LAPORAN TITRASI ASAM BASA
LAPORAN PRAKTIKUM
MODUL III
JUDUL :
Titrasi Asam Basa
TUJUAN
Melakukan titrasi asam basa untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam
DASAR TEORI
Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat yang diketahui konsentrasinya secara tepat. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi netralisasi asam basa.
Titik ekuivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam dinetralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. Pada titik ekuivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik ekuivalen berada. Pada umumnya titik ekuivalen tersebut sulit diamati, yang mudah diamati adalah titik akhir yang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik ekuivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi dicapai yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekuivalen . Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.
Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam kuat dan basa kuat dalam air terurai dengan sempurna. Oleh karena itu, ion hidrogen dan ion hidroksida selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik ekuivalen dari titrasi asam kuat dan basa kuat, pH larutan pada temperatur 25ËšC sama dengan pH air yaitu sama dengan 7.
( Penuntun Praktikum Kimia Dasar II, UNG 2012 : 05 )
Seorang analisis mengambil faedah dari perubahan besar dari pH yang terjadi dalam titrasi agar dapat menentukan kapan titik ekivalennya akan tercapai. Ada banyak asam dan basa organik dan basa organik lemah yang bentuk-bentuk tak berdisosiasi dan ionnya menunjukka wrana yang berbeda warna. Molekul-molekul demikian dapat digunakan untuk menentukan kapan cukup titran telah ditambahkan dan disebut indikator visual. Suatu contoh yang sederhana adalah para-nitrofenol, yang merupakan suatu asam lemah da berdisosiasi.
Bentuk tak terdisosiasi adalah tak berwarna, tetapi anionnya, yang mempunyai sistem ikatan tunggal dan ikatan rangkap dua yang berganti-ganti (suatu system terkonjugasikan), berwarna kuning. Molekul-molekul atau ion-ion yang mempunyai system terkonjugasikan, menyerap cahaya dengan panjang gelombang yang lebih panjang dibandingkan dengan molekul-molekul sebanding tetapi yang tanpa system terkonjugasikan. Cahaya yang diserap sering ada pada bagian spectrum yang tampak, dan dengan demikian molekul atau ionnya berwarna.
Indikator terkenal phenoftalein merupakan asam diprotik dan tak berwarna. Ia mula-mula berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian, dengan kehilangan hidrogen ke dua, menjadi ion dengan system terkonjugasikan, maka dihasilakanlah wrana merah. Metal oranye, indikator lain yang secara luas digunakan, merupakan basa dan berwarna kuning dalam bentuk molekular. Penambahan ion hidrogen menghasilkan suatu kation yang berwarna merah muda.
Perubahan minimum dalam pH yang diperlukan untuk suatu perubahan warna disebut “jangkau indicator”. Pada harga pH antara,warna yang ditunjukkan bukan warna merah atau kuning, tetapi sedikit agak kuning. Pada pH 5,pKa dari HIn, kedua bentuk berwarna sama konsentrasinya, yaitu HIn separuh tenetralisasikan. Seringkali kita mendengar terminology seperti suatu indikator yang berubah warna pada pH 5 telah digunakan ini berarti bahwa pKa indicator sebesar 5 dan jangkauannya sebesar pH 4 sampai 6.
Pada titrasi asam lemah, pemilihan indikator jauh lebih terbatas untuk suatu asam dengan pKa 5 kira-kira kepunnyaan asma asetat, pH lebih tinggi dari 7 pada titik ekivalen, dan perubahan dalam pH relatif kecil. Phenoftalein berubah warna pada kira-kira titik ekivalen dan merupakan indicator yang cocok. Dalam hal asam yang sangat lemah, misalnya pKa = 9, tidak ada perubahan dalam pH yang besar terjadi sekitar titik ekivalen. Jadi volume basa yang lebih besar akan diperlukan untuk merubah warna suatu indikator dan titik ekivalen tidak akan di deteksi dengan ketepatan yang biasa diharapkan.
Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Beberapa contoh yang lebih penting dari garam-garam demikian dalam kimia analitik adalah oksilat sulfida, hidrogsida, karbonat dan fosfat. Ion hidroksida bereaksi dengan anion garam untuk membentuk asam lemah, dengan demikian meningkatkan kelarutan garam.
( R.A. Day, Jr. Analisa Kimia Kuantitatif : 141-145)
Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti:
aA + tT → hasil
Dengan keterangan (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standardisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisa titrimetri. Istilah titrasi menyangkut proses ntuk mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Selama bertahun-tahun istilah analisa volumetrik sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik, karena pengukuran-pengukuran volum tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisa tertentu misalnya, orang dapat mengukur volum gas.
Sebuah reagen yang disebut sebagai peniter, yang diketahui konsentrasi (larutan standar) dan volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan yang dititer yang konsentrasinya tidak diketahui. Dengan menggunakan buret terkalibrasi untuk menambahkan peniter, sangat mungkin untuk menentukan jumlah pasti larutan yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir. Titik akhir adalah titik di mana titrasi selesai, yang ditentukan dengan indikator. Idealnya indikator akan berubah warna pada saat titik ekivalensi—di mana volum dari peniter yang ditambahkan dengan mol tertentu sama dengan nilai dari mol larutan yang dititer. Dalam titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator pH fenolftalein. Selain titrasi asam-basa, terdapat pula jenis titrasi lainnya.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam reaksi; titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna). Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya. Contoh lainnya dari indikator pH yang dapat digunakan adalah metil jingga, yang berubah warna menjadi merah dalam asam serta menjadi kuning dalam larutan alkali.
Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai "indikator". Sebagai contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi, larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan permanganat) dalam larutan yang sedang dititer.
Akibat adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat transisi warna yang sangat tajam; sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir dapat mengubah nilai pH secara signifikan—sehingga terjadilah perubahan warna dalam indikator secara langsung. Terdapat sedikit perbedaan antara perubahan warna indikator dan titik ekivalensi yang sebenarnya dalam titrasi. Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan indikator, dan besar kesalahannya tidak dapat ditentukan.
(Http://belajarkimia.com/2008/04/titrasi-asam-basa)
ALAT DAN BAHAN
Alat
Buret 1 buah
Fungsinya untuk meneteskan reagen cair dalam eksperimen yang memerlukan presesi seperti titrasi.
Statif dan klem
Fungsi untuk menegakkan buret, corong, corong pisah dan peralatan gelas lainnya pada saat digunakan dan juga untuk memegang buret yang digunakan untuk titrasi.
Botol semprot 1 buah
Fungsinya sebagai wadah untuk menyimpan aquadest.
Corong 1 buah
Fungsinya untuk menyaring campuran kimia/ suatu larutan.
Gelas Erlenmeyer 250 ml 2 buah
Fungsinya untuk wadah titran (larutan yang dititrasi) pada proses titrasi.
Gelas kimia 250 ml 1 buah
Fungsinya untuk mengukur volume larutan atau sebagai wadah/ tempat untuk larutan.
Pipet tetes 1 buah
Fungsinya untuk mengambil cairan yang masih terdapat dalam wadahnya
Bahan
NaOH 0,05 M
Sifat fisik : Cairan higroskopis tak berwarna, rapuh (mudah hancur), asin,
larut dalam air.
Sifat kimia : Sangat mudah menyerap gas CO2, pH-nya netral, dan ikatan
ionik kuat.
Phenoftalein
Sifat fisik : Berbentuk larutan dan merupakan asam lemah.
Sifat kimia : Tidak dapat bereaksi dengan larutan yang direaksikan hanya
sebagai indikator.
HCl
Sifat fisik : Berbentuk gas yang tak berwarna dan berbau tajam, elektrolit
kuat, asam kuat.
Sifat kimia : Akan berasap tebal di udara lembab, dan titik didih, titik
leleh, massa jenis, pH, tergantung pada konsentrasi HCl .
Aquadest
Sifat fisik : Cairan tak berwarna dan tak berbau.
Sifat kimia : Pelarut yang baik, memiliki pH 7 (netral).
Kertas saring/ Tissue
Digunakan untuk menyaring.
