Proses Geomorfologi Endogen

19 September 2017 15:41:01 Dibaca : 305

Nama : Sara sangita dama

NIM : 451417026

Kelas : B

Prodi : Pend. Geografi

Proses Geomorfologi Endogen

A. VULKANOLOGI
1. Pengertian Gunung Api
Vulkanologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gunung api.
Gunungapi adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Material yang dierupsikan ke permukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung.
Gunungapi diklasifikasikan berdasarkan dua sumber erupsi yaitu erupsi pusat dan erupsi samping. Erupsi pusat adalah erupsi yang keluar melalui kawah utama dan erupsi samping, erupsi yang keluar dari lereng tubuhnya. Erupsi samping dapat dibedakan sebagai erupsi celah dan esrupsi eksentrik. Erupsi samping adalah erupsi yang muncul pada retakan/sesar dapat memanjang sampai beberapa kilometer. Erupsi eksentrik adalah erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari kepundan pusat yang menyimpang ke samping melainkan langsung dari dapur magma melalui kepundan tersendiri.

2. Proses Terbentuknya Gunung Api
Gunung api terbentuk pada empat busur yaitu:
a. Busur tengah benua terbentuk akibat pemekaran kerak benua
b. Busur tepi benua terbentuk akibat penunjaman kerak samudera ke kerak benua
c. Busur tengah samudera terjadi akibat pemekaran kerak samudera
d. Busur dasar samudera terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera

3. Tipe-Tipe Letusan Gunung Api
a. Tipe letusan plinian/perret
• Tekanan gas sangat kuat
• Lavanya cair
• Melemparkan/membobol kepundan
• Membentuk kaldera
• Letusan hingga ketinggian 80 km
• Contoh letusan G. Krakatau (1883) dan G. St. Helens (1980)
b. Tipe letusan vulkanian
• Mengeluarkan material padat seperti bom, abu, lapili, dan material cair
• Awan dan debu membentuk bunga kol
• Tekanan gas gas sedang
• Lavanya agak cair
• Tipe vulkano kuat : G. Vesuvius dan G. Etna
• Tipe vulkano sedang : Gunung kelud dan G. Anak Bromo
• Tipe vulkano lemah : Gunung Bromo dan Gunung Raung

c. Tipe letusan hawaiian : keterangan tipe letusan Hawaiian
• Lava yang keluar sangat cair dan tipis
• Lava mengalir ke segala arah
• Membentuk tipe gunung api perisai
• Tekanan gas sangat ringan akan terlembar ke atas
• Contoh letusan G. Maona Loa, Maona Kea, dan Kilaeua di Hawaii

d. Keterangan letusan tipe merapi
• Lava cair yang kental menyumbat mulut kawah
• Tekanan gas agak rendah
• Dapur magma relatif dangkal
• Tekanan gas memecahkan sumbatan lava
• Hasil pecahan tersebut menjadi ladu (gloedlwein)
• Terjadi awan panas (gloedlwolk) atau wedhus gembel
• Contoh letusan G. Merapi (2010)

e. Tipe letusan pelean : Keterangan tipe letusan pelean
• Kekentalan magma hampir sama dengan tipe merapi
• Terdapat penyumbatan lava yang berbentuk jarum
• Tekanan gas cukup besar
• Letusan gas ke arah mendatar
• Copypaste dari blog
• Contoh letusan G. Pelee (Karibia) dan Lamington (Papua New Guinea)

f. Letusan tipe strombolian : Keterangan letusan tipe strombolian
• Memuntahkan material bom, lapili, dan abu
• Letusan terjadi pada interval waktu yang sama
• Tekanan gas rendah
• Magmanya sangat cair
• Contoh letusan G. Vesuvius Italia dan G. Raung

