DASAR-DASAR PENGETAHUAN

21 October 2014 11:44:27 Dibaca : 7727 Kategori : bahan kuliah

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui yang berkenaan dengan hal mata pelajaran. (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Pada dasarnya pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai macam cara, dasar-dasar pengetahuan sendiri dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengembangkan kerangka fikir manusia itu sendiri sehingga bernilai dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan berawal dari rasa ingin tahu. Dengan rasa ingin tahunya manusia berusaha mendapatkan pengetahuan yang benar. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya. Manusia memikirkan hal-hal yang baru, menjelajah untuk baru, karena manusia hidup bukan sekedar untuk hidup, namun lebih dari itu yang menyebabkan manusia mengembangkan pengetahuannya dan pengetahuan ini jugalah yang mendorong manusia menjadi makhluk yang khas dimuka bumi ini.
Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya disebabkan dua hal. Yang pertama karena manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut, yang kedua karena manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap yaitu kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa kita ketahui tentang objek tertentu. Sebagai salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan yang benar dengan jalan penalaran dan logika.
Adapun yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui serta memahami bagaimana dasar-dasar pengetahuan seperti halnya penalaran, logika, dan lain sebagainya dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan dasar-dasar pengetahuan.?
2. Apasajakah sumber ilmu pengetahuan?
3. Bagaimanakah Kriteria dari teori kebenaran.?
4. Bagaimanakah Konsep Penalaran dan Konsep Logika?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk dapat mengetahui pengertian dasar-dasar pengetahuan
2. Untuk dapat mengetahui sumber ilmu pengetahuan?
3. Untuk dapat mengetahui Kriteria dari teori kebenaran.?
4. Untuk dapat mengetahui Konsep Penalaran dan Konsep Logika?

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Dasar-Dasar Pengetahuan
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui manusia. Suatu hal yang menjadi pengetahuan selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahui. Karena itu pengetahuan menuntut adanya subjek yang mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan objek yang merupakan sesuatu yang dihadapinya sebagai hal yang ingin diketahuinya.
Burhanuddin Salam mengklasifikasikan bahwa pengetahuan yang diperoleh manusia dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Pengetahuan biasa (common sense) yaitu pengetahuan biasa, atau dapat kita pahami bahwa pengetahuan ini adalah pengetahuan yang karena seseorang memiliki sesuatau karena menerima secara baik. Orang menyebut sesuatu itu merah karen memang merah, orang menyebut benda itu panas karena memang benda itu panas dan seterusnya.
2. Pengetahuan Ilmu (science) yaitu ilmu pengetahuan yang bersifat kuantitatif dan objektif, seperti ilmu alam dan sebagainya.
3. Pengetahuan Filsafat, yakni ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.
4. Pengetahuan Agama, yaitu pengetahuan yang hanya didapat dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Jadi perbedaan antara pengetahuan dan ilmu adalah jika pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu manusia untuk memahami suatu objek tertentu, sedangkan ilmu (science) adalah pengetahuan yang bersifat positif dan sistematis.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui yang berkenaan dengan hal mata pelajaran. (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002). Untuk melakukan pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subyek penelitian atau responden (soekidjo, 2003).
Pengetahuan yang dikenal dalam kehidupan masyarakat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu Pengetahuan ilmiah dan pengetahuan non ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metode dan penelitian ilmiah, disusun secara sistematis, menggunakan pemikiran dan dapat di control secara kritis oleh pihak lain. Sedangkan pengetahuan non ilmiah merupakan segala sesuatu yang diketahui manusia namun belum pasti kebenarannya bila dibuktikan melalui metode ilmiah. Pengakuan kebenaran pengetahuan non ilmiah hanya didasarkan atas nilai-nilai dan norma serta budaya masyarakat.

