Fenomena Super Moon

10 September 2014 19:47:40 Dibaca : 991

apa itu fenomena Supermoon?

Istilah supermoon sebenarnya bukan istilah yang diberikan oleh para astronom. Istilah supermoon merupakan terminologi yang diberikan oleh para astrolog untuk fenomena ketika Bulan berada di fasa Purnama. Apa bedanya dengan fasa Purnama lainnya?

Supermoon terjadi ketika Bulan berada dalam fase purnama. Dan tidak hanya itu, Bulan Purnama tersebut haruslah bersamaan dengan posisi Bulan yang sedang berada pada jarak terdekat dengan Bumi atau sedang di titik perigee.

Bulan purnama merupakan fenomena yang terjadi setiap bulan. Dan tentunya dalam peredaran mengitari Bumi, Bulan akan selalui melalui titik perigee ketika ia berada paling dekat dengan Bumi (ingat bentuk lintasan itu ellips jadi ada saat ketika ia berada paling dekat dan paling jauh dari Bumi).

Tapi, ketika Bulan berada di titik perigee, ia tidak berada di jarak yang tepat sama dari tahun ke tahun. Ada variasi posisi perigee yang dilalui Bulan di sepanjang tahun.

Ketika Bulan sedang purnama, ia tidak selalu sedang berada pada posisi perigee. Tapi setiap tahun, ada saat ketika Bulan Purnama bertepatan atau sangat dekat dengan posisi Bulan di perigee.

Fenomena inilah yang dikenal sebagai fenomena supermoon di kalangan para astrolog (ingat astrolog dan bukan astronom!).

Di tahun 2012, fenomena supermoon a.k.a Bulan super ini terjadi di bulan Mei ketika Bulan sedang berada di titik terdekat dengan Bumi pada jarak 356.953 kilometer. Yang menarik Bulan mencapai titik perigee pada tanggal 6 Mei jam 10.33 wib dan 2 menit kemudian bulan mencapai fase purnama.

Pada saat itu, bagi pengamat di Bumi yang terbiasa mengamati Bulan mereka akan mendapati Bulan tampak 14% lebih besar dan 30% lebih terang dibanding Bulan Purnama lainnya di tahun 2012. Tapi bagi mereka yang tidak terbiasa mengamati Bulan, maka tidak akan tampak perbedaan apapun.

Apa efeknya? Dalam siklus alamiah, Bulan mempengaruhi terjadinya gaya pasang surut laut di Bumi, dan ketika Bulan 'mendekat', tentulah pengaruh gravitasi Bulan menjadi lebih besar. Tetapi apakah bisa menimbulkan bencana?

Mari kita sedikit berhitung dengan matematika. Ambil rata-rata jarak Bumi-Bulan 382.900 km, sedangkan pada tanggal 6 Mei 2012, Bumi-Bulan berjarak 356.953 km, atau 'mendekat' sejarak 25.947 km, atau hanya 6,7% lebih dekat dibanding rata-rata.

Dengan jarak cuma 6,7% lebih dekat, tentunya yang terjadi hanya fenomena alami yang memang terjadi setiap saat. Efek pasang surut yang terjadi juga tidak memberikan perbedaan yang signifikan.

Bahkan meskipun Bulan Purnama terjadi saat berada di titik terdekat dengan Bumi pun, menurut studi geofisika tidak banyak ditemukan dampak signifikan pada keseimbangan energi Bumi.

Kejadian menarik lainnya setelah bulan berada di posisi perigee pada tanggal 6 Mei, pada tanggal 19 Mei, Bulan akan berada pada titik terjauhnya dari Matahari pada jarak 406.500 km dan 2 hari kemudian pada tanggal 21 Mei jam 06.54 wib terjadi Gerhana Matahari Cincin.

Sang gerhana matahari cincin ini akan terjadi ketika Bulan berada pada sisi terjauhnya dan Matahari - Bulan - Bumi sejajar. Karena berada di titik terjauh, piringan Bulan akan 'tampak' lebih kecil sehingga Matahari akan tampak seperti cicin api bagi para pengamat yang beruntung melihat fenomena ini.

Sayangnya, fenomena Gerhana Matahari Cincin 21 Mei tersebut tidak akan dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia.