Seks dan pergaulan bebas masuk desa
Kondisi yang cukup memprihatinkan terhadap anak-anak sekolah di Indonesia saat ini. Dimana siswa kita harus berhadapan dengan persoalan pelik yang harus mereka lalui yaitu pergaulan bebas dan seks bebas.
Dua pergaulan ini sangat merusak generasi penerus bangsa Indonesia. Pandangan berbeda yang disalah artikan siswa dan pelajar kita saat ini. Dimana siswa, pelajar memandang dua pergaulan itu wajib untuk dilakukan di era penuh dengan tipu daya. Jika mereka tidak mengenal dua pergaulan itu akan diangap sebagai anak kurang gaul atau ketinggalan zaman.
Pandangan yang berbeda ini lah sering menjadi akar persoalan yang belum terbantahkan. Tidak heran apabila banyak kasus siswa hamil sebelum tamat dari bangku sekolah baik tingkat SD, SLTP dan SLTP di sekitar lingkungan tempat tinggal kita.
Pergaulan bebas dan seks bebas tidak hanya mendera dan menyerang wilayah perkotaan besar. Tapi sudah masuk ke lini dan lingkungan yang terkecil sekalipun. Derasnya globalisasi tidak memandang tempat kota dan desa.
Wilayah perkotaan besar, tentu kita sudah cukup mengenal tingkat pergaulan bebas dan free seks di perkotaan sudah menjamur ke seluruh pelosok kota di Negeri ini. tidak heran setiap hari layar tv bahkan surat kabar di tanah air ini selalu disunguhkan berbagai persoalan pelik seperti pemerkosaan bapak terhadap anak, kakek terhadap cucu bahkan abang kandung memperkosa ibunya dan saudara perempuanya dan banyak lagi persoalan yang tidak bisa diterima dengan akal sehat.
Yang paling dikhwatirkan disaat dua pergaulan merusak generasi tanah air sudah masuk ke wilayah perdesaan hingga pulau terkecil. Dan ini sudah terjadi di tengah kehidupan kita.
Di tempat tinggal saya tepanta di Desa Batu Limau, Kecamatan Kundur, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan riau. Yang hanyalah sebuah pulau kecil terpencil yang berada di wilayah perbatasan Indonesia. Pulaunya hanya memiliki satu SLTP, 1 SLTA, dan 5 Sekolah Dasar. Penduduknya tidak mencapai 7 ribu jiwa. Namun, kehidupan di pulau ini layanya tinggal di wilayah perkotaan besar.
Disini tidak ada PUV, Karauke, apalagi diskotik dan club malam. Hanya ada hiburan-hiburan kampung. Itupun dimainkan setiap kali ada pesta pernikahan.
Namun, dari kecilnya pulua ini, ada yang ditemui hampir setiap bulan pelajar SMP dan SMA sudah melakukan hubungan layaknya pasangan suami istri atau pranikah. Tidak hanya sebatas melakukan hubungan seks, tapi hubungan seks bebas itu meninggalkan benih didalam rahim siswi tersebut.
Apa yang terjadi dari hubungan itu! Siswi tersebut putus dari sekolahnya. Ia terpaksa menikah karena sudah hamil terlebih dahulu. Padahal masa depanya masih panjang, ia masih ingin bermain, belum waktunya membina rumah tangga.
Selama awal 2012 ini saya mencatat ada sekitar 4 siswi pelajar SLTP meninggalkan bangku pendidikan. Umur yang seharusnya untuk dibelajar tapi sudah terbalik arah menjadi ibu rumah tangga.
Yang cukup menyedihkan lagi, salah seorang siswi tersebut hamil sudah hampir 6 bulan baru menikah dan baru melakukan ijab kabul. Hal itu disebabkan menunggu penganti laki2nya yang belum memiliki uang untuk melakukan pesta pernikahan.
Selain itu, kasus siswi yang lainya. Orangtua siswi yang hamil itu bekerja siang malam agar anaknya bisa belajar dan menuntu ilmu kelak. Bahkan, orangtunya sudah mengumpulkan uang agar anaknya bisa menjadi perawat suatu saat nanti.
.
Persoalan diatas merupakan segelintir yang sedang terjadi saat ini. Masih ada banyak persoalan yang mendera generasi tanah air ini.
kenapa semua itu bisa terjadi. Apakah harus dibiarkan hingga sampai ke anak cucu kita. “Jangan”!