2.2 Sumber Ilmu Pengetahuan
Sumber pengetahuan merupakan aspek-aspek yang mendasari lahirnya ilmu pengetahuan yang berkembang dan muncul dalam kehidupan manusia. Menurut Suriasumantri (dalam Susanto, 2011:186) terdapat empat cara pokok dalam mendapatkan pengetahuan, pertama adalah pengetahuan yang berdasarkan rasio yang dikembangkan oleh kaum rasionalis yang dikenal dengan rasionalisme. Kedua, pengetahuan yang berdasarkan pada pengalaman yang dikenal dengan faham empirisme. Ketiga, pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusatkan pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan sehingga intuisi tidak bisa digunakan sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan yang teratur. Sumber pengetahuan yang keempat adalah wahyu yang merupakan pengetahuan yang disampaikan tuhan kepada manusia.
Sedangkan Amsal Bakhtiar mengungkapkan ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara lain:
a. Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksudkan ialah pengalaman inderawi.
b. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Menusia memperoleh penegetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
Bagi aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indera dapat dikoreksi, seandainya akal digunakan.
c. Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi.
Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan.
d. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia lewat perantaraan atau secara pasif. Sebagai manusia yang beragama pasti meyakini bahwa wahyu merupakan sumber ilmu, karena diyakini bahwa wakyu itu bukanlah buatan manusia tetapi buatan Tuhan Yang Maha Esa

2.3 Teori – teori Kebenaran meliputi :
1. Teori Koherensi (coherence theory)
Teori ini dikembangkan oleh kaum idealis dan sering disebut teori konsistensi atau teori saling berhubungan. Dikatakan demikian karena teori ini menyatakan bahwa kebenaran tergantung pada adanya saling hubungan secara tepat antara ide-ide yang sebelumnya telah diakui kebenarannya. The Consistence theory of truth/Coherence theory of truth mengatakan bahwa kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lain yang telah kita ketahui dan akui kebenarannya terlebih dahulu. Bochenski berpendapat bahwa kebenaran itu terletak pada adanya kesesuaian antara suatu benda atau hal dengan pikiran atau idea. Titus dkk berpendapat ”Kebenaran itu adalah sistem pernyataan yang bersifat konsisten secara timbal balik, dan tiap-tiap pernyataan memperoleh kebenaran dari sistem tersebut secara keseluruhan”.
Jadi suatu pernyataan cenderung benar bila pernyataan tersebut koheren (saling berhubungan) dengan pernyataan lain yang benar atau bila arti yang dikandung oleh pernyataan tersebut koheren dengan pengalaman kita.
Misalnya :
a. Pernyataan bahwa ”di luar hujan turun”, adalah benar apabila pengetahuan tentang hujan (air yang turun dari langit) bersesuaian dengan keadaan cuaca yang mendung, gelap dan temperatur dingin dan fakta-fakta yang menunjang.
b. Pernyataan bahwa ”Semua manusia pasti mati adalah sebuah pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa si fulan adalah manusia dan si fulan pasti mati adalah benar pula, sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan pertama.
Kesimpulan Teori :
a. Kebenaran adalah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu kita ketahui.
b. Teori ini dinamakan juga teori justifikasi atau penyaksian tentang kebenaran, karena menurut teori ini suatu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian-penyaksian atau justifikasi oleh putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui, diterima, diakui kebenarannya.
c. Ukuran dari teori ini adalah konsistensi dan persisi
2. Teori Korespondensi (corespondence theory)
Teori ini diterima oleh kaum realis dan kebanyakan orang. Teori ini menyatakan bahwa jika suatu pernyataan sesuai dengan fakta, maka pernyataan itu benar, jika tidak maka pernyataan itu salah menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu keadaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju atau dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut. Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaras dengan realitas, yang serasi dengan situasi aktual. Titus dkk berpendapat ”Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta itu sendiri”.
Misalnya :
a. Bila ada orang yang menyatakan bahwa sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia, maka pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan itu sesuai dengan fakta. Karena secara faktual sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia.
b. Pernyataan ” Ibukota Indonesia adalah Jakarta, maka pernyataan ini adalah benar sebab pernyataan ini sesuai dengan fakta yakni Jakarta adalah Ibukota Indonesia.
Kesimpulan Teori ini :
a. Menurut teori ini kita mengenal 2 (dua) hal yaitu : Pernyataan dan Kenyataan.
b. Kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu itu sendiri.
3. Teori Pragmatis (pragmatic theory)
Teori dicetuskan oleh Charles S.Pierce (1839-1914). Teori ini menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memiliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia. Kaum pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility), dapat dikerjakan (workability), dan akibat yang memuaskan (satisfactory consequence). Oleh karena itu tidak ada kebenaran yang mutlak atau tetap, kebenarannya tergantung pada kerja, manfaat dan akibatnya.
Kriteria pragmatisme juga dipergunakan oleh ilmuwan dalam menentukan kebenaran ilmiah dalam perspektif waktu. Secara historis pernyataan ilmiah yang sekarang dianggap benar suatu waktu mungkin tidak lagi demikian. Dihadapkan dengan masalah seperti ini maka ilmuan bersifat pragmatis selama pernyataan itu fungsional dan mempunyai kegunaan maka pernyataan itu dianggap benar, sekiranya pernyataan itu tidak lagi bersifat demikian, disebabkan perkembangan ilmu itu sendiri yang menghasilkan pernyataan baru, maka pernyataan itu ditinggalkan (Jujun, 1990:59),
Misalnya :
a. Teori tentang partikel tak akan berumur lebih dari 4 (empat) tahun.
b. Ilmu Embriologi diharapkan mengalami revisi setiap kurun waktu 15 tahun.
Kedua ilmu di atas disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada. Kesimpulan Teori ini yaitu:
a. Kebenaran suatu pernyataan dapat diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat pragmatis atau fungsional dalam kehidupan praktis.

