KONDISI GEOMORFOLOGI PULAU SULAWESI
KONDISI GEOMORFOLOGI PULAU SULAWESI
• Pulau ini hampir seluruhnya merupakan pegunungan dan dikelilingi oleh laut dalam.
• Bebrapa danau telah terbentuk diantara lembah dan pegunungan dibagian tengah pulau meliputi danau poso, danau towuti, danau matana, termasuk danau limboto.
• Sulawesi terletak pada pertemuan 3 lempeng besar yaitu lempeng indo-australia yg bergerak ke arah utara, lempeng pasifik yg bergerak ke arah barat dan lempeng eurasia yg bergerak kearah selatan-tenggara serta lempeng yg lebih kecil yaitun lempeng filipina.
• Sulawesi membentuk link antara gugusan pulau asiatik timur dgn sistem pegunungan sunda.
• Pulau sulawesi memiliki empat buah lengan dgn proses tektonik yg berbeda-beda membentuk satu kesatuan mosaik geologi.
• Berdasarkan keadaan litotektonik pulau sulawesi dibagi 4 yaitu :
1. Mandala barat (west north sulawesi volcano- vlutonic arc)
Mandala baratmemanjang dri lengan utara sampai dgn lengan selatan pulau sulawesi. Secara umum busur ini terdiri dari batuan selatan pulau sulawesi. Secara umum busur ini terdiri dari batuan volkanik-plutonik berusia paleogen-kuarter dgn batuan sedimen berusia mesozoium-tersier dan batuan malahan.
2. Mandala tengah (central sulawesi metamorfic belt)
Berupa batuan malihan yg ditumpangi batuan bancuh (atau melange yaitu batuan yg tercampur baik ukuran maupaun jenisnya berasal dari proses pembentukan yg berbeda tercampur oleh proses tektonik atau sedimentasi) sebagia bagian dari blok australia.
Batuan magmatik potassic calc-alkaline berusia akhir miosen disulawesi tengah terdapat dbagian kiri bentangan zona sesar palu-koro, dimana batuan granit diwilayah tersebut berkorelasi dgn subduksi microcontinent banggai sula dgn pulau sukawesi pada.
3. Mandala timur (east sulawesi ophiolite belt)
• Sabuk ini terdiri ats batuan-batuan mafik dan ultramafik disertai batuan sedimen pelagis dan melange dibeberapa t4. Batuan ultramafik dominan dilengan tenggara, tetapi batuan mafik dominan lebih jauh keutara, terutama disepanjang pantai utara lengan tenggara sulawesi.
• Sekuens ofiolit yg lengkap terdapat dilengan timur, meliputi batuan mafik dan ultramafik, pillow lava dan batuan sedimen pelagis yg didominasi limestone laut dalam serta interkalasi rijang berlapis.
4. Banggai-sula dan tukang besi
• Fragmen benua banggai-sula dan tukang besi diwilayah sulawesi bersama-sama dgn area sulawesi tengah dan tenggara diyakini berasal dari bagian benua australia utara. Dataran ini masa jurassic bergerak ketimur laut memisahkan diri dari australia keposisi sekarang.
• Batuan metamorfik distribusikan secara luas dibagian timur sulawesi tengah dan pulau kabaena. Batuan metamorf tersebut dapat dibagi menjadi fasies amfibolit dan epidot-amfibolit dan kelompok dynamometamorfic tingkat rendah glaukofan atau fasies blueschist.
GEOGRAFI EKONOMI
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gêo ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan").Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
Geografi ekonomi ialah kajian lokasi, pengagihan, dan susunan ruangan tentang aktiviti-aktiviti ekonomi merentasi seluruh dunia. Isi yang diselidiki amat dipengaruhi oleh pendekatan perkaedahan seseorang penyelidik. Ahli teori lokasineoklasikmengikut jejak Alfred Weber dan cenderung menumpukan lokasi perindustrian dan menggunakan kaedah kuantitatif. Sejak dekad 1970-an, dua tindak balas yang umum terhadap pendekatan neoklasikisme telah mengubah disiplin ini dengan ketara:
• Ekonomi politik Marxisme yang bercabang daripada karya David Harvey; dan
• Geografi ekonomi baharu yang mengambil kira faktor-faktor sosial, budaya, dan institusi dalam ekonomi ruangan.
Geografi ekonomi biasa dianggap sebagai salah satu subbidang disiplin geografi. Bagaimanapun, pada masa kebelakangan ini, ahli-ahli ekonomi seperti Paul Krugman dan Jeffrey Sachs telah melibatkan diri dalam aktiviti-aktiviti yang boleh dianggap sebagai sebahagian geografi ekonomi.Krugman sanggup menggelar penggunaan pemikiran ruangannya pada teori perdagangan antarabangsa sebagai "geografi ekonomi baharu" yang bersaing secara langsung dengan pendekatan dalam disiplin geografi yang dikenali sebagai "geografi ekonomi baharu". Nama ekonomi kegeografian telah dicadangkan sebagai suatu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut.
Geografi dibedakan menjadi dua yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Geografi fisik menurut Nursid yaitu cabang geografi yang mempelajari gejala fisik dari permukaan bumi. Sedang geografi manusia yaitu cabang geografi yang bidang studinya aspek keruangan gejala di permukaan bumi dengan mengambil manusia sebagai obyek pokoknya. (Sumaatmaja,1988:52-53 ).
Nursid (1988:54 ) mendefinisikan geografi ekonomi sebagai cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur aktivitas keruangan ekonomi sehingga titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kedudukan geografi ekonomi dalam geografi?
2. Bagaimana pendekatan geografi ekonomi
3. Bagaimana metode dalam geografi ekonomi?
III. TUJUAN
1. Menjelaskan kedudukan geografi ekonomi dalam geografi.
2. Menjelaskan pendekatan geografi ekonomi.
3. Menjelaskan metode dalam geografi ekonomi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEDUDUKAN GEOGRAFI EKONOMI DALAM GEOGRAFI
Nursid (1988:54 ) mendefinisikan geografi ekonomi sebagai cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur aktivitas keruangan ekonomi sehingga titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia.
Geografi ekonomi merupakan satu kesatuan dari geografi. Letak dari geografi ekonomi ini seperti di dalam tubuh geografi. Seperti apa yang tertera di atas tadi. Bahwa ilmu geografi mengkaji alam dan manusia. Bisa dibilang bahwa geografi mempelajari 50% IPA dan 50% IPS.
50% IPA ini merupakan pengkajian menganai lingkungan fisik, seperti halnya: tanah, air, udara, tumbuhan, dan batuan. Sedangkan 50% IPS yang mengkaji manusia. Pegakajian manusia inilah yang perlu pembagian yang nantinya dikatkan dengan alam, sehingga muncul geografi ekonomi. Geografi sosiologi, geografi kependudukan dan demografi.
Kajian mengenai fenomena fisik dalam geografi akan selalu dikaitkan dengan ekonomi. Sehingga yang pertama dikaji adalah geografi fisiknya, kemudian nanti akan diinterelasikan ke ilmu ekonomi. Bisa dianalogikan seperti menaikan bendera ”geografi” terlebih dahulu,kemudian disusul dengan bendera ”ekonomi”. Bisa dipahami bahwa yang dikaji lebih dulu adalah geografi, kemudian disusul dengan ekonomi.
Dalam ilmu ekonomi, manusia sangat erat kaitanya dengan kebutuhan. Sering didengar bahwa ”kebutuhan manusia tidak terbatas, namun alat pemuas kebutuhan terbatas (SDA). Jika kebutuahan manusia tidak terbatas, dan alat pemuas terbatas, maka akan menimbulkan suatu permasalahan ekonomi. alat pemuas kebutuhan atau sumber daya alam inilah yang akan menjadi titi kajian geografi ekonomi. Sehingga pengkajian awal dimulai dari alat pemuas kebutuhan manuasia yang terbatas, kemudian dikaitkan dengan ekonomi. Jadi bisa disimpulkan bahwa kedudukan dari geografi ekonomi dalam kajian geografi adalah satu kesatuan yang menitik beratkan pada dua aspek yaitu: aspek fisik dan aspek non fisik.
Dengan demikian pokok Geografi Ekonomi adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia antara lain termasuk di dalamnya bidang pertanian dalam arti luas seperti pertambangan, industri, perdagangan, pelayanan, transportasi dan komunikasi. Sejalan dengan itu Miller dan Renner (1957) mengemukakan geografi ekonomi adalah studi tentang aktivitas-aktivitas ekonomi dan hubungannya dengan lingkungan fisikal.
Industri
Industri merupakan kegiatan pengolahan bahan mentah menjadi barang setengah jadi, atau pengolahan barang setengah jadi menjadi barang jadi ataupun mengubah bahan mentah menjadi barang jadi yang lebih bermanfaat. Pemilihan lokasi industri ditetapkan berdasarkan bermacam-macam orientasi.
Keputusan lokasi yang bersangkutan, ada yang berorientasi kepada energi, tenaga kerja, pasar, bahan baku, dan ada pula yang berorientasi pada kemajuan teknologi. Dasar orientasi keputusan tersebut terutama ditekan kepada biaya transportasi yang terendah (Sumaatmaja,1988:129).Menurut Weber, tiga faktor utama penentu lokasi adalah material dan konsumsi, kemudian tenaga kerja. Semua itu ditimbang dengan biaya transportasi, dengan menggunakan beberapa asumsi demikian: (a) hanya tersedia satu jenis alat transportasi, (b) tempat berproduksi ( lokasi pabrik ) hanya pada satu tempat, (c) jika ada beberapa bahan mentah, asalnya itu dari beberapa tempat.
Industri dalam arti luas adalah seluruh kegiatan manusia yang produktif, jadi di sini industri meliputi juga industri pertanian, industri peternakan, pertambangan, dsb. Sedangkan dalam arti sempit industri dapat diartikan dengan bagian dari proses produksi yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi.
Dalam menentukan lokasi suatu industri untuk memperoleh perkembangan memerlukan perencanaan yang baik, karena berkaitan dengan produk yang dihasilkan.
Faktor yang menunjang dalam perindustrian di Indonesia.
a. Jumlah penduduk Indonesia sangat banyak (sebagai tenaga kerja dan pemasaran/konsumen)
b. Suasana industri yang baik
c. Jaringan komunikasi dan transportasi yang mantap.
d. Terjaminnya persediaan bahan mentah (hasil pertanian, hasil hutan, hasil laut,hasil tambang).
e. Tersedianya tenaga energi
f. Pasar dan sarana pasar yang baik
g. Perangkat pengelola yang baik.
h. Ketenteraman politik dan sosial.
i. Posisi silang Indonesia yang strategis (memperlancar pemasaran ke negara tetangga)
Syarat-syarat berdirinya suatu industri yaitu:
a. Tersedianya bahan mentah
b. Tersedianya modal
c. Tersedianya sumber tenaga seperti tenaga dari minyak bumi,batu bara, air,dan sebagainya.
d. Adanya tenaga buruh (termasuk tenaga ahli)
e. Tempat pemasaran bagi hasil industri
f. Tersedianya sarana dan prasarana transportasi
g. Lokasi yang baik
Dalam studi Geografi yang studinya memperhatikan relasi lingkungan, tidak bisa lepas dari konsep lokasi. Lokasi merupakan konsep utama yang menjadi ciri khusus dari pengetahuan geografi. Lokasi dapat dibedakan antara lokasi absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut suatu wilayah atau tempat yaitu lokasi.
B. PENDEKATAN DAN METODEGEOGRAFI EKONOMI
Geografi ekonomi adalah studi tentang variasi wilayah dimuka bumi yang mencakup aktifitas manusia, meliputi : produksi, konsumsi, dan distribusi dalam hubungannya dengan lingkungan tempat hidupnya.
(Alexander, 1963), Geografi sebagai studi variasi keruangan di permukaan bumi di mana manusia melakukan aktivitas yang berhubungan dengan produksi, pertukaran dan pemakaian sumber daya demi kesejahteraannya.
Nursid (1988:54 ), Geografi ekonomi sebagai cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur aktivitas keruangan ekonomi sehingga titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangan-komunikasi-transportasi dan lain sebagainya.
H. Robinson (1979), Geografi ekonomi sebagai ilmu yang membahas mengenai cara-cara manusia dalam kelangsungan hidupnya berkaitan dengan aspek keruangan, dalam hal ini berhubungan dengan eksplorasi sumber daya alam dari bumi oleh manusia, produksi dari komoditi (bahan mentah, bahan pangan, barang pabrik) kemudian usaha transportasi, distribusi, konsumsi.
