TUGAS MK AGAMA MATERI KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

03 August 2016 19:19:19 Dibaca : 1089 Kategori : TUGAS SEMESTER 1

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

DISUSUN OLEH :

EKA ZULISHA PRATIWI IMRAN

FITRIA MAHMUDAH

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

A.PENGERTIAN KETUHANAN
Tuhan dalam bahasa Arab disebut ilaah yang berarti “ma’bud” (yang disembah). Perkataan ilaah yang diterjemahkan sebagai “Tuhan” dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan berbagai obyek yang digunakan untuk menyebut pribadi atau tunggal “mufrad”, ganda “mutsanna”, atau banyak (jama’). Selain itu Tuhan dalam arti Ilaah dapat pula berwujud benda yang nyata dan memaksakan untuk harus tunduk padanya. Contoh seperti pribadi Fir’aun yang menyebut dirinya sebagai Tuhan atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja. Firman Allah dalam Q.S. Al-Qasas ayat 38 :

“ Dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta".
Berdasarkan konsep Islam Tuhan adalah Dzat Yang Maha Esa. Esa dalam arti tidak ada sekutu dengan Dia. Konsep Islam ini mengajarkan suatu kallimat “la ilaaha illa Allah”. Artinya: “Tidak ada Tuhan Selain Allah” Kalimat ini menunjukan ke Esaan Allah yang Nya Q.S. Al Baqarah ayat 163

“ Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.’

Berdasarkan beberapa ayat tersebut, maka jelaslah bahwa konsep Ketuhanan Yang Maha smenurut konsep ini bukan saja Esa dalam jumlahnya, melainkan Esa dalam segala-galanya. Misalnya Esa dalam wujud-Nya, sifat-Nya dan kehendak-Nya. Tidak ada sekutu bagi Allah dan tidak ada serupa dengan-Nya.
Tuhan dalam falsafah atau dalam idea manusia merupakan imajinasi manusia, karena itu Tuhan disifatkan sesuai
Tuhan dalam falsafah atau dalam idea manusia merupakan imajinasi manusia, karena itu Tuhan disifatkan sesuai dengan citra manusia. Hal ini sangat bertentangan dengan firman Allah dalam surat Al-Mu’minun:91

“mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.”
dan Al-An’am:103

Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

Islam menjauhkan sifat tuhan dari citra manusia, karena manusia adalah makhluk (ciptaan) dan setiap makhluk atau ciptaan adalah baru, sedangkan Khaliq (pencipta) bukan dzat dikhayalkan oleh manusia, cenderung akan dibumbui dan dicampuri oleh sifat-sifat yang didasarkan kepada pengalaman dan akal manusia, sehingga Tuhan bersifat antropomorfis, karena manusia itu sendiri antroposentris.
Hal tersebut dilukiskan dalam peristiwa teguran Nabi Ibrahim As kepada ayahnya yang menjadikan berhala sebagai Tuhan, bahkan hal tersebut dilukiskan pula dalam berbagai peristiwa yang terjadi ketika Nabi Ibrahim As mencari Tuhan, sebagaimana terdapat dalam firman Allah dalam Surat Al-An’am 6:74-83 yang artinya Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar 489: “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai ilah-ilah. Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”.(74) Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) dilangit dan di bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. (75) Ketika malam menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Rabbku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”. (76) Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Rabbku”. Tetapi setelah bulan itu tenggelam dia berkata: “Sesungguhnya jika Rabbku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat”. (77) Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit dia berkata: “Inilah Rabbku, ini yang lebih besar”, maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (78) Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada (Rabb) yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang termasuk mempersekutukan-Nya. (79) Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: “Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang mempersekutukan dengan Allah, kecuali di kala Rabbku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Rabbku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)? (80) Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah diantara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui 490?” (81) Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (82) Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (83)
Islam sangat menentang yang namanya isyrak atau mempersamakan Tuhan dengan sesuatu ciptaan-Nya atau makhluk-Nya. Dapat dimengerti mrngapa ibadah atau ketaatan kepada Allah secara menyeluruh dalam kehidupan manusia, yang diwajibkan-Nya, karena eksistensi Tuhan merupakan idea manusia. Manusialah yang menetapkan adanya Tuhan sekedar sebagai konsekuensi logis dari suatu perhitungan matematis (mathematical logic) yang disimpulkan dari adanya makhluk. Jadi yang sangat potensial adalah potensi manusia. Ia merasa mampu merumuskan teori dari konsep-konsep ilmu yang dirumuskan dari data empiris atau logis rasionya dan kecenderungannya atau hawa nafsunya dan kepentingannya sebagaimana ironi yang dinyatakan dalam surat Al-Jatsiyah ayat 23

“ Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”

Disinilah letak perbedaanm dan dasar hidup sebagai muslim dan sebagai sekuler. Kita capai segala sesuatu tidak atas dasar pemecahan potensi manusia saja (rasa,karsa dan karya manusia), tetapi atas dasar keimanan dan keislaman kepada Allah yang Maha Esa sebagai landasan hidup.
B.PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG TUHAN
Konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam proses perkembangan pemikiran manusia dikenal suatu teori evalusionisme, yaitu suatu pandangan yang menyatakan bahwa adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna.
Proses perkembangan pemikiran manusia tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah munculnya berbagai faham kepercayaan sebagai berikut:
a. Dinamisme
Menurut faham ini, bahwa manusia sejak zaman primitive telah percaya dan mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Benda dianggap sebagai pusat kekuatan yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia baik secara positif maupun secara negatif. Manusia primitif percaya benar bahwa benda yang memiliki sesuatu kekuatan dapat melindungi di kala ia ada bahaya dan memberi pertolongan di kala seseorang mengalami kesulitan dalam kehidupan. Dengan demikian muncul pemujaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan itu. Kekuatan pada benda itu berbeda-beda penyebutannya menurut daerah mana yang menyebut, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), dan sakti (India).
b. Animisme
Animisme merupakan faham kepercayaan kedua bagi masyarakat primitive disamping
mempunyai roh, dan roh itu memiliki kekuatan yang bias berperan dalam kehidupan manusia, Oleh karena itu roh bagi masyarakat primitif dipercayai sebagai sesuatu yang masih aktif beserta kehidupan manusia. Bagi masyarakat primitif roh dianggap memiliki rasa senang dan tidak senang tergantung pemenuhan kebutuhannya. Menurut faham ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, maka manusia harus menyediakan kebetuhan roh itu. Sesajian yang sesuai dengan advis dukun adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh-roh leluhurnya.
c. Politeisme (serba dewa)
Dalam kebudayaan yang serba dewa (politeisme) ini, semua gerak gerik manusia dalam hiduppnya ditentukan oleh dewa-dewa. Perkembangan pikiran manusia dapat mebawa mereka kepada suatu kepercayaan/keyakinan bahwa dalam hidup ini memang ada yang mengatur sesuai bidang-bidangnya. Dalam hal ciptaan alam semesta beserta segala isinya terdapat pembagian tugas masing-masing, misalnya tugas dewa siwa, dan tugas perusak atau penghancur alam semesta menjadi tugas dewa wisnu. Demikian pula dalam hal tanggung jawab terhadap bidang-bidang lain misalnya matahari (dewa matahari), angina (dewa angina) dan lain sebagainya, semuanya diatur menurut tugas masing-masing dari para dewa (politeisme).
d. Monoteisme
Kepercayaan terhadap para dewa tentu tidak akan berkelanjutan sesuai dengan paerkembangan manusia. Semakin maju pemikiran manusia, semakin berpengaruh pula pada pemaham akan adanya kekuatan diluar dari kekuatan benda (dinamisme) dan roh (animisme) serta kekuatan dewa (politeisme). Keharusan untuk mencari hakekat dibalik dari kekuatan-kekuatan tersebut mendorong masyarakat untuk percaya bahwa segala-galanya ada yang mengatur dan hal ini berasal dari yang satu (tunggal). Inilah faham yang selanjutnya dikenal dengan faham monoteisme, percaya dan mengakui adanya satu Tuhan untuk seluruh bangsa. Idea tentang Tuhan ini tentunya tidak terjadi secara evolusi, tetapi relevansi dengan datangnya wahyu. Kesimpilan tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat ada monoteisme yang berasal dari wahyu Tuhan. Konsep inilah yang kemudian menjadi konsep Ketuhanan dalam Islam yang dikenal dengan Tuhan Yang

