Awal Perjuangan
Halo, semuanya.
Saya Dzakiyyah Azahra Mooduto. Salah seorang Mahasiswa Fakultas Teknik, Prodi Sistem Informasi Universitas Negeri Gorontalo. Pada kesempatan ini, Saya ingin berbagi sebuah cerita perjuangan saya hingga berada pada titik ini. Iya, mungkin cerita ini tidak seberapa kerennya dengan cerita orang-orang di luar sana. Akan tetapi, Saya tetap menghargai sebuah peristiwa dalam kehidupan saya.
Saya dulu bersekolah di MAN Insan Cendekia Gorontalo, sekolah yang terkenal sangat memperhatikan kualitas akademik dari para siswanya. Jujur, Saya sangat bersyukur pernah bersekolah di "Penjara Suci" tersebut. Bersekolah di sana menyadarkan saya bahwa banyak ilmu dari seorang individu tidak ditentukan dari seberapa tinggi skor penilaiannya, tetapi seberapa bermanfaat ilmu yang telah dia miliki. Banyak orang berilmu di dunia ini, tapi tidak bayak dari mereka yang memanfaatkan ilmu tersebut. Dari sekolah itu pula saya paham betul artinya perjuangan. Berjuang mati-matian untuk memahami sebuah cabang ilmu. Berjuang di antara para pejuang yang tangguh. Seringkali saya jatuh hingga ingin menyerah. Capek, ungkap saya saat itu. Seringkali saya menyalahkan keadaan dan situasi saya. Parahnya, seringkali saya membandingkan diri saya dengan orang lain.
Sampai akhirnya, saya paham bahwa inilah realita kehidupan. Roda kehidupan akan terus berputar. Oh ya, hidup tidak selalu untuk dipuji, dihargai, dan diakui. Kita sebagai manusia yang memiliki akal harus mensyukuri apapun yang kita miliki saat ini. Bahagia maupun tidak bahagia keadaan kita saat ini, patut kita syukuri.
Singkat cerita, akhirnya saya dinyatakan lulus dari sekolah tersebut. Ya, walaupun harus berpisah dengan tiba-tiba dan tanpa perayaan yang membahagiakan. Saya masih harus melanjutkan cerita saya. Masih ada 'perjuangan' yang sebenar-benarnya berjuang. Pandemi pun menjadi saksi bisu perjuangan saya menghadapi SBMPTN, benar, saya tidak masuk golongan SNMPTN. Banyak waktu saya yang diluangkan untuk memahami Penalaran Umum, Pemahaman Bacaan, Pengetahuan Umum, dan Pengetahuan Kuantitatif. Banyak cara pula yang saya lakukan untuk meningkatkan kemampuan saya. Mulai dari ikut Try Out Online, bimbingan belajar online, hingga memantau channel YouTube edukasi yang ada. Oh iya, saya menetapkan hati dengan pilihan pertama saya yaitu STEI ITB dan pilihan kedua SI ITS. Wkwk, itu mimpi saya sejak kelas satu SMA.
Hari berganti hari, tibalah saat pengumuman SBMPTN. 14 Agustus 2020. Degdegan, iya. Pasrah, engga. Optimis, engga. Pesimis juga engga. Ya,gitulah. Sampai akhirnya, saya pun memberanikan diri untuk membuka website pengumuman tersebut. Tak sampai 5 detik, hasilnya langsung terpampang di depan saya. Tetap semangat dan jangan menyerah. Tak ada tangis, tak ada tawa. Hanya sebuah tatapan bisu yang berakhir senyuman, wkwk. Dengan seketika, segelintir orang mengirimkan saya ucapan semangat dan jangan menyerah, pahit, tapi ya tetap harus diterima dengan tabah.
Jangan berhenti dan menyerah, pikir saya. Saya pun mengikuti jalur mandiri dengan memeperhatikan finansial orang tua. Kecewa? jujur,iya. Kenapa kecewa? saya pun tidak mengerti kenapa. Akhirnya saya pun mengikuti mandiri UGM dan ITB. Lagi-lagi, belum rezeki. PIlihan terakhir saya adalah UNG. Tanpa basa-basi, saya pun mengikuti mandiri univesitas tersebut. Alhamdulillah, akhirnya saya diterima. Memang,ini bukan universitas yang saya idamkan. Tapi inilah takdir saya. Inilah awal dari perjuangan saya.