PROSEDUR KERJA
Memasukkan ke dalam buret Memasukkan ke dalam labu
yang telah dibasuh dengan NaOH, Erlenmeyer 250 ml dengan
yang akan dipakai sebanyak 3 kali menggunakan pipet gondok
dengan menggunakan corong Menambahkan aquadest ± 5
sampai volumenya mencapai skala ml, untuk membilas larutan
nol pada buret yang menempel pada dinding
labu erlenmeyer.
Menambahkan 3 tetes phenoftalein
Meneteskan larutan NaOH secara perlahan lahan
Mengamati perubahan warna
Mencatat keadaan akhir buret
Mengulangi percobaan sebnyak dua kali (duplo)
Menghitung konsentrasi
HASIL PENGAMATAN
Perlakuan Hasil pengamatan
Membersihkan buret dan membilas dengan NaOH sebanyak 3 kali (± 5 ml)
Buret menjadi bersih
Mengukur 10 ml HCl ke dalam labu Erlenmeyer
Pada saat dicampurkan ketiga larutan belum terjadi perubahan warna hanya larutannya saja yang bercampur
Menambahkan 5 ml NaOH membilas larutan yang menempel pada dinding labu Erlenmeyer
Menambahkan 3 tetes indikator phenoftalein
Melakukan titrasi dengan cara meneteskan larutan NaOH dan memutar buret secara perlahan-lahan
Terjadi perubahan warna yakni warna merah muda, dan volume 6,4 ml
Perlakuan duplo
Terjadi perubahan warna yakni warna merah muda dengan volume 6,9 ml
PERHITUNGAN
Diketahui : V1 = 8 ml
V2 = 9 ml
Jadi VolumeNaOH adalah
VNaOH = (V1 + V2)/2
= (6,4+6,9)/2
= 6,65 ml
MNaOH = 0,1 M
V1 = 10 ml
V2 = 10 ml
Jadi VolumeHCl adalah
VHCl = (V1 + V2)/2
= (10+10)/2
= 10 ml
Ditanyakan : MHCL = …?
Penyelesaian :
VNaOH x MNaOH = VHCl x MHCl
6,65 ml x 0,1 M = 10 ml x MHCl
0,665 mlM = 10 ml x MHCl
MHCl = (0,665 mlM)/(10 ml)
= 0,0665 M
Jadi konsentrasi HCl (MHCl) adalah 0,0665 M
PEMBAHASAN
Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi adisi-alkalimetri. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran.
Pada eksperimen ini langkah kerja yang dilakukan yaitu, membersihkan buret dengan berhati-hati untuk terjaminnya suatu pengeringan larutan yang merata di dalam permukaan dalamnya dan membilasnya dengan larutan NaOH yang akan dipakai sebanyak 3 kali (± 5 ml). Kemudian larutan NaOH dimasukkan ke dalam buret dengan menggunakan corong sampai volumenya melebihi skala nol pada buret, setelah itu volume NaOH diturunkan kembali sampai tepat pada skala nol.
Langkah selanjutnya yaitu memasukkan 10 ml larutan asam dalam hal ini yaitu larutan HCl, ke dalam labu erlenmeyer 250 ml. Kemudian ditambahkan 5 ml aquadest untuk membilas larutan yang menempel pada dinding labu erlenmeyer. Lalu ditambahkan 3 tetes phenoftalein ke dalam labu erlenmeyer tersebut. Selanjutnya melakukan titrasi dengan cara meneteskan NaOH yang berada di dalam buret secara perlahan tetes demi tetes ke dalam labu erlenmeyer. Hentikan titrasi pada saat warna larutan yang berada dalam labu erlenmeyer telah mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi adalah dari warna bening menjadi warna merah muda.
Langkah awal dilakukan kembali tetapi NaOH tidak dikeluarkan atau ditambahkan untuk mencapai titik pada skala nol. Labu erlenmeyer yang pertama digunakan sebagai standar untuk menentukan perubahan warna pada labu erlenmeyer yang kedua.
Mencatat volume NaOH yang diperlukan untuk mentitrasi larutan. Titrasi yang awal dilakukan volume NaOH yang diperlukan adalah 6.4 ml sedangkan pada titrasi yang kedua volume NaOH yang diperlukan adalah 6.9 ml. Untuk mengetahui besarnya konsentrasi larutan asam (HCl) dalam percobaan, maka langkah awal yang dilakukan adalah menjumlahkan kedua volume NaOH yang terpakai pada percobaan ini (pertama dan kedua) itu dibagi dua sehingga akan diperoleh volume rata-rata yang terpakai dalam percobaan. Hasil-hasil ini kemudian dimasukkan ke dalam rumus pengenceran yaitu:
VNaOH x MNaOH = VHCl x MHCl
Dimana VNaOH adalah volume NaOH rata-rata yang digunakan, MNaOH adalah konsentrasi yang digunakan yaitu 0,05 M, dan VHCl adalah volume HCl yang digunakan dalam percobaan yaitu sebesar 10 ml. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa besarnya konsentrasi HCl yang digunakan adalah sebesar 0,0665 M
TUGAS PASCA PRAKTIKUM
Dapatkah suatu indikator tertentu (Mis : Brom timol biru) digunakan untuk menentukan pH semua jenis larutan? Jelaskan aasannya
Hitung konsentrasi larutan HCL dan larutan NaOH dalam satuan :
Normalitas (N)
Molartitas (M)
Gram/liter
Jawaban :
Indikator Brom timol biru dapat digunakan untuk menentukan pH semua jenis larutan. Brom timol biru adalah asam dipotrik lemah dan mengalami perubahan warna dalam dua selang pH salah satu selang pH ialah dari 1,2 ke 2,8 dan perubahan warna dari merah menjadi kuning, selang lain ialah dari pH 8,0 ke 9,6 dengan perubahan warna kuning menjadi biru.
Dik : [ NaOH ] = 0,05 M, V = 15,3 mL , Mr = 40
[ HCl ] = 0,1 M , V = 10 mL , Mr = 36,5
Dit : a. Normalitas ( N ) ..........?
b. Molaritas (M)...............?
c. Gr / L...........?
peny :
a) N. NaOH = m.ekivalen
= 0,05 N
N.HCl = m ekivalen
= 0,1 N
c) Gr/L NaOH = 2000 Gr/L
Gr/L HCl = 3650 Gr/L
KESIMPULAN
Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan mengukur volumenya secara pasti. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka disebut dengan titrasi adisi-alkalimetri. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut dengan titran.
Jika asam ditetesi basa, maka pH larutan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi asam maka pH larutan akan turun.
Larutan standar adalah larutan yang disiapkan dengan cara menimbang secara akurat suatu zat yang memiliki kemurnian tinggi dan melarutkannya dengan sejumlah tertentu pelarut dalam labu ukur. Larutan standar yang dipersiapkan dengan cara seperti ini disebut sebagai larutan standart primer, sedangkan larutan standar yang kemolarannya ditetapkan dengan larutan standar primer disebut sebagai larutan standar sekunder. Sebelum digunakan dalam percobaan, buret harus dibilas dengan larutan yang akan dimasukkan agar tidak terdapat cairan/ zat-zat lain yang masih tersisa di dalam buret, sehingga buret bersifat netral.
Titik ekivalen merupakan keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah mol basa.
Titik akhir titrasi adalah titik dalam titrasi yang ditandai dengan perubahan warna indikator.
Perubahan pH dalam titrasi asam basa disebut kurva titrasi.
KEMUNGKINAN KESALAHAN
Kemungkinan kesalahan yang terjadi :
Kurang telitinya dalam melakukan proses titrasi.
Kurangnya ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator.
DAFTAR PUSTAKA
Belajarkimia. 2008. Titrasi Asam Basa. (On-Line) http://belajarkima.com/2008/4/titrasi-asam-basa diakses pada tanggal 27 Mei 2012
Day, R. A. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif edisi keempat. Jakarta : Erlangga
Team Teaching. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Gorontalo: UNG
Kategori
Blogroll
- Masih Kosong