(Miller, 1984), Geografi ekonomi merupakan cabang dari geografi manusia di mana bidang studinya adalah struktur keruangan aktivitas ekonomi.
(Miller dan Renner, 1957), Geografi ekonomi adalah studi tentang aktivitas-aktivitas ekonomi dan hubungannya dengan lingkungan fisikal.
 Geografi pertanian
 Geografi Industri
 Geografi perdagangan dan industri
 Geografi sumberdaya
 Geografi energi
 Geografi pariwisata
Ada dua pendekatan dalam Geografi Ekonomi:
1. Pendekatan regional
Suatu daerah yang pada umumnya memperlihatkan suatu keseragaman dari pada hasil kerja segolongan penduduk di daerah itu dalam mengambil faedah atau manfaat dari sumber-sumber alam yang ada, dengan membedakannya dari daerah lain di sekitarnya.
2. Pendekatan Topik
Pendekatan mengenai suatu gejala atau fenomena tertentu atau terhadap gejala-gejala pembentuk fenomena.
Region: suatu wilayah muka bumi yang karena kerjasama dan pengaruh berbagai faktor memperlihatkan suatu individualitas dan homogenitas tersendiri, dan jelas dapat dibedakan dari daerah disekitarnya.
Empat cara (metode) untuk mengkaji hub dlm Geo Ekonomi:
1. Analisis sebab akibat (spasial)
Pemahaman mengenai hubungan sebab untuk menjawab pertanyaan:
a. Mengapa tanaman jagung berada di daerah itu?
b. Bagaimanakah karakteristiknya?
Sedangkan pemahaman mengenai hub akibat memungkinkan utk menjawab:
a. Bagaimana dampak tanaman jagung terhadap erosi tanah?
b. Peran apa yang dapat dimainkan pertanian jagung thd kehidupan ekonomi suatu tempat/daerah?
2. Hubungan antara fenomena fisik dan budaya (ekologikal)
a. Fenomena fisik menyangkut lingk alam, merupakan jumlah total unsur2 fisik (tanah, air, lahan, tumbuhan, iklim, hewan, udara, dsb).
b. Budaya berarti jumlah kesel prestasi manusia = pengetahuan, teknologi, sikap, seni, alat-alat, institusi sosial, organisasi sosial, politik, keyakinan (agama), sistem untuk mengontrol investasi modal dll.
3. Mencari hub di dalam suatu daerah, dan hub antara daerah yang satu dengan lainnya (kompleks wilayah)
Menganalisis hubungan antara variabel2 ruang dg meneliti variabel2 yg melibatkan ciri2 di dlm suatu daerah dan variabel yg menghub daerah itu dg daerah lain.
4. Hubungan korelasi (Asosiatif)
Analisis korelasi, pendekatan yg terbaru menggunakan teknik statistik untuk melihat derajat hub antara dua atau lebih fenomena.
BAB III
PENUTUP
Geo Ekonomi merupakan studi tentang variasi areal atau daerah di permukaan bumi dlm hubungannya dengan aktivitas manusia, yakni dalam hal memproduksi, mendistribusikan dan mengkonsumsi barang danjasa.
Ilmu Ekonomi adalahl ilmu yang mempelajari cara-cara yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas.
TESIS
BAB I
PENDAHULUAN
a. Pengertian Tesis
Tesis merupakan karya ilmiah dalam suatu bidang studi yang ditulis oleh mahasiswa Program Magister (S2) pada akhir studinya. Karya ilmiah ini merupakan persyaratan untuk menyelesaikan studi mereka pada salah satu program studi yang dapat ditulis berdasrakan hasil penelitian lapangan, atau hasil kerja pengembangan.
Tesis hasil penelitian lapangan adalah jenis penelitian yang berorientasi pada pengumpulan data empiris di lapangan. Ditinjau dari pendekatan yang digunakan, penelitian lapangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamnnya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahaannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verivikasi) dalam bentuk data empiris di lapangan. Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala secara holistik-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Ciri-ciri penelitian kualitatif mewarnai sifat dan bentuk laporannya. Oleh karena itu, laporan penelitian kualitatrif disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreatif dan mendalam serta menunjukkan ciri-ciri naturalistik yang penuh keotentikan.
Kerja pengembangan adalah kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah aktual. Dalam hal ini, kegiatan pengembangan ditekankan pada pengembangan teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau temuan-temuan penelitian untuk memecahkan masalah. Tesis yang ditulis berdasarkan hasil kerja pengembangan menuntut format dan sistematika yang berbeda dengan skripsi, tesis, dan disertasi yang ditulis berdasarkan hasil penelitian, karena karakteristik hasil kegiatan pengembangan dan kegiatan penelitian tersebut berbeda. Kegiatan penelitian pada dasarnya berupaya mencari jawaban suatu permasalahan, sedangkan kegiatan pengembangan berupaya penerapkan temuan atau teori untuk memecahkan suatu permasalahan.
B. Perbedaan Skripsi, Tesis, dan Disertasi
Perbedaan antara skripsi, tesis, dan disertasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek kuantitatif dan aspek kualitiatif. Dari aspek kuantitatif, secara literal dapat dikatakan bahwa disertasi lebih berat bobot akademisnya dari tesis dan tesis lebih berat bobot akademisnya dari skripsi. Ketentuan ini hanya bisa diperlakukan untuk jenis karya ilmiah yang sama (sama-sama hasil penelitian kuantitatif atau sama-sama hasil penelitian kualitatif). Artinya disertasi mencakup bahasan yang lebih luas dari pada tesis, dan tesis mencakup bahasan yang lebih luas dari pada skripsi. Namun demikian, ini tidak dapat diperlakukan untuk membandingkan antar disiplin dan bidang ilmu. Oleh karena itu, perbedaan skripsi, tesis, dan disertasi biasanya tidak hanya dilihat pada aspek kuantitatif, tetapi lebih banyak dilihat dari aspek kualitatif.
Pada dasarnya, aspek-aspek kualitatif membedakan skripsi, tesis, dan disertasi dapat dikemukakan secara kontekstual, namun sulit dibedakan secara operasional. Berikut ini dikemukakan aspek-aspek yang dapat membedakan antara skripsi, tesis, dan disertasi, terutama hasil penelitian kuantitatif.
1. Aspek Permasalahan
Penulis disertasi dituntut untuk mengarahkan permasalahan yang dibahas dalam disertasinya agar temuannya dapat memberikan sumbangan “asli” bagi ilmu pengetahuan, sedangkan penulis tesis diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan. Sumbangan yang demikian itu tidak dituntut dari penulis skripsi.
Identifikasi masalah untuk skripsi dapat didasarkan atas informasi dari koran, majalah, buku, jurnal, laporan penelitian, seminar, atau keadaan lapangan, akan tetapi indentifikasi masalah untuk tesis terlebih lagi untuk disertasi perlu didasarkan atas teori-teori yang berdasar dari sejumlah hipotesis yang telah teruji. Masalah yang dikaji dalam skripsi cendrung pada masalah-masalah yang bersifat penerapan ilmu, sedangkan dalam tesis dan disertasi harus cenderung ke arah pengembangan ilmu.
2. Aspek Kajian Pustaka
Dalam mengemukakan hasil kajian pustaka, penulis skripsi hanya diharapkan untuk menjelaskan keterkaitan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian-penelitian lain dengan topik yang sama. Penulis tesis tidak hanya diharapkan diharapkan mengemukakan keterkaitannya saja, tetapi juga harus menyebutkan secara jelas persamaaan dan perbedaan antara penelitiannya dengan penelitian lain yang sejenis. Penulis disertasi diharapkan dapat (a) mengidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas, (b) mengemukakan pendapat pribadinya setiap kali membahas hasil-hasil penelitian lain yang dikajinya, (c) menggunakan kepustakaan dari disiplin ilmu lain yang dapat memberikan implikasi terhadap penelitian yang dilakukan, dan (d) memaparkan hasil pustakanya dalam kerangka berfikir yang konseptual dengan cara sistematis.
Pustaka yang dijadikan sumber acuan dalam kajian pustaka pada skripsi seyogyanya menggunakan sumber primer dan dapat juga menggunakan sumber sekunder, namun pustaka yang menjadi bahan acuan pada tesis diharapkan berasal dari sumber-sumber primer (hasil penelitian dalam laporan penelitian, seminar hasil penelitian, dan jurnal-jurnal penelitian). Untuk disertasi, penggunaan sumber-sumber primer merupakan keharusan.
3. Aspek Metodologi Penelitian
Penulis skripsi dituntut untuk menyebutkan apakah sudah ada upaya untuk memperoleh untuk memperoleh data penelitian secara akurat dengan menggunakan instrumen pengumpul data yang valid. Bagi penulis tesis, penyebutuan adanya upaya saja tidak cukup, tetapi dia harus menyertakan bukti-bukti yang dapat dijadikan pegangan bahwa instrumen pengumpul data yang digunakan cukup valid. Bagi penulis disertasi, bukti-bukti validitas instrumen pengumpul data harus dapat diterima sebagai bukti yang tepat.
Dalam skripsi, penyimpangan yang mungkin terjadi dalam pengumpulan data tidak harus dikemukakakn, sednagkan dalam tesis dan disertasi ppenyimpangan yang mungkin terjadi dalam pengumpulan data harus dikemukakan, beserta alasan-alasannya, sejauh mana penyimpangan tersebut, dan sejauh mana penyimpangan tersebut masih dapat ditoleransi.
Dalam penelitian kuantitatif, skripsi dapat mencakup satu variabel saja, tesis dua variabel atau lebih, sedangkan disertasi harus lebih dari dua variabel. Namun kriteria ini harus disesuaikan dengan masalah yang dikaji. Dalam penelitian kualitatif, skripsi dapat ditulis dalam berdasarkan kasus tunggal dan dalam satu lokasi saja, sedangkan tesis dan terutama disertasi seyogyanya didasrkan pada studi multikasus dan multisitus.
4. Aspek Hasil Penelitian
Hasil penelitian skripsi harus didukung oleh data yang diperoleh dari penelitian yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Dalam tesis dan disertasi, hasil penelitian yang dikemukakan, selain didukung oleh data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan, juga harus dibandingkan dengan hasil penelitian yang lain yang sejenis. Oleh karena itu dalam tesis dan disertasi perlu ada bab tersendiri yang menyajikan pembahasan hasil penelitian.
Pengajuan saran pada bagian akhir skripsi tidak harus dilengkapi dengan argumentasi yang didukung oleh hasil penelitian, sedangkan saran-saran yang dikemukakan dalam tesis dan disertasi harus dilengkapi dengan argumentasi yang dilakukan oleh hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan.
D. Kode Etik Penulisan Karya Ilmiah
Seorang peneliti dalam rangka melakukan penelitian tesis dan karya ilmiah lainnya selayaknya memiliki kesadaran yang tinggi terhadap:
1) Status dan peran sebagai ilmuan dimasyarakat
2) Konteks sosial dari prose dan hasil dari laporan hasil penelitiannya yang akan dibaca oleh komunitas atau masyarakat akademis
3) Adanya norma-norma ilmiah yang harus dipatuhi
Kesadaran tersebut membawa seorang peneliti kepada pertanggung jawaban kepada diri sendiri, masyarakat peneliti, dan kepada masyarakat luas.
Etika peneliti memberikan patokan apa yang sah dikerjakan dan apa yang tidak sah atau dilarang dilakukan serta nilai-nilai moral yang harus dipatuhi oleh seorang peneliti dalam melakukan pelaksanaan proses penelitian.
Etika penelitian yang termasuk pelanggaran ilmiah yaitu :
1) Plagiarism : mencuri ide orang lain ( mengutip tanpa menunjukan sumbernya)
2) Memalsukan data (merubah hasil-hasil penelitian yang sesungguhnya ditemukan dilapangan)
3) Berbohong mengenai metodologi yang digunakan (dalam penentuan sampel, dalam penentuan randominasi subjek dalam eksperimen dst)
4) Membuat data sendiri
5) Mengklaim penelitian orang lain
6) Mengubah data asli dari lapangan
Disamping itu peneliti melakukan penelitian selayaknya :
1) Tidak menghasilkan kerugian pada responden/ subjek penelitian
2) Harus mendapat persetujuan dari objek/ subjek penelitian dalam pengumpulan data
3) Jangan merendahkan, melecehkan, menyinggung perasaan, membuat stress responden, membuat malu, atau menggelisahkan responden
4) Jangan menimbulkan kesan/ informasi yang keliru dan merugikan
5) Jangan menimbulkan kerugian, gangguan psikis, sosial, fisik, hukum, karir responden
6) Memberikan jaminan anonimitas dan konfidentalitas bagi subjek atau responden
7) Menjaga privacy responden
8) Perhatikan akibat-akibat negatif terhadap subjek/ objek penelitian
9) Tidak boleh memaksakan pihak yang diteliti
BAB II
SISTEMATIKA TESIS
Tesis dalam pedoman ini dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu yang disusun berdasarkan hasil penelitian kuantitatif, kualitatif, dan tindakan kelas.
A. Tesis Hasil Penelitian Kuantitatif
Sebagai pedoman ringkas bagi mahasiswa yang akan memilih metode penelitian kuantitatif perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Paradigma penelitian kuantitatif adalah positivism, bahwa dunia kehidupan sosial dapat diteliti berdasarkan prinsip-prinsip hukum sebab akibat seperti layaknya hukum-hukum alam yang berlaku pada kehidupan sehari-hari. Paradigma merupakan framework (kerangka pandang) yang berfungsi sebagai petunjuk atau peta bagi komunitas ilmuan (scientific) dalam menentukan jawaban atau memberikan penjelasan-penjelasan definisi dan teori-teori secara ringkas. Paradigma merupakan suatu cara pandang terhadap realitas dunia kehidupan. Paradigma riset menentukan tidak hanya pendekatan atau metode-metode riset yang akan digunakan, tetapi juga menentukan tujuan-tujuan penelitiannya, serta peran-peran peneliti di dalamnya.
2. Pendekatan positivism, memandang bahwa ontologi realitas dapat dipecah-pecah, dapat dipelajari independen, dieliminasi dari objek yang lain,dan dapat dikontrol. Tinjauan dari unsur epistemologi tujuan penelitiannya yaitu menyusun bangunan ilmu nomothetik, yaitu ilmu yang berupaya membuat hukum berdasarkan hasil generalisasi. Tinjauan unsur aksiologi, positium menuntut agar penelitian itu bebas nilai, yang mengusahakan objektivitas agar dapat ditampilkan prediksi atau hukum yang keberlakuannya bebas waktu dan tempat.
3. Asumsi dari penelitian kuantitatif bahwa fakta-fakta dari objektif, dan variabel-variabel dapat diidentifikasi dan hubungan-hubungannya dapat diukur.
4. Alasan atau tujuan untuk melakukan penelitian adalah untuk mendapatkan deskripsi penjelasan-penjelasan kausal, mendapatkan generalisasi hasil, dan memprediksi suatu peristiwa berdasarkan sejumlah variabel prediktor.
5. Proses pendekatan risetnya secara ringkas mencakup : (1) permasalahan penelitian, (2) deduksi teori, (3) hipotesis, (4) disain penelitian, (5) rancangan pengukuran konsep-konsep dengan instrumen-instrumen pengumpul data, (6) penentuan populasi dan sampel, (7) uji coba instrumen, (8) pengumpulan data, (9) mengolah dan analisa data, (10) menarik kesimpulan atau menentukan temuan-temuan hasil penelitian, (11) penulisan laporan hasil penelitian.
Berdasarkan ciri tersebut maka isi dan sistematika tesis sebagai Proposal Penelitian kuantitatif dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Masing-masing bagian dapat dirinci sebagai berikut.
1. Bagian Inti
¬
Bagian ini berisi inti isi tesis yang meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Indentifikasi Masalah
C. Perumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A Landasan Teori
1. Variabel Y
2. Variabel X1
3. Variabel X2
B. Hasil Penelitian yang Relevan
C Kerangka Berpikir (berdasarkan sinesis teori)
D. Hipotesis Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat, dan waktu penelitian
B. Jenis dan Disain Penelitian
C. Populasi dan Sampel
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes
2. Non Tes
E. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
2. Pengujian Persyaratan Analisis
3. Pengujian Hipotesis
B. Pembahasan
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
B. Implikasi
C. Saran
Bagian inti dari tesis terdiri dari lima bab, yaitu Pendahuluan, Kajian pustaka atau landasan teori, Metodologi penelitian, Hasil Penelitian dan Pembahasan, dan penutup. Rincian isi dari masing-masing bab diuraikan pada bahasan berikut.
a. Bab I Pendahuluan
Pendahuluan adalah bab pertama dari tesis yang mengantarkan pembaca untuk dapat menajawab pertanyaan apa yang diteliti, untuk apa, dan mengapa penelitian dilakukan. Oleh karena itu, bab pendahuluan ini pada dasarnya memuat (1) latar belakang masalah, (2) identifikasi masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian.
Latar Belakang Masalah. Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang melarbelakangi masalah yang diteliti. Di dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar, hasil diskusi ilmiah atupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang kuat.
Identifikasi Masalah. Identifikasi masalah yang yang akan diangkat pada diangkat menjadi rumusan masalah dipilih sesuai dengan tujuan penelitian. Identifikasi masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pernyataan-pernyataan yang hendak dicarikan jawabannya.
Rumusan Masalah. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah Rumusan masalah hendaknya disusun secara ringkas, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang akan diteliti, jenis dan hubungan antara variabel tersebut, dan subyek penelitian. Selain itu, rumusan masalah dapat diuji secara empiris dan memungkinkan pengumpulan datanya untuk menjawab pertanyaan penelitian. Contoh: Apakah terdapat hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam mata pelajaran bahasa Inggris?
Tujuan Penelitian. Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang akan dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada rumusan masalah penelitian. Masalah penelitian dirumuskan dengan cara menggunakan kalimat tanya, sedangkan pada tujuan penelitian menggunakan kalimat pernyataan. Contoh: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam mata pelajaran bahasa Inggris.
Manfaat Penelitian. Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau manfaat penelitian yang dilakukan, baik secara teoretis dalam arti pengembangan ilmu maupun manfaat praktis yang dapat digunakan oleh masyarakat. Dengan kata lain, uraian pada subbab kegunaan penelitian memberikan alasan kelayakan akan masalah yang diteliti.
b. Landasan Teori dan Hipotesis Penelitian
Kerangka teoretik atau kajian pustaka memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoretik tentang obyek (variabel) yang diteliti dan kesimpulan tentang kajian antara lain berupa argumentasi tentang hipotesis yang telah diajukan. Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti, maka diperlukan kajian teori yang mendalam. Selanjutnya argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagi landasan penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang relevan. Pembahasan terhadap satu hasil penelitian tidak dilakukan secara terpisah dalam satu subbab tersendiri.
Bahan-bahan kajian pustaka dapat diangkat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoritis dan telaah terhadap temuan-temuan penelitian didasarkan pada sumber kepustakaan primer, yaitu bahan pustaka yang isinya bersumber pada temuan penelitian. Bahan kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip kemutakhiran, dan (2) prinsip relevansi.
Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian. Penelitian kuantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak memerlukan hipotesis. Oleh karena itu, sub bab hipotesis tidak harus ada dalam tesis hasil penelitian kuantitatif.
Secara prosedural hipotesis penelitian dilakukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis adalah rangkuman dan kesimpulan teoretis yang diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian secara teoritis yang dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya.
Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antarvariabel, melainkan telah ditunjukkan sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu. Contoh: Ada hubungan yang positif antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam mata pelajaran bahasa Inggris.
c. Bab III Metodologi Penelitian
Pokok-pokok bahasan yang terdapat pada bab metodologi penelitian paling tidak mencakup (1) tempat dan waktu penelitian (2) jenis dan rancangan penelitian, (3) populasi dan sampel, (4) instrumen penelitian, (5) teknik pengumpulan data, dan (6) teknik analisis data.
Tempat dan Waktu Penelitian. Tempat dan waktu penelitian harus jelas dalam penelitian. Dengan adanya tempat dan waktu penelitian akan memberikan gambaran tentang latar dan setting penelitian dan hal ini akan berpengaruh pada pengumpulan dan hasil pengumpulan data untuk mencapai tujuan penelitian.
Jenis dan Disain Penelitian. Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan perlu diberikan untuk setiap jenis penelitian, terutama penelitian eksperimental. Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian eksperiemental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkan peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel terikat.
Pada penelitian noneksperimental, bahasan dalam subbab rancangan penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan dutinjau dari tujuan dan sifatnya, apakah penelitian eksploratoris, deskriptif, eksplanatoris, survei, atau penelitian historis, korelasional, dan komparasi kausal. Di samping itu, dalam bagian ini dijelaskan pula variabel yang dilibatkan dalam penelitian serta sifat dan hubungan antara variabel-variabel tersebut.
Populasi dan Sampel. Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subyek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subyek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam survei, sumber data lazim disebut responden, dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subyek tergantung pada cara pengambilan datanya.
Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Hal yang dibahas dalam bagian populasi dan sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subyek penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel.
Instrumen Penelitian. Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen pengumpul data atau alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Dengan cara ini akan terlihat apakah instrumen yang dugunakan sesuai dengan variabel yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Sebuah instrumen yang bagus harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Dalam tesis ada bagian yang menjelaskan proses validasi instrumen. Hal lain yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah cara pemberian skor atau kode terhadap masing-masing butir pertanyaan/pernyataan.
Teknik Pengumpulan Data. Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pengumpulan data.
Pengembangan Instrumen. Bagian ini menguraikan tentang definisi konseptual, definisi operasional, kisi-kisi instrument, dan hasil uji coba instrument dengan pengujian validitas dan reliabilitas.
Teknik Analisis Data. Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu statistik deskriptif, dan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametrik dan nonparametrik.
Pemilihan jenis analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena itu, yang penting diperhatikan dalam analisis data adalah ketepatan teknik analisisnya.
Daftar Rujukan
Bahan pustaka yang dimasukkan ke dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaiknya semua bahan pustaka yang dirujuk pada tesis dan disertasi harus dimasukkan dalam daftar rujukan. Tata cara penulisan daftar rujukan dibahas tersendiri pada bab berikutnya.
BAB III
FORMAT PENULISAN TESIS
A. Kertas
Kertas yang digunakan adalah kuarto ukuran 24 ¼ x 28 cm dan berat 80 gram.
B. Ketikan
Huruf (font) 12 Times New Roman dengan 2 spasi. Batas pengetikan adalah 4 cm dari batas atas. 4 cm dari pinggir kiri, 3 cm dari pinggir kanan, dan 3 cm dari batas bawah.
C. Kulit muka
Dijilid tebal dengan huruf mempergunakan tinta emas dan warna kulit oranye.
D. Nomor Halaman
Nomor halaman ditaruh disebelah kanan atas, kecuali nomor halaman bagi bab baru,yang ditaruh ditengah bawah. Nomor halaman dengan angka Arab dimulai dengan tubuh utma tulisan (Bab 1) sedangkan bagi hal-hal yang bersifat mengantar dipergunakan angka latin dengan mengunakan alfabet huruf kecil (seperti i, iv, v dan x ) yang ditaruh ditengah bawah, lampiran juga diberi nomor halaman seperti halaman tubuh utama tulisan.
E. Abstrak
Abstrak diketik 1 spasi maksimal 1 halaman. Ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan Abstrak bahasa Inggris ditulis terlebih dahulu.
F. Gaya Penulisan
Penulisan memakai gaya esai, dilarang mengunakan sistem penomoran kecuali dalam hal-hal yang relevan seperti perumusan masalah dan perumusan hipotesis. Dilarang mengunakan singkatan dalam tubuh tulisan maupun lampiran. Singkatan diperkenankan dalam tabel atau bagan tetapi diiringi dengan keterangan untuk setiap tabel atau bagan tersebut.
G Kutipan
Kutipan langsung diperkenankan maksimal 30 persen dari seluruh kutipan dalam tubuh tulisan. Kutipan sebaiknya mempergunakan pernyataan yang telah disimpulkan dan ditulis sendiri (parafrase). Dilarang mengambil kutipan langsung lebih dari 5 baris. Dalam satu halaman dilarang mengandung lebih dari 1 kutipan langsung. Kutipan lanngsung dipergunakan hanya untuk hal-hal yang penting seperti definisi atau pendapat seseorang yang khas. Kutipan langsung dalam bahasa asing diperkenankan asalkan diberi terjemahan dalam bahasa Indonesia di dalam tubuh tulisan sedangkan bahasa asing ditulis dalam catatan kaki atau diletakkan dibawah kutipan bahasa indonesia yang diberi tanda kurung.