A. Gempa
1. Pengertian Gempa
Seismologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu seismos yang berarti getaran atau goncangan dan logos yang berarti risalah atau ilmu pengetahuan. Orang Yunani menyebut gempa bumi dengan kata-kata seismos tes ges yang berarti Bumi bergoncang atau bergetar. Dengan demikian, secara sederhana seismologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari fenomena getaran pada bumi, atau dengan kata sederhana, ilmu mengenai gempa bumi. Seismologi merupakan bagian dari ilmu geofisika.
Gempa adalah suatu sentakan asli yang terjadi di bumi, bersumber dari dalam bumi yang kemudian merambat ke permukaan (Katilli, 1966). Pada saat gempa bumi terjadi, yang dapat kita rasakan adalah getaran bumi di tempat kita berpijak. Ilmu yang mempelajari gempa bumi dinamakan seismologi.
2. Jenis Gempa Bumi
a. Gempa Bumi Vulkanik
Gempa bumi vulkanik adalah gempa yang disebabkan adanya aktivitas vulkanisme atau letusan gunung api. Gempa ini hanya terasa di sekitar gunung api itu saja, dan dapat terjadi sebelum, selama atau sesudah letusan gunung api.
Gempa ini terjadi karena adanya getaran dalam bumi yang disebabkan oleh gesekan magma dengan dinding batuan yang diterobos pada saat magma naik ke permukaan, di samping adanya tekanan gas pada saat terjadinya peledakan hebat.
b. Gempa Bumi Tektonik
Gempa bumi tektonik disebabkan adanya pergeseran-pergeseran di dalam bumi secara tiba-tiba. Gejala ini sangat erat hubungannya dengan pembentukan pegunungan yang biasanya diikuti dengan pembentukan sesar-sesar baru.
Ketegangan-ketegangan yang terjadi di dalam bumi akan mengaktifkan kembali sesar-sesar lama yang sudah tidak aktif. Apabila pergerakan tersebut cukup besar dan terekam oleh seismograf akan menyebabkan terjadinya gempa bumi tektonik.
c. Gempa Bumi Runtuhan/Terban
Gempa bumi runtuhan terjadi akibat jatuhnya massa tanah di bagian atas rongga dalam bumi, biasanya terjadi di gua, di daerah pertambangan, lereng tebing yang curam, dan di daerah karst. Runtuhan yang terjadi di daerah-daerah tersebut sering menimbulkan getaran gempa yang dikelompokkan ke dalam gempa bumi runtuhan
d. Gempa Bumi Tumbukan
Gempa ini terutama disebabkan oleh meteor besar yang jatuh ke bumi. Gempa seperti ini jarang terjadi.
Pusat gempa di bawah permukaan bumi disebut hiposentrum, dari hiposentrum, gelombang menjalar ke segala arah. Ada dua bentuk hiposentrum, yaitu hiposentrum garis dan titik. Hiposentrum berbentuk garis jika penyebabnya patahan kerak bumi dan hiposentrum berbentuk titik jika penyebabnya gunung api atau tanah longsor.
Permukaan tanah yang berada tepat di atas hiposentrum disebut episentrum. Di sekitar episentrum inilah biasanya terjadi kerusakan paling parah. Dari episentrum getaran permukaan menjalar horizontal ke segala arah. Di Indonesia, episentrum umumnya terdapat di bawah permukaan laut. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya tsunami.
3. Jenis Gempa berdasarkan Hiposentrumnya
a. Gempa bumi dalam
Gempa ini memiliki kedalaman hiposentrum lebih dari 300 km. Letak hiposentrum yang dalam mengakibatkan gempa ini tidak begitu mengguncang permukaan bumi. Contohnya adalah gempa yang pernah terjadi di bawah Laut Jawa, Laut Flores, dan Laut Sulawesi.
b. Gempa bumi menengah
Gempa ini memiliki kedalaman hiposentrum antara 100 - 300 km. Contoh gempa ini pernah terjadi di selatan Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, dan Teluk Tomini. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan ringan.
c. Gempa bumi dangkal
Gempa ini memiliki kedalaman hiposentrum kurang dari 100 km. Gempa bumi ini berbahaya sebab dapat menimbulkan kerusakan besar, seperti yang terjadi di Yogyakarta dan sebagian Jawa tengah pada bulan Mei tahun 2006.

4. Getaran Gempa atau gelobang Gempa
a. Gelombang longitudinal terbag atas
yaitu gelombang gempa yang merambat dari sumber gempa ke segala arah, dengan kecepatan 7 - 14 km per detik. Gelombang inilah yang pertama dicatat oleh seismograf dan yang pertama kali dirasakan orang di daerah gempa, sehingga dinamakan gelombang primer.

• Gelombang longitudinal (primer)
• Gelombang transversal (sekunder)
Dalam seismogram, gelombang longitudinal dicatat sebagai fase pelopor pertama, sedangkan gelombang transversal yang datang kemudian dicatat sebagai pelopor kedua. Fase dari gangguan utama dimulai dengan tibanya gelombang-gelombang permukaan. Perbedaan waktu antara tibanya pelopor pertama dan kedua serta gangguan utama dipakai sebagai dasar menentukan jarak episentrum yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus Laska sebagai berikut.