C. PEMIKIRAN UMAT ISLAM TERHADAP TUHAN
Pemikiran tentang ketuhanan dalam islam melahirkan ilmu tauhid, ilmu kalam atau ilmu ushuluddin yang muncul setelah wafatnya nabi Muhammad SAW. Pengertian tauhid diambil dari kata wahhada - yuwahhidu – tauhidan. Ynag artinya mengesakan. Sedangkanilmu kalam adalah ilmu yang membahas soal-soal keimanan yang sering disebut juga ilmutauhid, aqaid atau ushuluddin. Ilmu ini disebut ilmu kalam karena didalamnya banyak dibicarakan kalamullah.
Dalam ajaran islam, tauhid berarti keyakinan akan ke-esaan Allah. Kalimat tauhid ialah la ilaaha ilallah yang ebrarti tidak ada tuhan melainkan allah. Hal ini sesuai dengan firman allah dalam surat al baqarah ayat 163 dan surat Muhammad ayat 19 sebagai berikut :

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.’ QS al baqarah ayat 163

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.’ QS. Muhammad ayat 19
Dalam perkembangan sejarah kaum muslimin, tauhid ini telah berkembang menjadi nama salah satu cabang ilmu islam yaituy ilmu tauhid. Suatu ilmu yang mempelajari dan membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan keimanan terutama yang menyangkut masalah ke-esaan allah. Yang meliputi :
1. Keesaan allah dalam zat-Nya
Kemaha esaan allah dalam Zat-Nya dapat dirumuskan dengan kata-kata bahwa zat allah tidak sama dan tidak dapat dibandingkan dengan apapun juga
2. keesaan allah dalam sifat-sifat-Nya
kemaha esaan allah dalam sifat-sifat-Nya mempunyai arti bahwa sifat-sifat allah penuh dengan kesempurnaan dan keutamaan, tidak ada yang menyamainya.
3. Keesaan allah dalam berkehendak
Kemaha esaan allah dalam berkehendak berlaku untuk seluruh alam semesta.
4. Keesaan allah dalam penciptaan-Nya
Kita meyakini bahwa tuhan yang maha esa allah swt menciptakan segala sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Penciptaan allah itu unik, lain dari yang lain, tiada taranya dan manusia tidak sanggup menirunya.
5. Keesaan allah dalam wujud-Nya
Meskipun usaha manusia untuk membuktikan tentang wujud allah melalui ciptaan-nya, pengalam batin atau fitrah manusia. Namun untuk membuktikan secara langsung dengan-Nya, hl itu merupakan nisbi dan sangat terbatas. Nabi musa as sekalipun beliau utusan allah pernah bermohon agar allah dapat menampakkan diri kepadanya namun musa tidak dapat melihatnya secara langsung, melainkan yang terjadi apa yang digambarkan dalam alquran sebagai berikut :

“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".( Qs. 7 : 143)

Ternyata ajaran tauhid bukan hanya ajaran nabi Muhammad saw semata, melainkan merupakan ajaran setiap nabi/rasul sebelumnya yang diutus allah swt. Seperti diterangkan dalam alquran bahwa nabi-nabi sebelumnya telah mengajarkan tauhid kepada umatnya, antara lain ayat-ayat dalam surat berikut :

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku".Qs. 21 :25
Nabi nuh memerintahkan kaumnya untuk menyembah allah swt sebagaimana diterangkan dalam alquran surat al-mu’minun 23

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?"

Sedangkan nabi hud mengajarkan tauhid sebagaimana pada quran surat hud ayat 50

“Dan kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, Huud. Ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Kamu hanyalah
mengada-adakan saja.”

Selain nabi-nabi tersebut, juga nabi saleh dan nabi syuaib mengajarkan tauhid sebagaimana dilukiskan dalam surat hud ayat 61 yakni sebagai berikut

“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)". QS hud ayat 61

Demikian pula nabi ibrahum mengajarkan kepada nabi simail, ishaq dan yaqub juga kepada anak-anak mereka, sebagaimana tergambar dalam surat al-baqarah 131 – 133

Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam" - Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". - Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya
Demikian pula pada akhirnya nabi isa mengajarkan ajaran tauhid yang sama seperti terlihat dalam surat al-maidah ayat 72

“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.”

Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa ajaran tauhid atau mengesakan allah telah diajarkan oleh nabi-nabi sebelumnya kepada seluruh pengikut mereka. Keesaan allah adalah mutlak dan sebagai umat islam yang mengikrarkan kalimat syahadat la ilaaha illa allah haruslah kita menempatkan allah sebagai prioritas utama dalam setiap gerak tindakan dan ucapan.

D. KEIMANAN DAN KETAQWAAN
Iman dan taqwa adalah hal yang saling berkaitan namun beda dalam wujudnya. Keimanan dapat berwujud tingkah laku dan perbuatan sementara ketaqwaan berwujud pada ketaatan dan kepatuhan tingkah laku dan perbuatan atau sebagai aplikasi dari keimanan.
Pengertian keimanan secara luas adalah keyakinan penuh yang dibenarkan oleh hati, diucapkan oleh lidah dan diwujudkan oleh amal perbuatan. Dari pengertian iman inilah dapat ditarik kesimpulan mengenai kunci ketaqwaan yakni menjalankan perintah allah dengan sebenar-benarnya dan menjauhi larangan-Nya.
Adapaun kesempurnaan iman serta intinya sebagaimana telah ditata baik dalam kehidupan beragama dan kemudian menjadi pokok-pokok utama ketauhidan islam yakni dikenal dengan aqidah. Selanjutnya aqidah ini dibentuk kedalam enam perkara yang menjadi azas keimanan dan dikenal dengan rukun iman. Yaitu 1) iman kepada allah 2) iman kepada nabi/rasul 3) iman kepada malaikat 4) iman kepada kitab-kitab allah 5) iman pada hari akhir/qiamat 6) iman pada qadar dan qadha.
1. IMAN KEPADA ALLAH
Keimanan kepada allah merupakan titik pusat keimanan, karena setiap aktivitas seorang muslim senantiasa dipertautkan secara vertical kepada allah swt. Pekerjaan seorang muslim yang dilandasi keimanan dan dimulai dengan niat karena allah akan membentuk nilai ibadah disisi allah. Sebaliknya pekerjaan yang tidak diniatkan karena allah tidak akan berbuah nilai apa-apa. Firman allah :

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” Al bayyinah 5
Keimanan kepada allah tidak dapat dinodai dengan dosa syirik atau menyekutukan allah. Karena dosa tersebut tergolong dosa besar dan tidak akan diampuni allah. Seperti dalam firman-Nya :

“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.” QS. An nisa 8

2. IMAN KEPADA PARA NABI DAN RASUL
Walaupun manusia yang hidup sekarang ini jauh dari kehidupan para nabi dan rasul (tidak pernah melihat atau bertemu mereka) namun kita harus yaknin dan percaya bahwa nabi atau rasul adalah utusan allah, pemberi kabar kepada manusia., perlu dibedakan kedudukan nabi dengan rasul. Di dalam buku-buku ilmu tauhid disebutkan bahwa antara nabi dan rasul ada perbedaan terutama dari segi tugas.
Para nabi menerima tuntunan berupa wahyu tetapi tidak mempunyai kewajiban menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rasul adalah utusan allah menerima wahyu dan wajib menyampaikan kepada umat manusia. Rasul adalah manusia pilihan yang menerima wahyu dari allah selanjutnya menyampaikan kepada umatnya dan sekaligus sebagai contoh konkret pribadi manusia yang baik. Rasul-rasul allah itu ada yang kisahnya disebutkan dalam alquran ada pula yang tidak. Rasul yang disebutkan namanya ada 25 orang.

“ Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” Qs an nisa 164
3. IMAN KEPADA MALAIKAT
Malaikat adalah makhluk gaib, tidak dapat dilihat dan diraba oleh pancaindera manusia. Meski demikian, atas izin allah malaikat dapat menjelma pada setiap orang yang dikehendakinya. Seperti malaikat jibril yang menjelma dihadapan marya, ibu isa almasih. Dalam alquran disebutkan sebagai berikut :

maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. (16)
Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur,(17)
Qs. Maryam 16-17

4. IMAN KEPADA KITAB-KITAB SUCI
Allah telah menegaskan sebagai berikut

“dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” Qs al baqarah 4

Dalam mengimani kita-kitab allah ini alquran menyebutkan beberapa kitab suci seperti : zabur yang diturunkan kepada nabi daud, taurat kepada nabi musa, injil kepada nabi isa dan alquran kepada nabi Muhammad sebagai rasul-Nya. Meski kitab-kitab tersebut turun dari allah swt, namun dalam perjalanan sejarah, kecuali alquran, isi kitab-kitab suci itu telah mengalami perubahan, tidak lagi memuat firman-firman allah yang asli sebagaimana yang disammpaikan oleh jibril kepada para rasul terdahulu.
Taurat dan injil misalnya dapat dibuktikan telah berubah, ditambah dan dikurangi isinya oleh tangan-tangan manusia yang menjadi pemimpin atau pemuka agama bersangkutan. Salah satu buktinya adalah adanya pendapat seorang Charles J. Adams guru besar dan direktur The Institute of Islamic Studies McGill University , montreal Canada (1970) yang menyatakan bahwa : “sejak permulaan abad XX ini, para ilmuan dengan seksama telah meneliti kitab-kitab suci agama yang diyakini pemeluk agama bersangkutan memuat wahyu ialahi”. Namun setelah lebih kurang tujuh puluh tahun lamanya para sarjana meneliti kitab-kitab suci itu, sampailah mereka pada suatu kesimpulan bahwa ternyata kitab suci yang masih asli memuat wahyu yang disampaikan jibril hanyalah alquran. Yang lainnya sudah tidak asli karena sudah ada tambahan-tambahan disesuaikan dengan keinginan para pemeluknya. (Mohammad Daud Ali 1997 : 215)
5. IMAN KEPADA HARI AKHIR (KIAMAT)
Hari akhir atau kiamat merupakan perkara yang gaib dan mengalami proses perjalanan waktu yang cukup panjang entah kapan akan tiba, namun setiap muslim harus beriman kepadanya bahwa hari kiamat pasti akan datang.

Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya
tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan.
Qs thaha 15

Hukum keserbateraturan dan hokum ketidakkkekalan merupakan hokum dasar atau sunnatullah yang berlaku bagi setiap ciptaan allah tanpa kecuali. Di dalam alquran kedua hukum ini ditemukan pada beberapa ayat yang menjelaskan tentang kejadian dan akhir manusia, bumi serta alam semesta. Para sarjana fisika, biologi dan ilmu-ilmu lainnya, telah mengungkap sekelumit kebenaran hakekat kedua hukum itu dalam penemuan-penemuan ilmiah mereka. Semua makhluk hidup mengalami kematian. Manusia meninggal dalam berbagai tingkatan usia. Hewan dan tumbuhan secara berangsur-angsur mengalami kepunahan. Mineral-mineral seperti minyak bumi, gas bumi dan mineral lainnya selalu dieksploitasi dan dimanfaatkan manusia sehingga mengalami penyusutan yang pada suatu saat akan habis.
Planet-planet, bumi, bulan dan benda langit lainnya termasuk matahari sebagi sumber cahaya dan energy yang akan sangat vital bagi kehidupan, secara tidak disadari oleh manusia akan mengalami perubahan sesuai dengan sifat-sifat yang dimilikinya.
Jika proses perubahan itu dipelajari dan diteliti serta direnungkan secara mendalam, maka keseimpulannya bahwa segala sesuatu yang dicipta (makhluk_ beserta alam semesta akan hancur kecuali pencipta (khalik) zat yang maha kuasa yang kekal. Firman allah dalam alquran :

“Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” Qs. Al qasas 88

6. IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR
Qadha adalah ketentuan mengenai sesuatu atau ketetapan tentang sesuatu, sedangkan kadar adalah ukuran sesuatu menurut hukum tertentu. Mengenai perkataan qadha dan qadar disebutkan dalam al-quran antara lain surat al ahzab ayat 36

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.

Blogroll

  • Masih Kosong