H Kosa kata
Tulisan harus mempergunakan kosa kata bahasa Indonesia yang baku yang tercantm dalam kamus umum bahasa Indonesia atau kamus-kamus istilah dan daftar istilah yang diterbitkan oleh pusat bahasa. Dilarang mempergunakan kata asing yang diterjemahkan begitu saja seperti “ Reliable” dan “Valid”. Semua terminologi asing seperti “motor learning” harus diterjemahkan dalam bahasa Indonesia,Sekiranya perlu diterjemahkan ini diikuti oleh bahasa aslinya dalam tanda kurung,atau diantara tanda petik tunggal (‘……’)
I Daftar Pustaka
Daftar pustaka yang boleh dicantumkan hanya sumber referensi yang dikutip langsung atau tidak langsung dalam tulisan.
K. Lampiran
Merupakan bagian dari tulisan yang harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya, semua lampiran diberi nomor urut, judul dan nomor halaman,semua singkatan harus diberi penjelasan langsung dalam halaman yang bersangkutan termasuk lambang-lambang statistika seperti jk (jumlah kuadrat) atau dk (derajat kebebasan). Disamping hal-hal yang perlu disertakan maka lampiran harus mengandung :
1. Data lengkap dari setiap variabel yang diteliti yang ditransfer dari instrumen pengukuran, (data mentah yang berupa kusioner yang telah diisi harus dibawa dalam ujian tertutup sebab ada kemungkinan diminta oleh komisi penguji)
2. Perhitungan lengkap analisis data lengkap dengan rumus statistika yang dipakai. Semua lambang statistika harus diperjelas artinya (lihat lampiran diatas). Dilarang mempergunakan program komputer dengan tidak mengetahui rumus yang dipakai. Print out komputer tidak dilampirkan.
3. Instrumen penelitian yang lengkap
4. Dokumen yang tidak mempunyai relevansi dengan tubuh penulisan seperti surat keputusan dan surat izin penelitian tidak dilampirkan.
L Tabel / Bagan / Grafik / Gambar
Semua tabel / bagan / grafik / gambar diberi nomor: judul dan nomor halaman, judul tabel ditaruh diatas sedangkan judul bagan / grafik / gambar ditaruh dibawah.
Setiap singkatan apapun harus diberikan keterangan langsung dihalaman yang sama dalam catatan kaki.
M. Potret
Potret sebagai ilustrasi dalam tesis maka ilustrasi yang diertakan itu harus merupakan potret yang sesungguhnya dan bukan merupakan foto copy, sering terjadi kopi asli saja yang disertai dengan foto copy ilustarsi yang diambil dari buku cetak lainnya. Reproduksi yang bersifat fotografis diperkenankan.
N. Angka
Mengunakan pembulatan dua angka dibelakang koma baik untuk besaran absolut maupun besaran relatif seperti koefisien.
O. Nama Subjek Penelitian
Nama subjek penelitian yang dikaitkan dengan skor pengukuran dihilangkan dan diganti dengan nomor urut.
BAB IV
TEKNIK PENULISAN TESIS
Bab ini akan membahas petunjuk yang berkaitan dengan sistematikan penulisan, cara merujuk/mengutip dan menulis daftar rujukan, tabel, dan gambar, dan petunjuk praktis teknis penulisan yang meliputi hal-hal yang perlu diperhatikan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan
A. Sistematika Penulisan Tesis
Penulisan judul bab yang berperingkat 1 sama dengan yang berlaku untuk alternatif Pertama, yaitu dengan menempatkannya ditengah memakai huruf besar semua dan bold. Peringkat selanjutnya dinyatakan dengan huruf dan ngka sebagai berikut.
(1) Peringkat 2 ditunjukkan dengan urutan huruf besar (A, B, C, dst.) memakai ttitik dan ditulis dengan huruf besar kecil dan bold.
(2) Peringkat 3 ditunjukkan dengan urutan angka (1,2,3, dst.) memakai titik ditulis dengan huruf besar kecil dan bold.
(3) Peringkat 4 ditunjukkan dengan urutan huruf kecil (a, b, c, d dst.) memakai titik dan ditulis dengan huruf besar kecil dan bold.
(4) Peringkat 5 ditunjukkan dengan angka (1,2,3 dst.) memakai kurung tutup tanpa titik.
(5) Butir uraian atau contoh dibedakan atas butir hirarkis dan butir non hirarkis sama dengan alternatif pertama dan kedua.
Contoh
B. Cara Merujuk dan Mengutip dan Menulis Daftar Rujukan
1. Cara Merujuk/Mengutip
Perujukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir dan tahun di antara tanda kurung. Jika ada dua penulis, perujukan dilakukan dengan cara menyebut nama kahir kedua penulis tersebut. Jika penulisnya lebih dari dua orang, penulisan rujukan dilakukan dengan cara menulis nama pertama dan penulis tersebut diikuti dengan dkk. Jika nama penulis tidak disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga yang menerbitkan, nama dokumen yang diterbitkan, atau nama koran. Untuk karya terjemahan, perjukan dilakukan dengan cara menyebutkan nama penulis aslinya.
a. Cara Merujuk Kutipan Langsung
Kutipan Kurang dari 40 kata
Kutipan yang berisi kurang dari 40 kata ditulis diantara tanda kutip (“……”) sebagian bagian terpadu dalam teks utama, dan diikuti nama penulis, tahun dan nomor halaman di dalam kurung. Lihat contoh berikut
Nama penulis disebut dalam teks secara terpadu.
Contoh:
Soebronto (1990:123) menyimpulkan “ada hubungan yang erat antara faktor sosial ekonomi dengan kemajuan belajar”.
Nama penulis disebut bersama dengan tahun penerbitan dan nomor halaman.
Contoh:
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah “ada hubungan yang erat antara faktor sosial ekonomi dengan kemajuan belajar” (Subronto, 1990:123).
Jika ada tanda kutip dalam kutipan, digunakan tanda kutip tunggal (‘…’)
Contoh:
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah “terdapat kecendrungan semakin banyak ‘campur tangan’ pimpinan oerusahaan semakin rendah tingkat partisipasi karyawan di daerah perkotaan” (Soewignyo, 1991:101).
Kutipan 40 Kata atau Lebih
Kutipan yang berisi 40 kata atau lebih ditulis tanpa tanda kutip secara terpisah dari teks yang mendahului, ditulis 1,2 cm dari garis tepi sebelah kiri dan kanan, dan diketik dengan spasi tunggal. Nomor halaman juga harus ditulis.
Contoh:
Smith (1990:276) menarik kesimpulan sebagai berikut.
The ‘placebo effect’, which had been verified in previous studies, disappeared when behaviors were studied in this manner. Furthermore, the behaviors were never exhibited again, even when real drugs were administered.
Kutipan yang Sebagian Dihilangkan
Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata dalam kalimat yang dibuang, maka kata-kata yang dibuang dengan tiga titik.
Contoh:
“Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah … diharapkan sudah melaksanakan kurikulum baru” (Manan, 1995:278).
Apabila ada kalimat yang dibuang, maka kalimat yang dibuang diganti dengan empat titik.
Contoh:
“Gerak manipulatif adalah keterampilan yang memerlukan koordinasi antara mata, tangan, atau bagian tubuh lain …. Yang termasuk gerak manipulatif antara lain adalah menangkap bola, menendang bola, dan menggambar” (Asim, 1995:315).
b. Cara Merujuk Kutipan Tidak Langsung
Kutipan yang disebut secara tak langsung atau dikemukakan dengan bahasa penulis sendiri ditulis tanpa tanda kutip dan terpadu dalam teks. Nama penulis dan bahan kutipan dapat disebut terpadu dalam teks, atau disebut dalam kurung bersama tahun penerbitnya.
Nama penulis terpadu dalam teks.
Contoh:
Salimin (1990:13) tidak menduga bahwa mahasiswa tahun ketiga lebih baik daripada mahasiswa tahun keempat.
Nama penulis disebut dalam kurung bersama tahun penerbitnya.
Contoh:
Mahasiswa tahun ketiga ternyata lebih baik daripada mahasiswa tahun keempat
(Salimin, 1990:13).
c. Cara Menulis Daftar Rujukan
Daftar Rujukan merupakan daftar yang berisi buku, makalah, artikel, atau bahan lainnya yangdikutip baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Unsur-unsur yang ditulis dalam daftar rujukan secara berturut-turut meliputi (1) nama penulis dengan urutan nama akhir, nama awal dan nama tengah, tanpa gelar akademik, (2) tahun penerbitan, (3) judul, termasuk anak judul (subjudul), (4) kota tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit.
1) Rujukan dari Buku
Tahun penerbitan ditulis setelah nama penulis diakhiri dengan titik. Judul buku ditulis dengan hruf miring, dengan huruf besar pada awal setiap kata, kecuali kata hubung. Tempat penerbitan dan nama penerbit dipisahkan dengan titik dua (:).
Contoh:
Strunk, W.Jr & While, E.B. 1979. The Elements of Style (3rd ed.) New York: Macmillan.
Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber ditulis oleh orang yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama pula, data tahun penerbitan diikuti oleh lambang a, b, c, dan seterusnya yang urutannya ditentukan secara kronologis.
Contoh:
Cornet, L. & Weeks, K. 1985a. Career Ladders Plans: Trends and Emerging Issues-1985.Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse.
Cornet, L & Weeks, K. 1985b. Planning Career Ladders: Lesson from the States. Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse.
2) Rujukan dari Buku yang Berisi Kumpulan Artikel (Ada Editornya)
Seperti menulis rujukan dari buku ditambah dengan tulisan (Ed.) jika ada satu editor dan (Eds) jika lebih dari satu editors dia natara nama penulis dan tahun penerbitan.
Contoh:
Letheridge, S. & Cannon, C.R. (eds.) 1980. Bilingual Education: Teaching English as a Second Language. New York: Praeger.
Aminuddin (ed.) 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang bahasa dan Sastra. Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.
Rujukan dari Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel (Ada Editornya)
Nama penulis artikel ditulis di depan diikuti dengan tahun penerbitan. Judul artikel ditulis tanpa cetak miring. Nama editor ditulis sperti menulis nama biasa, diberi keterangan (Ed.) bila hanya satu editor dan (Eds) bila lebioh dari satu edotor. Judul buku kumpulannya ditulis dengan hruf miring, dan nomor halamannya disebutkan dalam kurung.
Contoh:
Hasan, M.Z. 1990. Karakteristik Penelitian Kualitatif. Dalam Aminuddin (Ed.) Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra (hlm.12-25) Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.
3) Rujukan dari Artikel dalam Jurnal
Nama penulis ditulis paling depan diikuti dengan tahun dan judul artikel yang ditulis dengan cetak biasa, dan huruf besar pada tiap awal kata. Nama jurnal ditulis dengan cetak miring, dan huruf awal dari setiap katanya ditulis dengan huruf besar kecuali kata hubung. Bagian akhir berturut-turut ditulis jurnal tahun ke berapa, nomor berapa (dalam kurung), dan nomor halaman dari artikel tersebut.
Contoh:
Hanafi, A. 1989. Partisipasi dalam Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi. Forum Penelitian, 1 (1):33-47.
4) Rujukan dari Artikel dalam Majalah atau Koran
Nama penulis ditulis paling depan, diikuti oleh tanggal, bulan, dan tahun (jiuka ada) Judul artikel ditulis dengan cetak biasa, dan huruf besar pada tiap awal kata, kecuali kata hubung. Nama majalah ditulis dengan huruf kecil kecuali huruf pertama setiap kata dan dicetak miring. Nomor halaman tersebut pada bagian akhir.
Contoh:
Huda, M. 13 November, 1991. Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering. Jawa Pos, hlm.6
Suryadarma, S.V.C. 1990. Prosessor dan Interface: Komunikasi Data.. Info Komputer, IV (4): 46-48.
5) Rujukan dari Koran Tanpa Penulis
Nama koran ditulis bagian awal. Tanggal, bulan, dan tahun ditulis setelah nama koran, kemudian judul ditulis dengan huruf besar-kecil dicetak miring dan diikuti dengan nomor halaman.
Contoh:
Jawa Pos. 22 April. 1995. Wanita Kelas Bawh Lebih Mandiri, hlm.3.
6) Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah yang Diterbitkan oleh Suatu Penerbit
Tanpa penulis dan Tanpa lembaga
Judul dan nama dokumen ditulis di bagian awal dengan cetak miring, diikuti tahun penerbitan dokumen, kota penerbit, dan nama penerbit.
Contoh:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.