DΔ = [(S - P) - 1'] x megameter

Keterangan:
D: jarak episentral dalam megameter
S – P: perbedaan waktu tibanya gelombang pertama dan kedua dalam menit
1' : satu menit merupakan pengurangan tetap
1 megameter : 1.000 kilometer
Contoh:
Di stasiun gempa, pelopor pertama tercatat pada pukul 10.02 dan pelopor kedua tercatat pada pukul 10.08. Berdasarkan rumus Laska, berapa jarak episentrumnya?
Jawab :
S - P = 6 menit
D = (6 - 1) × 1 megameter = 5 megameter = 5.000 kilometer
Jadi, jarak episentrum gempa adalah 5.000 km.
b. Gelombang transversal,
yaitu gelombang yang sejalan dengan gelombang primer dengan kecepatan 4 - 7 km per detik, dinamakan juga gelombang sekunder.
c. Gelombang panjang atau gelombang permukaan,
yaitu gelombang gempa yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan sekitar 3,5 - 3,9 km per detik. Gelombang inilah yang paling banyak menimbulkan kerusakan.

B. Geoteknologi
1. Pengertian Tektonik
Teori tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an.
Setiap lempengan tidak terkunci dalam satu wilayah, melainkan bergerak. Lithosfer terdiri dari 20 segmen, dengan ketebalan antara 40 km hingga 100 km. Akan tetapi terdapat lithosfer yang memiliki ketebalan hingga 400 km. Lempeng yang ada di bumi, bergerak dari satu tempat ke tempat lain.
Pergerakan ini, dipercaya oleh para ahli, dikarenakan terdapat unsur magnetik yang ada di dalam batuan. batuan adalah salah satu bagian dari lapisan bumi. magnet ini, memiliki kutup yang berbeda, sehingga menyebabkan pergerakan. Pergerakan setiap lempeng bisa mencapai 10 hingga 40 mm/a atau setara dengan kecepatan pertumbuhan kuku pada jari, atau dapat mencapai 160 mm/a atau setara dengan kecepatan pertumbuhan sehelai rambut.
2. Jenis-jenis Lempeng
Lempang di bumi, dibagi menjadi dua yaitu lempeng samudra dan lempeng benua. Pembagian itu dilihat melalui ciri- ciri dari setiap lempang. Selain itu, bumi sendiri terdiri dari dua bagian, yaitu daratan dan lautan. Sehingga setiap lempeng mewakili setiap karakteristik bumi.
a. Lempeng samudra atau disebut sebagai kerak samudra atau sima.
Lempeng ini terdiri dari silikon dan megnesium. Ketebalan kerak samudra antara 5 hingga 10 km. Lempeng samudra lebih padat, dikarenakan jumlah silikon yang lebih banyak. Kepadatan pada kerak samudra karena perbedaan silikon. Kerak samudra berada di bawah laut.
b. Lempeng benua atau disebut kerak benua atau sial.
Lempeng ini terdiri dari silikon dan aluminium. Ketebalan dari lempeng ini berkisar antara 30 hingga 50 km. Silikon pada kerak benua lebih sedikit, dan lebih banyak memiliki materi berat. Lempeng benua adalah lempeng yang berada di atas permukaan lau, dan menjadi tempat tingga bagi manusia.
Lempeng tektonik yang membagi suatu daerah menjadi dua, seperti benua- benua atau samudra. Akan tetapi terdapat wilayah yang memiliki kedua lempeng secara bersamaan. Daerah tersebut adalah lempeng afrika. Pada lempeng afrika terdiri dari benua afrika dan samudra antartika hingga samudra hindia.
3. Pembagian Lempeng
Lempeng yang ada di bumi terbagi ke dalam 7 lempeng besar serta banyak lempeng- lempeng kecil. Lempeng- lempeng kecil terbentuk melalui perpecahan lempeng- lempeng besar. Lempeng- lempeng besar ini antara lain:
a. Lempeng Benua Afrika yang meliputi Afrika
b. Lempeng Benua Antartika yang meliputi Antartika
c. Lempeng Benua Australia yang meliputi Australia hingga India
d. Lempeng Benua Eurasia yang meliputi Asia dan Eropa
e. Lempeng Benua Amerika Utara yang meliputi Amerika Utara dan Siberia
f. Lempeng Benua Amerika Selatan yang meliputi Amerika Selatan
g. Lempeng Samudra Pasifik yang meliputi samudra pasifik
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki tingkat bencana alam yang cukup sering. Salah satu penyebabnya adalah Indonesia dikelilingi oleh banyak lempeng. lempang pada indonesia adalah lempeng indo- australian dan lempeng eurasia. Lempeng di Indonesia bersifat konvergen, sehingga lempeng indo- australian yang masuk ke bawah lempeng eurasia. Selain itu, pada indonesia bagian timur, terdiri dari 3 lempeng sekaligus. Lempeng tersebut adalah lempeng filipina, lempeng pasifik, dan lempeng indo- australia.

 

Kategori

  • Masih Kosong

Blogroll

  • Masih Kosong