2.4 Konsep Penalaran Dan Konsep Logika
2.4.1 Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan, tetapi tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir harus dilakukan dengan suatu cara tertentu. Penalaran juga dapat diartikan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Penalaran memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika.
Dalam hal ini maka kita dapat mengatakan bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai logikanya tersendiri, atau dapat pula disimpulkan bahwa kegiatan peanalaran merupakan suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis disini harus diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu, atau dengan logika tertentu
2. Proses berpikirnya bersifat analitik.
Penalaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada sesuatu analisis dan kerangka berpikir. Analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan.
2.4.2 Logika
Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) apabila proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika. Secara lebih luas logika di definisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih (valid). Cara penarikan kesimpulan berdasarkan pada penalaran ilmiah, yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif merupakan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata (khusus) menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus). Penarikan kesimpulan secara deduktif menggunakan pola berpikir silogisme, yaitu disusun dari dua buah pertanyaan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogisme ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor.

BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan:
1. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui manusia. Suatu hal yang menjadi pengetahuan selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin diketahui.
2. Sumber pengetahuan merupakan aspek-aspek yang mendasari lahirnya ilmu pengetahuan yang berkembang dan muncul dalam kehidupan manusia. Tedapat empat sumber pengetahuan yaitu : Empiris atau pengetahuan, Rasio atau akal (pikiran), wahyu dan intuisi.
3. Kebenaran merupakan kesesuaian antara pikiran dan kenyataan dan menjadi tujuan dari filsafat. Untuk menyatakan sesuatu itu benar dapat didasarkan pada teori kebenaran. Aliran rasionalisme menyatakan suatu itu benar bila sesuai dengan teori coherence theory of trurth, aliran empirisme menyatakan suatu itu benar berdasarkan teori correspondence theory of truth), dan aliran pragmatisme menyatakan suatu kebenaran itu bila sesuai dengan teori Inherent theory of truth.
4. Penalaran merupakan salah satu proses dalam berpikir yang menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk menarik sebuah kesimpulan untuk medapatkan pengetahuan baru. Logika merupakan suatu cara untuk mendapatkan suatu pengetahuan.

3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyarankan agar dalam ilmu pengetahuan dapat diperoleh dengan penalaran dan logika yang bersumberkan pada pengalaman, akal dan wahyu sehingga pada akhirnya didapatkanlah suatu kebenaran. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingganya kritikan dan saran sangat di harapkan guna untuk penyusunan makalah selanjutnya.