Rujukan dari Lembaga yang Ditulis Atas Nama Lembaga Tersebut
Nama lembaga penanggungjawab langsung ditulis paling depan, dikuti dengan tahun, judul karangan yang dicetak miring, nama dan tempat penerbitan, dan nama lembaga yang bertanggungjawab atas penerbitan karangan tersebut.
Contoh:
Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan.
7) Rujukan Berupa Karya Terjemahan
Nama penulis Asli ditulis paling depan, diikuti tahun penerbitan karya asli, judul terjemahan, nama penerjemah, tahunterjemahan, nama tempat penerbitan, dan nama penerbit teejemahan. Apa bila tahun penerbitan buku asli tidak dicantumkan, ditulis dengan kata tanpa tahun.
Contoh:
Ary, D., Jacobs, L.C. & Razavieh, A. Tanpa Tahun. Pengantar penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh Arif Furcha.1982. Surabaya: Usaha Nasional.
8) Rujukan Berupa Skripsi, Tesis, atau Disertasi
Nama penulis ditulis paling depan, diikuti tahaun yang tercantum pada samapul, judul skripsi, tesis atau disertasi ditulis dengan cetak miring diikuti denagan pernyataan skripsi,tesis, atau desertasi yang tidak terbitkan, nama kota tempata perguruan tinggi dan nama fakultas serta nama perguruan tinggi.
Contoh:
Pangaribuan, T. 1992. Perkembangan Kompentensi Kewacanaan Pembelajar Bhs. Inggris di LPTK. Desertasi tidak diterbitkan di Malang: Program Pascasarjana IKIP MALANG.
9) Rujukan Berupa Makalah yang Disajikan dalam Seminar, Penataran atau Loka Karya
Nama penulis ditulis paling depan, dilanjutkan dengan tahun, judul makalah dicetak miring, kemudian diikuti pernyataan “Makalah disajikan dalam …” nama pertemuan, lembaga penyelenggara, tempat penyelenggaraan, dan tanggal serta bulannya.
Contoh:
Huda, N. 1991. Penulisan Laporan Penelitian untuk Jurnal. Makalah disajikan dalam loka karya penelitian tingkat dasar bagi dosen PTS dan PTN di Malang Angkatan XIV, Pusat Penelitian IKIP Malang, Malang 12 Juli.
10) Rujukan dari Internet berupa Karya Individual
Nama penulis ditulis seperti rujukan dalam bahan cetak, ditulis secra berturut-turut oleh tahun, judul karya tersebut, (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.
Contoh:
Hitcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Journals, 1990-95: The Calm before the storm, (Online), (Http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html, daikses 12 Juni 1996).
11) Rujukan dari Internet berupa Artikel dari Jurnal
Nama penulis ditulis seperti rujukan dalam bahan cetak, ditulis secra berturut-turut oleh tahun, judul karya tersebut, (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), Nama penulis ditulis seperti rujukan dalam bahan cetak, ditulis secra berturut-turut oleh tahun, judul karya tersebut, (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), volume dan nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.
Contoh:
Kumaidi.1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online,) Jilid 5, No.4 (http://www.mlng.ac.id,diakses 20 Januari 2000).
12) Rujukan dari Internet Berupa E-mail Pribadi
Nama pengirim jika ada dan disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail pengirim), diikuti secara berturut-turut oleh tanggal, bulan, tahun, topik isi bahan (dicetak miring), nama yang dikirimi disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang dikirim).
Contoh:
Naga, Dali S. (kip-jkt@indo.net.id). 1 Oktober 1997. Artikel untuk JIP. Email kepada Ali Sauka (jippsi.ywcn.or.id).
GEOLOGI PULAU MALUKU
"GEOLOGI PULAU MALUKU"
A. PENDAHULUAN
Kepulauan Maluku adalah gugusan pulau-pulau yang terletak di sebelah timur Indonesia, memiliki panjang 180 kilometer dari utara ke selatan dan lebar 70 kilometer dari barat ke timur. Berdasarkan keadaan geologis dan fisiografisnya dapat dibagi menjadi dua provinsi, yakni Halmahera bagian barat dan Halmahera bagian timur laut – tenggara. Halmahera bagian barat merupakan provinsi yang tersusun dari busur vulkanik Ternate dan Halmahera Barat, sedangkan Halmahera bagian timur laut – tenggara merupakan provinsi yang tersusun dari melange. Secara garis besarya, Maluku dapat dibagi menjadi dua bagian yakni Maluku Utara dan maluku Selatan. Maluku Utara sebgaian dihubungkan dengan rangkaian pulau-pulau Asia Timur, dan sebagian sistem Melanesia, sedangkan Maluku Selatan (Busur banda) merupakan suatu bagian dari Sistem Pegunungan Sunda. Daerah Obi Utara, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Secara geografis terletak antara koordinat 127o45’ – 128o00’ BT dan antara 01o25’ – 01o40’ LS. Morfologinya hampir sama dengan Pulau Sulawesi yakni memiliki 4 lengan dan bentuknya seperti huruf K, yang membedakan adalah skalanya. Pulau Halmahera memiliki ukuran sepertiga dari Pulau Sulawesi dan luas permukaannya sepersepuluh dari Pulau Sulawesi. Teluk antar lengan dan teluk Kau berada di timur laut, teluk Buli disebelah timur, dan teluk Weda di sebelah selatan. (Amarullah dan Tobing ; 2005)
Pada dasarnya Kepulauan Maluku ini memiliki topografi yang bergunung dan berbukit, kecuali di pantai sebelah timur di lengan tenggara umumnya adalah daerah banjir. Pegunungan yang ada di Kepulauan Halmahera ini menjulang dari timur laut – barat daya dengan relief yang beraneka, yakni berada pada kisaran 500 meter hingga 1.000 meter. Bukit Solat merupakan pegunungan tertinggi yang menjulang dengan ketinggian 1.508 meter di bagian tengah pulau. Pulau maluku dibagi menjadi dua bagian yaitu Maluku Utara dan Maluku Selatan. Maluku Utara sebagian dihubungkan dengan rangkaian pulau-pulau Asia Timur, dan sebagian dengan sistem Melanesia, Maluku Selatan (Busur Banda) merupakan suatu bagian dari Sistem Pegunungan Sunda.
a) Maluku utara
Provinsi Maluku Utara terletak di kepulauan Maluku sebelah utara dengan posisi 3º 90' LU-2º 10' LS-123º 15' BT. Luas provinsi Maluku Utara yang beribukota diSofifi adalah sekitar 53.836 km2, dengan jumlah penduduk 1.282.439 jiwa. Provinsi ini memiliki perairan laut yang relatif luas dengan sumberdaya perikanan yang relatif besar. Maluku Utara merupakan wilayah kepulauan yang terdiri atas pulau-pulau volkanik dan pulau-pulau non volkanik. Pulau vulkanik menempati bagian barat termasuk diantaranya adalah Pulau Ternate, Pulau Tidore, Pulau Moti, Pulau Mare, Pulau Makian, dan Pulau Sangihe. Sedangkan pulau non volkanik antara lain Pulau Bacan, Pulau Kasiruta, Pulau Talaud, dan Pulau Obi. (Amarullah dan Tobing ; 2005)
Gambar 1. Peta maluku utara
(Sumber: peta Administrasi pulau maluku)
b) Maluku Selatan
Maluku Selatan secara geologi merupakan Busur Banda, yaitu sistem kepulauan yang membentuk busur mengelilingi tapal kuda basin Laut Banda yang membuka ke arah barat. Sistem Kepulauan Maluku Selatan dibedakan menjadi busur dalam yang vulkanis dan busur luar yang non vulkanis.
ï‚— Busur dalam vulkanis
Terdiri dari pulau-pulau kecil (kemungkinan puncak gunungapi bawah laut/seamount) seperti Pulau Damar, Pulau Teun, Pulau Nila, Pulau Serua, Pulau Manuk dan Kepulauan Banda.
ï‚— Busur luar non vulkanis
Terdiri dari beberapa pulau yang agak luas dan membentuk kompleks-kompleks kepulauan antara lain Kepulauan Leti, Kepulauan Babar, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, Kepulauan Kai, Kepulauan Watu Bela, Pulau Seram, dan Pulau Buru.
Gambar 2. Peta maluku selatan
(Sumber: peta Administrasi pulau maluku)
B. GEOMORFOLOGI
1. Geomorfologi Maluku Utara
Maluku Utara merupakan wilayah kepulauan yang terdiri atas pulau-pulau volkanik dan pulau-pulau non volkanik. Pulau vulkanik menempati bagian barat termasuk diantaranya adalah Pulau Ternate, Pulau Tidore, Pulau Moti, Pulau Mare, Pulau Makian, dan Pulau Sangihe. Sedangkan pulau non volkanik antara lain Pulau Bacan, Pulau Kasiruta, Pulau Talaud, dan Pulau Obi. Pulau Halmahera sendiri termasuk pulau vulkanik meskipun aktivitas vulkanik yang aktif tidak terdapat seluruh wilayahnya. Bagian utara Pulau Halmahera merupakan lokasi aktivitas vulkanik yang aktif. Pulau-pulau non vulkanik Maluku Utara saat ini berkembang dibawah pengaruh proses marin terutama deposisi marin. Bentuklahan volkanik tererosi kuat terbentang dari timur ke barat pada zona vulkanik holosen yang aktif.. Blok barat laut berada di bagian tepi Pulau Halmahera, dibatasi dari graben tengah oleh escapment yang membentang dari pesisir timur hingga pesisir barat. Graben Tengah sendiri berbatasan langsung dengan zona gunungapi dan banyak mendapat pengaruh aktivitas vulkanik terutama dari Gunungapi Dukono dan Gunungapi Ibu. Di dalam Graben Tengah terdapat dataran rendah. Blok bagian timur memanjang arah utara selatan dan menempati sebagian besar sisi barat Pulau Halmahera. Dataran rendah kobe yang sempit memisahkan blok bagian timur halmahera di sebelah barat dengan dataran relief berombak di sebelah timurnya. (Amarullah dan Tobing ; 2005)
Dataran relief berombak menempati bagian yang luas ditimur Pulau Halmahera. Sepanjang pesisir utara dan selatan dataran ini terbentuk dari pesisir pengangkatan. Sedangkan bagian tengah merupakan pesisir pengenggelaman yang dipengaruhi oleh aktivitas marin dari Teluk Buli. Pada bagian ini dataran aluval tidak ditemukan, tetapi memasuki daerah Kao, ditemukan dataran aluvial yang luas pada daerah pedalaman, juga dataran vulkanik yang berombak dan dataran aluvial berawa secara lokal. Pada kedua semenanjung (baik utara maupun timur laut) daerah pegunungan itu masih dikelilingi oleh kawasan pegunungan dan perbukitan yang berkembang dari bahan yang sama. Pulau Morotai banyak memiliki kesamaan dengan Pulau Halmahera bagian utara, yang dicirikan oleh gunung-gunung yang berkembang dari batuan sediment dan batuan beku basa. Pada semenanjung bagian selatan Halmahera lebih di dominasi oleh daerah gunung yang terutama berkembang dari bahan-bahan sedimentasi batu napal dan batu gamping (marl dan limestone). Pegunungan yang mendominasi bagian utara dan timur laut Semenanjung Halmahera juga berbeda secara geologis. Semenanjung utara disusun oleh formasi gunung api (andesit dan batuan beku basaltic). (Syahya Sudarya; 2007)
2. Maluku Selatan
Maluku Selatan secara geomorlogi merupakan Busur Banda, yaitu sistem kepulauan yang membentuk busur mengelilingi tapalkuda basin Laut Banda yang membuka ke arah barat. Sistem Kepulauan Maluku Selatan dibedakan menjadi busur dalam yang vulkanis dan busur luar yang non vulkanis. Busur dalam terdiri dari pulau-pulau kecil (kemungkinan puncak gunungapi bawah laut/seamount) seperti Pulau Damar, Pulau Teun, Pulau Nila, Pulau Serua, Pulau Manuk dan Kepulauan Banda. Sedangkan busur luar terdiri dari beberapa pulau yang agak luas dan membentuk kompleks-kompleks kepulauan antara lain Kepulauan Leti, Kepulauan Babar, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, Kepulauan Kai, Kepulauan Watu Bela, Pulau Seram, dan Pulau Buru. (Sumardi, dkk. 2011)
C. GEOLOGI STRUKTUR
Karakteristik geologi Provinsi Maluku adalah terdiri dari batuan sedimen, batuan metamorfik dan batuan beku dengan penyebaran yang hampir merata di setiap gugus pulau. Hal ini dipengaruhi oleh klasifikasi umur pulau/kepulauan yang terbentuk pada 50-70 juta tahun yang lalu, pada periode Neogeon sampai Paleoceen.Karakteristik tersebut juga dipengaruhi oleh letak Maluku diantara lempeng bumi Indo-Australia, Pasifik, Laut Filipina dan Laut Banda, sehingga memberikan sebaran beberapa gunung api baik yang masih maupun sudah tidak aktif lagi. (Amarullah dan Tobing ; 2005)
a) Geologi maluku utara
Sebagian besar Provinsi Maluku Utara, terutama bagian tengah dan utara, merupakan daerah pegunungan. Namun secara geologi bukanlah pegunungan yang seragam. Artinya, bahan penyusunnya bervariasi. Pada semenanjung timur laut ditemukan batuan beku asam, basa dan ultrabasa serta batuan sediment. Daerah pegunungan yang ada merupakan bentangan lahan dengan puncak tajam dan punggung curah tertoreh serta lereng yang curam (40%). Di semenanjung utara Halmahera terdapat barisan gunung api aktif dan non-aktif dengan bentuk dan struktur yang sangat khas. Pada bagian ini terbentang dataran sempit ailuvial arah timur-barat. Kawasan sepanjang pantai barat Halmahera terbentang sejumlah pulau besar dan kecil yang dimulai dari Ternate bagian utara sampai Obi bagian selatan. Pulau-pulau kecil di bagian utara umumnya merupakan daerah vulkanik yang tersusun dari bahan andesit dan batuan beku basaltic dengan lereng curam (30-45%) sampai curam (45%). Pulau Obi dibatasi oleh dua sesar besar yaitu sesar Sorong-Sula Utara yang terletak dibagian selatan, dan sesar Maluku-Sorong yang terletak dibagian Utara. Sesar normal yang terjadi di Pulau Obi diakibatkan oleh sentuhan tektonik antara batuan ultramafik dengan batuan yang lebih muda. Umumnya sesar-sesar di Obi berarah barat-timur, baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya. Di Pulau Obi bagian barat terdapat Danau Karu yang diperkirakan berupa terban yang dibatasi oleh dua sesar dengan arah utara-selatan. Lipatan-lipatannya membentuk antiklin dan sinklin yang secara umum sumbunya berarah barat-timur. (Amarullah dan Tobing ; 2005)
b) Maluku Selatan
Maluku selatan disusun oleh hasil kegiatan endapan laut dangkal berumur Plio-Plistosen Sampai Holosen.Batuannya terdiri dari batu gamping, napal dan abut lumpur gamping dan endapan alluvium. Urutan batuan dari yang termuda sampai yang tertua adalah sebagai berikut.Sejarah geologi Maluku selatan dimulai pada zaman miosen bawah yang masih berupa daerah laut, dirincikan dengan pengendapan batu gamping dan napal yang berlangsung sampai miosentengah. Pada zaman miosen atas- Pliosen bawah terjadi pengangkatan dan lingkungan pengendapan berubah menjadi laut dangkal dengan adanya pengendapan batu gamping dan napal yang termasuk formasi manumbai. (Robertus, dkk ; 2011)
D. LITOLOGI
Litologi di daerah Anggai, maluku disusun oleh batuan yang terdiri dari batuan vulkanik, sedimen dan endapan muda. Batuan akibat adanya kegiatan tektonik mengakibatkan adanya perlipatan, dan pensesaran dan kegiatan magmatik (hidrotermal) yang mana hal tersebut merupakan media yang potensial bagi pembentukan mineralisasi. Daerah uji petik memiliki sebaran alterasi yang didominasi oleh ubahan silisifikasi, serisit sampai dengan argilik. Dibeberapa lokasi dijumpai adanya ubahan jenis filik (pada pungungan Anggai), argilik dan propilit. Hal ini menunjukkan alterasi kearah dalam memiliki variasi alterasi bertemperatur lebih tinggi. Jadi dimungkinkan tipe porpiri akan muncul (bisa saja terjadi) jika melihat pola alterasi yang demikian. (Roswita, dkk.2012)
Formasi Dorosagu (Tped)
Perselingan antara batupasir dengan serpih merah dan batugamping. Batupasir kelabu kompak, halus - kasar, sebagian gampingan, mengandung fragmen batuan ultra basa grauwake, kompak, komponen batuan ultrabasa, basal dan kuarsa; serpih berlapis
baik, batugamping, kelabu dan merah, kompak, sebagian menghablur. Dari analisis fosil menunjukkan umur Paleosen-Eosen (Kadar, 1976, komunikasi tertulis dalam jurnal Syahya Sudarya; proceeding pemaparan hasil kegiatan lapangan dan non lapangan tahun 2007 Pusat sumber daya geologi).
Formasi Tingteng (Tmpt)
Berupa batugamping hablur dan batugamping pasiran, sisipan napal dan batupasir. Batugamping pasiran, kelabu dan coklat muda, sebagian kompak; sisipan napal dan batupasir, kelabu, setebal 10 – 30 cm, umur Akhir Miosen – Awal Pliosen. (Kadar, 1976, komunikasi tertulis dalam jurnal Syahya Sudarya; proceeding pemaparan hasil kegiatan lapangan dan non lapangan tahun 2007 Pusat sumber daya geologi).
Formasi Weda (Tmpw)
Berupa batupasir berselingan dengan napal, tufa, konglomerat dan batugamping. Batupasir kelabu - coklat muda, - berbutir halus sampai kasar; -berselingan dengan serpih kelabu kehijauan. Napal, putih, kelabu dan coklat, getas; mengandung banyak foraminifora setempat sisipan batubara setebal 5 cm dan batugamping. Batugamping, putih kotor dan kelabu, kompak; merupakan sisipan dalam napal, setebal 10 – 15 cm di daerah Dote dan 0,5 – 2 m di daerah Kobe dan Kulo. Napal berumur Miosen Tengah – Awal Pliosen (Kadar, 1976, komunikasi tertulis) dan lingkungan neritik-batial. (Kadar, 1976, komunikasi tertulis dalam jurnal Syahya Sudarya; proceeding pemaparan hasil kegiatan lapangan dan non lapangan tahun 2007 Pusat sumber daya geologi).
Formasi Amasing (Tma)
Berupa batupasir tufaan, berselingan dengan batulempung dan napal, bersisipkan batugamping. Batupasir tufaan berwarna kelabu kehijauan, berpilahan sedang, berkomponen terutama kuarsa, feldspar dan sedikit mineral bijih, bermasa dasar tufa. Batulempung dan napal berwarna kelabu kehijauan, agak kompak, mengandung banyak fosil foraminifora plangton. Hasil analisis fosil menunjukkan napal berumur Miosen Bawah sampai Miosen Tengah. (Kadar, 1976, komunikasi tertulis dalam jurnal Syahya Sudarya; proceeding pemaparan hasil kegiatan lapangan dan non lapangan tahun 2007 Pusat sumber daya geologi).
Formasi Woi (Tmpw)
Berupa batupasir, konglomerat dan napal. Batupasir, kelabu, terpilah sedang, tufaan. Konglomerat, kelabu, kerakal andesit, basal dan batugamping. Napal; kelabu, foraminifora dan moluska, setempat lignitan. Fosil foraminifora menunjukkan umur Miosen Atas sampai Pliosen berlingkungan sublitoralbatial. Tebalnya antara 500– 600m. (Kadar, 1976, komunikasi tertulis dalam jurnal Syahya Sudarya; proceeding pemaparan hasil kegiatan lapangan dan non lapangan tahun 2007 Pusat sumber daya geologi).
Formasi Anggai (Tmps)
Berupa batugamping dan batugamping pasiran, pejal. Fosil foraminifora menunjukkan umur Miosen Atas sampai Pliosen. Sebarannya di timur P.Obi. Ketebalannya kurang lebih 500 m. Formasi Anggai menjemari dengan Formasi Woi. (Kadar, 1976, komunikasi tertulis dalam jurnal Syahya Sudarya; proceeding pemaparan hasil kegiatan lapangan dan non lapangan tahun 2007 Pusat sumber daya geologi).
Formasi Bacan (Tomb)
Terdiri dari lava, breksi dan tufa dengan sisipan konglomerat dan batupasir. Breksi gunungapi, kelabu kehijauan dan coklat, umumnya terpecah, mengandung barik kuarsa yang sebagian berpirit. Lava bersusunan andesit hornblenda dan andesit piroksen, berwarna kelabu kehijauan dan coklat, umumnya sangat terpecah dan terubah, terpropilitkan dan termineralkan. Konglomerat, kelabu kehijauan dan coklat, kompak, mengandung barik kuarsa, komponennya basal, batugamping, rijang, batupasir dan setempat dengan batuan ultrabasa. Batupasir dari analisis fosil menunjukkan umur Oligosen – Miosen bawah dan lingkungan litoral. (Kadar, 1976, komunikasi tertulis dalam jurnal Syahya Sudarya; proceeding pemaparan hasil kegiatan lapangan dan non lapangan tahun 2007 Pusat sumber daya geologi).
Telah dipelajari resistivitas untuk mengidentifikasi zona prospek geotermal di daerah konduktif Larike, Ambon, Maluku. Metode yang digunakan untuk akuisi data sounding dan pemetaan dengan menggunakan konfigurasi Schlumberger. Data yang diperoleh di lokasi kemudian diproses untuk memperoleh litologi di bawah titik pengukuran. Pada tahap selanjutnya dibuat penampang dua dimensi dari daerah pengukuran dan tahap terakhir dibuat rekonstruksi tiga dimensi pada daerah pengukuran. Hasil yang diperoleh pada area Larike memiliki empat lapisan berupa litologi lapisan atas, bresccias, andesit dantuff. Sebagai batuan penutup (konduktif) sistem geotermal adalah lapisan tuff yang merupakan lapisan batuan dengan berbagai tingkat ketebalan. (Karyanto, dkk. 2011)
Penelitian dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan bedrock di Pulau Pakal Halmahera Timur. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik resistivitas dengan konfigurasi elektroda wenner. Pengukuran dilakukan sebanyak 5 lintasan dengan panjang setiap lintasan 500 meter dan diolah menggunakan program Res2Dinv. Hasil yang didapatkan berupa penampang resistivitas 2 dimensi yang dikorelasikan dengan data bor. Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi diperoleh kedalaman lapisan bedrock memiliki nilai resistivitas 300 Ωm – 750 Ωm. dengan kedalaman maksimal berada pada 56 meter dari permukaan, sedangkan kedalaman lapisan bedrock yang minimum berada pada kedalaman 10 meter dari permukaan. Lapisan laterit memiliki nilai resistivitas 1 Ωm – 300 Ωm, dengan ketebalan lapisan di bagian barat daya hingga timur laut berkisar 34 – 56 meter dan dibagian barat hingga utara ketebalannya berkisar 6 – 26 meter. (Roswita, dkk.2012)
E. POTENSI GEOLOGI
Sumber daya Mineral dan Energi lepas pantai adalah material anorganik homogen yang terjadi secara alamiah serta mempunyai struktur atom dan komposisi kimia tertentu. Mineral dapat dibedakan menurut karakteristiknya, yaitu berdasarkan : warna, goresan, transparansi, kekerasan, struktur kristal dan tampilan yang terletak di lepas pantai laut indonesia. Beberapa sifat keterdapatan endapan mineral, diantaranya : terdapat dalam jumlah terbatas dan tidak merata di kulit bumi, baik dari segi mutu (kualitas) maupun jumlah (kuantitas). Oleh karena itu eksplorasi mineral (logam) merupakan kegiatan bersifat padat modal, berisiko tinggi dan saat ini semakin banyak memakai teknologi tinggi (yang sudah tentu relatif memerlukan biaya yang lebih tinggi). Suli merupakan daerah prospek panas bumi yang terbentuk sebagai akibat aktivitas pergerakan sesar normal yang berarah Timur Laut – Barat Daya menuju Kecamatan Leihitu. Daerah ini diduga sebagai media yang memunculkan manifestasi panas bumi, seperti banyaknya sumber air panas yang dijumpai di daerah ini. Suhu permukaan air panas tersebut berkisar antara (50,8 – 60,2)oC. Suhu rata-rata di permukaan mata air panas Suli pada 4 stasion pengukuran berkisar antara (50,8 – 60,2)oC. Rentang suhu yang terjadi mungkin akibat pengaruh percampuran dengan air permukaan (air hujan) dan suhu udara sekitarnya. Mineral termasuk sumberdaya alam yang tidak bisa diperbaharui serta terbentuk melalui proses geologi yang panjang. Ketika mineral habis, maka tidak ada penggantinya. Karena itu pemanfaatan mineral harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Magma adalah sumber dari berbagai jenis batuan dan mineral. Magma berasal dari mantel bumi atau dari batuan kerak bumi yg meleleh karena mendapat temperatur dan tekanan tinggi. Magma yang cair dan kental mengandung berbagai unsur kimia yang berasal dari mantel bumi ataupun dari batuan kerak bumi yang meleleh kembali akibat tekanan dan temperatur yang tinggi pada kedalaman tertentu. Karena sifatnya yang cair dan tempatnya yang dalam dengan tekanan dan temperatur tinggi, maka magma cenderung mengalir naik kepermukaan bumi melalui bagian-bagian bumi yang lemah, misalnya retakan. Atau jika tekanannya cukup, maka magma dapat pula menerobos batuan lain diatasnya. (Tjokrosapoetro et. al, 1993. Dalam jurnal Helda Andayany, 2012)
Pulau Bacan terletak di bagian selatan Provinsi Maluku Utara. Di pulau ini dijumpai hasil tambang seperti emas, nikel, tembaga, mangan, dan seng. Selain itu, Pulau Bacan juga termasuk sebagai kawasan pengembangan industri perikanan, maritim, dan pariwisata. Adanya deposit bahan tambang di pulau ini, terutama mineral yang mengandung logam serta berbagai aktivitas manusia di darat, cepat atau lambat akan dapat menyumbangkan kadar logam berat ke perairan laut, baik melalui peluruhan secara alami, proses geologis maupun melalui berbagai kegiatan. Keadaan ini dapat meningkatkan kadar logam berat di perairan laut sehingga pada kadar yang relatif tinggi akan berbahaya bagi kehidupan biota perairan. (Marasabessy, Dkk. 2010)
Secara regional daerah Obi termasuk kedalam Cekungan Obi yang terbentuk akibat pergerakan geodinamik tiga lempeng. Pulau Obi dibatasi oleh dua sesar besar yaitu sesar Sorong-Sula Utara yang terletak dibagian selatan, dan sesar Maluku-Sorong yang terletak dibagian Utara. Stratigrafi daerah Obi dimulai dengan munculnya batuan ultramafik dan malihan pada zaman Trias-Yura, sedangkan sedimen Tersier daerah Obi dimulai pada Oligo-Miosen. Formasi batuan yang dianggap sebagai pembawa batubara adalah Formasi Woi yang berumur Mio-Pliosen. Endapan batubara yang ditemukan membentuk lipatan sinklin yang sumbunya berarah baratlaut-tenggara, besar sudut kemiringan lapisan berkisar antara 5o–20o. Sebaran batubara kearah jurus tidak menerus sehingga batubara didaerah penyelidikan dipisahkan menjadi dua blok, yaitu Blok Huru dan Blok Kelo. Batubara di Blok Huru terdiri dari dua lapisan atau seam, tebal lapisan kesatu 1,35 m dan tebal lapisan kedua 1,60 m. Di Blok Kelo terdiri dari dua lapisan, tebal lapisan kesatu 0,50 m dan tebal lapisan kedua 0,40 m. Berdasarkan ciri-ciri sedimentasinya diperkirakan sebaran batubara dikedua blok tersebut hanya setempat-setempat. Nilai kalori batubara dari Blok Huru berkisar antara 5245 cal/gr – 5854 Cal/gr, sedangkan kandungan sulfurnya berkisar antara 6,37 % - 6,96 %. Nilai kalori batubara Blok Kelo berkisar antara 5886 Cal/gr – 5941 Cal/gr, sedangkan kandungan sulfurnya berkisar antara7,49 % - 7,58 %. Secara mikroskopis maseral yang dominan pada batubara daerah Obi adalah vitrinit yaitu berkisar antara 88,7 % - 96,3 % dengan reflektan berkisar antara 0,25 % - 0,40 %. Berdasarkan Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara Standar Nasional Indonesia (SNI) amandemen 1- SNI 135014 – 1998 dari Badan Standarisasi Nasional, sumberdaya batubara daerah Obi Utara dikelompokan kedalam sumberdaya batubara hipotetik (“hypothetic”). Sumberdaya batubara Blok Huru adalah 1.343.519 ton, dan sumberdaya Blok kelo adalah 787.065 ton. (Amarullah dan Tobing ; 2005)
F. BENCANA GEOLOGI
Selain mengandung potensi sumberdaya alam yang cukup berlimpah, Indonesia juga merupakan wilayah rawan bencana. Bencana gempabumi, banjir, longsor, bahaya gunung api, tsunami dan lain sebagainya merupakan beberapa bencana yang terjadi di Indonesia. Beberapa jenis bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api merupakan bencana almiah yang memang sulit dikendalikan manusia. Di sisi lain bencana banjir, tanah longsor, tidak dapat dilepaskan sepenuhnya dari aktivitas manusia terhadap bumi. Zonasi rawan bencana di wilayah Indonesia ditampilkan pada atlas sebagai salah satu media infomasi. Zona gunungapi yang terletak di bagian utara Pulau Halmahera membentuk satu pola jaringan dengan gunungapi yang berada di pulau lain antara lain Pulau Ternate, Tidore, Mare, Moti dan Makian. Bentuklahan volkanik tererosi kuat terbentang dari timur ke barat pada zona vulkanik holosen yang aktif. Gunung Dukono adalah gunungapi aktif yang berada pada zona timur bagian utara. Gunung Dukono merupakan gunungapi holosen yang besar, posisinya bersambungan dengan patahan yang mengarah barat laut – tenggara. Zona gunungapi yang terletak di bagian utara Pulau Halmahera membentuk satu pola jaringan dengan gunungapi yang berada di pulau lain antara lain Pulau Ternate, Tidore, Mare, Moti dan Makian. (Andayany, 2012)
Gambar 3. Kontur suhu permukaan air panas Hatuasa (a) hari pertama; dan (b) hari kedua
Kontur suhu permukaan air panas Suli pada Gambar 3 menunjukkan bahwa suhu rata-rata tertinggi pada hari pertama pengukuran, yaitu 60,1oC terukur pada stasion 3 mata air panas Suli. Tampilan kontur suhu pada hari kedua menunjukkan tampilan yang hampir sama dengan hari pertama, dengan suhu permukaan rata-rata tertinggi, yaitu 60,0oC terukur pada stasion 3 mata air panas Suli. Sedangkan suhu rata-rata terendah pengukuran, yaitu 52,0oC pada stasion 2 mata air panas Suli. (Andayany, 2012)
G. PENUTUP
Dari uraian-uraian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Kepulauan Maluku adalah gugusan pulau-pulau yang terletak di sebelah timur Indonesia, memiliki panjang 180 kilometer dari utara ke selatan dan lebar 70 kilometer dari barat ke timur. Berdasarkan keadaan geologis dan fisiografisnya dapat dibagi menjadi dua provinsi, yakni Halmahera bagian barat dan Halmahera bagian timur laut – tenggara. Halmahera bagian barat merupakan provinsi yang tersusun dari busur vulkanik Ternate dan Halmahera Barat, sedangkan Halmahera bagian timur laut – tenggara merupakan provinsi yang tersusun dari melange. Secara garis besarya, Maluku dapat dibagi menjadi dua bagian yakni Maluku Utara dan maluku Selatan. Maluku Utara sebgaian dihubungkan dengan rangkaian pulau-pulau Asia Timur, dan sebagian sistem Melanesia, sedangkan Maluku Selatan (Busur banda) merupakan suatu bagian dari Sistem Pegunungan Sunda. (Amarullah dan Tobing ; 2005)
2. Maluku Utara merupakan wilayah kepulauan yang terdiri atas pulau-pulau volkanik dan pulau-pulau non volkanik. Pulau vulkanik menempati bagian barat termasuk diantaranya adalah Pulau Ternate, Pulau Tidore, Pulau Moti, Pulau Mare, Pulau Makian, dan Pulau Sangihe. Sedangkan pulau non volkanik antara lain Pulau Bacan, Pulau Kasiruta, Pulau Talaud, dan Pulau Obi. Sistem Kepulauan Maluku Selatan dibedakan menjadi busur dalam yang vulkanis dan busur luar yang non vulkanis. Busur dalam terdiri dari pulau-pulau kecil (kemungkinan puncak gunungapi bawah laut/seamount) seperti Pulau Damar, Pulau Teun, Pulau Nila, Pulau Serua, Pulau Manuk dan Kepulauan Banda. Sedangkan busur luar terdiri dari beberapa pulau yang agak luas dan membentuk kompleks-kompleks kepulauan antara lain Kepulauan Leti, Kepulauan Babar, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Aru, Kepulauan Kai, Kepulauan Watu Bela, Pulau Seram, dan Pulau Buru. (Sumardi, dkk. 2011)
3. Karakteristik geologi Provinsi Maluku adalah terdiri dari batuan sedimen, batuan metamorfik dan batuan beku dengan penyebaran yang hampir merata di setiap gugus pulau. Hal ini dipengaruhi oleh klasifikasi umur pulau/kepulauan yang terbentuk pada 50-70 juta tahun yang lalu, pada periode Neogeon sampai Paleoceen.Karakteristik tersebut juga dipengaruhi oleh letak Maluku diantara lempeng bumi Indo-Australia, Pasifik, Laut Filipina dan Laut Banda, sehingga memberikan sebaran beberapa gunung api baik yang masih maupun sudah tidak aktif lagi. (Amarullah dan Tobing ; 2005)
4. Litologi di daerah Anggai, maluku disusun oleh batuan yang terdiri dari batuan vulkanik, sedimen dan endapan muda. Batuan akibat adanya kegiatan tektonik mengakibatkan adanya perlipatan, dan pensesaran dan kegiatan magmatik (hidrotermal) yang mana hal tersebut merupakan media yang potensial bagi pembentukan mineralisasi. Daerah uji petik memiliki sebaran alterasi yang didominasi oleh ubahan silisifikasi, serisit sampai dengan argilik. Dibeberapa lokasi dijumpai adanya ubahan jenis filik (pada pungungan Anggai), argilik dan propilit. (Amarullah dan Tobing ; 2005)
5. Sumber daya Mineral dan Energi lepas pantai adalah material anorganik homogen yang terjadi secara alamiah serta mempunyai struktur atom dan komposisi kimia tertentu. Mineral dapat dibedakan menurut karakteristiknya, yaitu berdasarkan : warna, goresan, transparansi, kekerasan, struktur kristal dan tampilan yang terletak di lepas pantai laut indonesia. Beberapa sifat keterdapatan endapan mineral, diantaranya : terdapat dalam jumlah terbatas dan tidak merata di kulit bumi, baik dari segi mutu (kualitas) maupun jumlah (kuantitas). Oleh karena itu eksplorasi mineral (logam) merupakan kegiatan bersifat padat modal, berisiko tinggi dan saat ini semakin banyak memakai teknologi tinggi (yang sudah tentu relatif memerlukan biaya yang lebih tinggi). (Andayany, 2012)
6. Bencana gempabumi, banjir, longsor, bahaya gunung api, tsunami dan lain sebagainya merupakan beberapa bencana yang terjadi di Indonesia. Beberapa jenis bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api merupakan bencana almiah yang memang sulit dikendalikan manusia. Di sisi lain bencana banjir, tanah longsor, tidak dapat dilepaskan sepenuhnya dari aktivitas manusia terhadap bumi. Zonasi rawan bencana di wilayah Indonesia ditampilkan pada atlas sebagai salah satu media infomasi. Zona gunungapi yang terletak di bagian utara Pulau Halmahera membentuk satu pola jaringan dengan gunungapi yang berada di pulau lain antara lain Pulau Ternate, Tidore, Mare, Moti dan Makian. Bentuklahan volkanik tererosi kuat terbentang dari timur ke barat pada zona vulkanik holosen yang aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Amarullah, Deddy dan Robert L. Tobing. 2005. Inventarisasi batubara marginal
Daerah obi utara kabupaten halmahera selatan Provinsi maluku utara. Dalam pemaparan hasil kegiatan lapangan subdit batubara : Obi
Andayany, Helda. 2012. Penerapan Persamaan Geotermometer (SiO2)P Di Lapangan Panas Bumi Suli, Ambon. Dalam Jurnal Barekang Vol. 6 No. 2 Hal. (33 – 36)
Karyanto, Wahyudi, Ari Setiawan, dan Sismanto. 2011. Identifikasi zona konduktif di daerah prospek panasbumi larike Ambon maluku. Dalam Jurnal Sains MIPA, Vol. 17, No. 2, Hal.: (67 – 74)
Kusnama. 2008. Fasies Dan Lingkungan Pengendapan Formasi Bobong Berumur Jura Sebagai Pembawa Lapisan Batubara Di Taliabu, Kepulauan Sanana-Sula, Maluku Utara. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 3 Hal 161-173: Bandung
Marasabessy, M. Djen, Edward dan Febriana Lisa Valentin. 2010. Pemantauan Kadar Logam Berat Dalam Air Laut Dan Sedimen Di Perairan Pulau Bacan, Maluku Utara. Dalam makara, sains, vol. 14, no. 1 Hal : 32-38 : Bandung
Robertus S.L.S, Herry S, dan Andri Eko A. W. 2011. Survei Pendahuluan Panas Bumi Geologi Dan Geokimia Pulau Wetar, Provinsi Maluku. Dalam Buku Bidang Kelompok Penyelidikan Panas Bumi Pusat Sumber Daya Geologi : Bandung
Roswita, Lantu, dan Syamsuddin. 2006. Survei geolistrik metode resistivitas untuk Interpretasi kedalaman lapisan bedrock di pulau Pakal, halmahera timur. Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , Universitas Hasanuddin : Makassar
Sudarya, Syahya. 2007. Inventarisasi mineral logam di kabupaten halmahera selatan dan kota tidore maluku utara. Dalam proceeding pemaparan hasil kegiatan lapangan dan non lapangan tahun 2007. Pusat sumber daya geologi: Bandung
Sumardi, Eddy, Bakrun, Syuhada, dan Liliek Rihardiana. 2011. Survei geofisika terpadu banda baru, maluku tengah, provinsi Maluku. Pusat Sumber Daya Geologi : Bandung
Triono, Untung dan Mulyana. 2011. Penyelidikan Batu Bara Di Daerah Mangole Dan Sekitarnya Kabupaten Kepulauan Sula,Maluku Utara. Dalam Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi: KPP Energi Fosil dan Laboratorium Fisika Mineral : Bandung
BIOGEOKIMIA
BIOGEOKIMIA
A. Pengertian Biogeokimia
Biogeokimia merupakan perubahan atau pertukaran yang terjadi secara terus menerus antara komponen biosfer yang tak hidup dengan yang hidup. Pada ekosistem, materi di setiap tingkat trofik tidaklah hilang. Materi yang berupa unsur-unsur penyusun untuk bahan organik tersebut didaur ulang, dimana unsur-unsur tersebut masuk dalam kompoenen biotik lantaran udara, air dan tanah. Daur ulang materi ini disebut juga dengan Daur Biogeokimia, hal ini dikarenakan dalam perubahan tersebut melibatkan beberapa makhluk hidup serta batuan (geofisik).
B. Fungsi Daur Biogeokimia
Perubahan atau daur ulang unsur-unsur yang sudah dikenal dengan sebutan Daur Biogeokimia ini mempunyai peranan dan fungsi yang penting dalam menjaga kelangsungan hidup dibumi, hal ini karenakan semua materi hasil daur beogeokimia tersebut dapat digunakan oleh semua yang ada di muka bumi ini, termasuk komponen biotik ataupun komponen abiotik.
C. Macam-macam Daur Biogeokimia
1. Daur Air
Didalam Atmosfir terdapat Air yang berbentuk uap. Uap air ini berasal dari air laut atau air daratan yang menguap akibat terkena panas dari sinar matahari. Pada umumnya uap air pada atmosfir berasal dari uap air laut, hal ini disebabkan karena luas air laut mencapai 3/4 (tigaperempat) luas permukaan bumi. Terkondensasinya uap air di atmosfir akan menjadi awan, dimana awan-awan tersebut akan berubah menjadi air hujan, air hujan yang turun ke permukaan bumi akan masuk kedalam tanah sehingga membentuk air tanah dan air permukaan tanah.
Tumbuhan darat biasanya menyerap air yang terdapat dalam tanah, air tersebut selanjutnya akan mengalir menggunakan suatu pembuluh dalam tubuh tumbuhan, selanjutnya melalui transpirasi uap air akan dilepaskan oleh tumbuhan hingga ke atmosfir. Transpirasi yang dilakukan tumbuhan sendiri mencapai 90% penguapan dalam ekosistem darat.
Sedangkan hewan mendapatkan air langsung dari permukaan tanah. Pada manusia penggunaan air mencapai seperempat air tanah yang sebagian nantinya dikeluarkan dari tubuh manusia dan hewan berupa urin serta keringan bahkan juga air mata.
Adanya air tanah dan air yang ada dipermukaan bumi mengalir ke sungai, selanjutnya nanti akan bermuara pada laut dan juga danau. Proses daur ulang ini disebut juga dengan Siklus Panjang, akan tetapi siklus yang diawali dengan terjadinya proses Evapotranspirasi dan Transpirasi pada air yang terdapat di permukaan bumi dengan diikuti oleh Presipitasi atau proses turunya air ke permukaan bumi dinamakan Siklus Pendek.
(Daur Air)
2. Daur Karbon dan Oksigen
Proses hubungan timbal balik atau daur ulang respirasi seluler dan fotosintesis bertanggung jawab atas terjadinya perubahan serta pergerakan utama karbon. Turun dan naiknya CO2 dan O2 Atmosir secara musiman dipengaruhi oleh menurunnya aktivitas Fotosintetik. Pada skala global kembalinya O2 dan CO2 ke Atmosfir sebagai struktur lapisan bumi melalui respirasi hampir menyeimbangkan pengeluarannya melalui Fotosintesis.
Namun, terjadinya pembakaran bahan bakar fosil dan kayu mengakibatkan bertambah banyaknya gas CO2 yang masuk ke Atmosfir. Sebagai dampaknya terjadi kenaikan gas CO2 dalam Atmosfir bumi. O2 serta CO2 atmosfer juga akan berpindah masuk ke luar dan kedalam sistem akuatik, dimana O2 dan CO2 akan terlibat dalam suatu keseimbangan dinamis dengan bentuk bahan organik yang lainnya.
Siklus daur karbon oksigen
3. Daur Nitrogen
Nitrogen pada umumnya terdapat dalam senyawa organik seperti protein, urea dan asam nukleat atau yang sudah dikenal dengan senyawa anorganik seperti nitrit, ammonia dan nitrat. Dalam proses terjadinya Daur Biogeokimia pada Daur Nitrogen terjadi dalam dua tahap yakni:
a. Tahap pertama
Daur nitrogen merupakan proses transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah. Disamping air hujan, masuknya nitrogen ke dalam tanah juga dapat melalui proses fiksasi nitrogen. Proses fiksasi nitrogen sendiri secara biologis bisa dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan bakteri Azotobacter, Clostridium dan polong-polongan. Selain itu, kemampuan memfiksasi nitrogen juga dapat dilakukan oleh ganggang hijau.
b. Tahap kedua
Nitrat yang diperoleh dari hasil fiksasi biologis akan digunakan oleh produsen atau tumbuhan yang nandi diubah menjadi molekul protein. Selanjutnya jika hewan atau tumbuhan mati, maka makhluk pengurai akan merombaknya menjadi (NH3) atau yang dikenal dengan gas amoneak dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini dinamakan dengan proses amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas dapat mengubah senyawa ammonium dan amoneak menjadi Nitrat oleh Nitrobacter. Jika oksigen dalam tanah terbasa, maka nitrat akan dengan cepat ditransformasikan menjadi oksida nitrogen atau gas nitrogen oleh proses yang dinamakan denitrifikasi.
Daur Nitrogen (Siklus Nitrogen) cycle
4. Daur Belerang (Sulfur)
Sulfur biasanya terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur nantinya direduksi oleh bakteri menjadi sulfida serta biasanya terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Hidrogen Sulfida sendiri seringkali memusnahkan makhluk hidup di perairan serta pada umumnya akan menghasilkan penguraian bahan organik yang sudah mati. Tumbuhan dapat menyerap sulfur yang masih dalam bentuk sulfat (SO4).
Proses rantai makanan disebut-sebut sebagai proses perpindahan sulfat, yang selanjutnya ketika semua mahluk hidup mati dan nanti akan diuraikan oleh komponen organiknya yakni bakteri. Beberapa bakteri yang terlibat dalam proses daur belerang (sulfur) adalah Desulfibrio dan Desulfomaculum yang nantinya akan berperan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk (H2S) atau hidrogen sulfida. Sulfida sendiri nantinya akan dimanfaatkan oleh bakteri Fotoautotrof anaerob seperti halnya Chromatium dan melepaskan sulfur serta oksigen. Bakteri kemolitotrof seperti halnya Thiobacillus yang akhirnya akan mengoksidasi menjadi bentuk sulfat.
Siklus Daur sulfur (biogeokimia) Cycle
5. Daur Posfor
Posfor adalah salah satu jenis elemen penting dalam kehidupan, hal ini disebabkan karena semua makhluk hidup akan membutuhkan posfor dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat), Adenosin Tri Fosfat sendiri nantinya akan digunakan sebagai sumber energi untuk metabolisme sel. Posfor banyak terdapat di alam dalam yang masih berbentuk bentuk ion fosfat (PO43-). Ion Fosfat pada umumnya terdapat dalam bebatuan. Akibat terjadinya peristiwa erosi dan pelapukan memungkinkan fosfat terbawa menuju sungai bahkan hingga laut yang membentuk sedimen. Terjadinya pergerakan dasar bumi memicu sedimen yang mengandung fosfat naik ke permukaan. Tumbuhan pada umumnya mengambil fosfat yang masih terlarut dalam air tanah.
Daur Posfor juga melengkapi makhluk hidup jenis Herbivora, dimana mereka mendapatkan fosfat dari tumbuhan yang dikonsumsinya serta karnivora mendapatkan fosfat dari makhluk hidup herbivora yang dimakannya. Seluruh hewan nantinya akan mengeluarkan fosfat melalui feses dan urin. Jamur dan bakteri berperan menguraikan bahan-bahan anorganik di dalam tanah dan selanjutnya akan melepaskan pospor, pospor yang dihasilkan oleh bakteri pengurai nantinya akan diambil oleh tumbuhan.
Daur Fosfor (Phosphorus Cycle)
6. Daur Karbon
1. Karbon di atmosfer berbentuk gas karbondioksida (CO2). Karbondioksida dihasilkan dari berbagai proses pembakaran seperti respirasi makhluk hidup, bahan bakar fosil, erupsi gunung, dan kebakaran hutan. Proses naiknya karbondioksida ke atmosfer dapat dilihat pada Gambar.
2. Karbondioksida di atmosfer diikat (fiksasi) oleh tumbuhan pada saat fotosintesis. CO2 menjadi sumber karbon utama untuk menyusun bahan makanan. Bahan makanan yang dimaksud adalah senyawa karbon organik yang disebut Glukosa (C6H12O6). Kemudian glukosa disusun menjadi amilum (pati) dan senyawa lain seperti lemak, protein, dan vitamin. Hasil fotosintesis tersebut disimpan di dalam tubuh tumbuhan seperti buah, batang, akar, dan daun.
3. Hewan memperoleh kebutuhaan karbon dari tumbuhan melalui rantai makanan. Herbivora memakan tanaman, kemudian karnivora memangsa herbivora, dan seterusnya.
4. Jasad hewan yang mati maupun urin-fesesnya hancur menjadi detritus. Detritivor memakan detritus untuk memperoleh kebutuhan karbon. Bakteri pengurai menguraikan karbon organik jasad mati menjadi karbon anorganik. Karbon anorganik dikembalikan lagi ke alam.
5. Karbon anorganik yang terurai dari jasad mati tertimbun terus-menerus di lapisan bumi membentuk bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil digunakan sebagai sumber energi. Aktivitas industri dan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil menghasilkan CO2 ke udara.
6. Daur karbon juga terjadi di dalam ekosistem air. Karbon di dalam air diikat oleh tumbuhan dan ganggang. Berbeda dengan di darat, karbon dalam air tersedia dalam bentuk ion-ion bikarbonat (HCO3-). Ion-ion bikarbonat berasal dari penguraian asam karbonat (H2CO3) yaitu hasil ikatan CO2 dan air (H2O). Tiap-tiap hewan air yang bernafas menghasilkan bikarbonat. Ion-ion bikarbonat ini menjadi bahan baku fotosintesis tumbuhan air dan alga.
Daur Karbon
Blogroll
- Masih Kosong