnya betul-betul diarahkan sesuai menghasilkan manusia berkualitas yang mampu bersaing, memiliki sikap, ahlak yang teratur. Mustika (2013) proses tarap proses pengubahan sikap hanya satu adat ditentukan oleh kesiapan sumber manusia terbelit dalam runtunan prubahan pendidikan. Jika dalam kehidupan pendidikan tidak mengaplikasikan Bahasa Indonesia, maka akan menghambat

proses belajar mengajar.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang santun serta bermartabat. Bahasa yang menjunjung rasa cinta tanah air karena dia memersatukan bangsa yang penuh perbedaan. Bahasa Indonesia dapat memersatukan seluruh masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya, bersatu dalam satu kebangsaan dan mempunyai cita-cita serta rasa senasib yang sama. Selain itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang menjadi bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kosakata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

 

Dunia pendidikan sebagai tolak ukur dari perkembangan ilmu pengetahuan dan tempat di mana terjadinya proses belajar mengajar antara siswa dengan guru adalah sumber utama dari penanaman nilai-nilai karakter, serta nasionalisme bagi peserta didik dalam upaya mendewasakan dirinya dengan ilmu pengetahuan agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur dan cinta pada Ibu pertiwi. Penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam dunia pendidikan merupakan bentuk dari nasionalisme seseorang. Bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam dunia pendidikan pada semua mata pelajaran harus diimplementasikan dengan baik.

 

Baik pendidikan formal maupun informal diusahakan menggunakan bahasa Indonesia sebagai pengantar di setiap materi maupun proses belajar mengajar. Karena siswa akan belajar dari seorang guru yang mengajarnya. Guru “digugu dan ditiru”,  jadi, tidak salahnya jika siswa meniru atau mengikuti apa yang disampaikan dan dilakukan gurunya. Bahasa Indonesia sebagai alat pengembangan ilmu pengetahuan melalui pendidikan yang berperan sebagai bahasa pengantar. Misalnya dalam penulisan dan penerjemahan buku-buku teks serta penyajian pelajaran dengan menggunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian, masyarakat Indonesia tidak lagi bergantung sepenuhnya kepada bahasa-bahasa asing dalam usaha mengikuti perkembangan dan penerapan IPTEK. Dan bahasa Indonesia siap mendunia seiring berkembangnya zaman karena bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa yang mudah dipelajari oleh semua orang dari berbagai negara. Bahasa Indonesia dapat menumbuhkan karakter cinta tanah air dan kebanggan terhadap budaya tanah air. Efektivitas penggunaan bahasa dalam dunia pendidikan terus dikembangkan bukan hanya pada batasan pengantar, namun lebih dari itu, bahasa Indonesia sebagai kebanggaan bangsa.

 

·         KESIMPULAN

Pendidikan merupakan salah satu upaya kita untuk menanggulangi kebodohan dan kemiskinan yang terjadi di Negara kita yaitu Indonesia. Yang mana kita ketahui bersama, bawasannya dengan seseorang mengenyam bangku sekolah maka, orang tersebut telah mengetahui berbagai hal yang ada di dunia ini. Sebagaimana tujuannya, hakikat pendidikan itu meningkatkan keterampilan, pengembangan sikap, menambah pengetahuan dan akan mempengaruhi kedewasaan anak. Melalui pengembangan pendidikan, diharapkan bangsa kita pun mampu memperbaiki sumber daya manusianya.

Sebagai salah satu aspek terpenting dalam pembangunan sebuah negara, pendidikan memang harus menjadi prioritas utama. Maju atau tidaknya suatu bangsa tergantung dari kualitas pendidikan masyarakatnya. Pendidikan lah yang akan meningkatkan sumber daya manusia sehingga suatu negara bisa diakui kemajuannya di dalam dunia. Akan tetapi, hingga kini masalah pendidikan masih sangat kompleks di Indonesia, salah satunya adalah meningkatnya angka putus sekolah. Berdasarkan data Kemendikbud 2020/2021 ada sekitar 83,7 ribu anak putus sekolah di seluruh Indonesia. Ya, dari data banyaknya anak yang putus sekolah ini menandakan banyak pula faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah, salah satunya motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa dibagi ke dalam dua kelompok; motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Tentu saja setiap anak memiliki dorongan yang  berbeda dalam belajar, ada yang memiliki keinginan untuk memperbaiki ekonomi sungguh-sungguh dan sebagian lainnya tidak memiliki motivasi karena tidak mempunyai ekonomi yang memadai dalam mengakses buku, ongkos ke sekolah, dan banyak lagi.

Pendidikan merupakan tonggak kemajuan bangsa. Untuk menjadi sebuah bangsa yang matu tentu cita-cita yang dimiliki oleh setiap negara di dunia. Sudah bukan menjadi rahasia umum jika maju atau tidak sebuah bangsa atau negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Pendidikan merupakan sebuah proses untuk mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas. Negara kita yaitu Indonesia adalah salah satu negara berkembang di dunia yang masih mempunyai masalah besar dalam dunia pendidikan. Indonesia mempunyai salah tujuan yaitu "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa" yang menjadi tonggak perkembangan pembangunan kesejahteraan dan kebudayaan bangsa Indonesia. Tetapi dalam realita atau yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan berdampak pada penghambatan penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Seiring meningkatnya kemajuan zaman, khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi, laras bahasa diyakini memperngaruhi sikap dan perilaku penduduk bangsanya. Para orang tua, guru, pemerhati pendidikan hendaknya mulai memperhatikan fenomena pentingnya pendidikan terlebih penggunaan bahasa oleh anak-anak, dikarenakan berpengaruh terhadap pembentukan karakter bangsa. Lihat saja tata bahasa yang digunkan oleh supir bus, pasti berbeda dengan bahasa yang sering digunakan oleh para dosen di kampus, begitu pula bahasa yang digunakan oleh sopir angkot berbeda dengan dengan bahasa yang digunakan oleh mahasiswa. Jadi, untuk bisa menjadi insan yang peduli, memperjuangkan akan proses negara Indonesia kita menjadi lebih baik, kita memerlukan keterampilan berbicara dan berbahasa yang didukung oleh pendidikan. Yuk, kita sama-sama melancarkan mencerdaskan bangsa dengan bersyukur, menjalani sekolah/pendidikan dengan baik dan bangga berbahasa Indonesia.

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong