Cerpen "HARI YANG HITAM"

08 February 2013 09:40:29 Dibaca : 38

“ HARI YANG HITAM”

                     Perjalanan hidup yang begitu panjang yang di hiasi dengan banyak warna, hari terus berganti menjadi minggu, minggu terus berganti menjadi bulan dan bulan terus berganti menjadi tahun hingga tak terasa ku sudah menginjak remaja yang penuh dengan kebahagiaan, kebahagiaan yang di berikan oleh kedua orang tuaku, saat memasuki SMA pertama ku harus berpisah dengan kedua orang tuaku rasanya berat, namun ibu selalu menasehatiku bahwa ini adalah awal umtuk aku hidup mandirin jika terus ku bersama mereka aku tidak akan tau bagaimana namanya hidup mandiri, Ku mencoba jalani semua ini dengan ikhlas awalnya memang berat namun sedikit demi sedikit rasa berat itu hilang dan menjadi sebuah kebahagiaan karena ku punya keluarga baru di tempat tnggal dan teman hyang baru di sekolah baruku. Hari- hari ku jalani meski sepi tanpa orang tua aku berusaha tetap tersenyum.

                  Suatu ketika aku harus mendengarka sesuatu yang tak pernah ingin ku dengarkan bahkan tak pernah terpikirkan, sewaktu aku tiba di sekolah aku harus menerima telepon dari ayahku setelah mendengarkan apa yang di katakan, tak sekatapun yang dapat ku ucap hanya air mata yang dapat mengalir, hati siapa yang tak akan menangis jika mendengar ibunda yang tercinta jatuh sakit, saat ibu menuju rumah sakit, dan aku bergegasa menuju rumah sakit.

                   Hari demi hari aku jalani bersama ibu di rumah sakit namun tiba-tiba cobaan datang lagi kepada keluarga kami, ayahku mengalami kecelakaan dan keadaannya sangat parah Ya ALLAH betapa berat cobaan yang ku hadapi ini berilah aku kekuatan menghadapi kenyataan ini. Hari demi hari ibu dan ayah pun keluar dari rumah sakit namun butuh perawatan di rumah, ayah di rawat oleh kedua orangtuaku dan ibu bersamaku. selama sebula lebih aku merawat ibuku meskipun aku bersekolah aku tak terbebani dengan kehadiran ibundaku tercinta, aku malah senga dan akhirnya mertua ibuku merasa kasiahan kepadaku mereka membawa ibuku untuk di rawat bersama ayahku., rasanya berat namun aku harus bagaimana ayah juga yang meminta ini semua. Hatiku sedih namun aku harus ,memahami keadaan ini, setiap hari aku menanyakan keadaan ibu dan ayah , dan akupun tak lupa untuk selalu berdoa untuk kesembuhan mereka. Hingga suatu ketika tepat pada hari kamis, 24 maret 2011 aku mendapatkan pesan singkat dari ayahku yang membuat hatiku teririd-iris tak mampu aku menahan air mata akhirnya pecahalah tangisku mendengar kabar bahwa ibu sudah tak makan selama tiga hari dan selalu menanyakan aku, tanpa menunda waktu aku pergi menemiui ibuku saat tiba di sana hanya keheningan yang ku temui membuat hatiku tambah bersedih, aku langsung menemui ibu betapa terkejutnya aku melihat tubuh ibu yang dulunya besar dan segar kini menjadi kurus dan tak berdaya bahkan mengucapkan satu katapun ia tak mampu ia hanya dapat memandang ku dan meneteskan air sungguh aku tak percaya denga apa yang aku lihat. Tak ingin aku berpaling sedikitpun memandang wajah ibu shingga tibalah waktunya tepat pada puku 01.20 Wita ibu menghembuskan nafasnya yang terakhir rasanya aku ingin menahan ibu namun aku tak mampu untuk menahannya Yang Maha Kuasa telah memanggilnya apalah dayaku aku harus ikhlaskan kepergian ibu. Hari itu terasa sangat gelap tak ada yang dapat kulihan dan tak ada yang dapat ku rasakan bermacam rasa yang kurasa, aku tak dapat bersuara hanya air mata yang terus menetes yang tak henti-hentinya, peristiwa ini hanya aku lihat pada orang lain kini aku yang merasakan sendiri ternyata sakit sangat sakit jika kita kehilangan orang yag sangat berarti bagi kita. Aku hanya bisa berdoa semoga ibu bahagia di alam sana dan aku berharap untuk bisa bertemu ibu lagi aku selalu sayang ibu.

Terimakasi ;(

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong